Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

26 sebagai alat yang baik untuk penididikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya, 6 karena masalah umur merupakan faktor penting untuk menilai status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur,7 alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

2.7. Landasan Teori

Menurut Gabr 2001, bahwa abad ke-20 adalah “the Golden Age for Nutrition” atau “Abad Emas” bagi pergizian dunia. Pada abad ke-20 adalah abad ditemukannya hampir semua zat gizi makro dan mikro. Kebutuhan gizi manusia ditetapkan. Hubungan antara gizi dan kesehatan didokumentasikan. Dampak negatif dari masalah gizi-kurang dan gizi-lebih makin diketahui dengan lebih baik, dan sebagainya. Namun dibalik “cerita” sukses, abad ke-20 masih mencatat sisi gelap dalam hal masalah gizi. Menurut Adisasmito 2007, faktor penyebab kurang gizi, pertama penyebab kurang gizi secara langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, ketiga faktor penyebab tidak langsung, berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan keluarga. Yusrizal: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Terhadap Status Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. USU e-Repository © 2008. 27 Menurut Santoso,S., dan Ranti,A.L., 2004, yang dikutip dari Khumaidi, 1994, diluar aspek medik, klasifikasi masalah gizi adalah masalah gizi yang diakibatkan: 1 kemiskinan, 2 sosial budaya, 3 kurangnya pengetahuan dan pengertian, 4 pengadaan dan distribusi pangan, dan 5 bencana alam. Semakin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, semakin baik pola pengasuhan anak, dan semakin baik keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan karena jauh dan atau tidak mampu membayar, kurangnya pendidikan dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia. Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi anak. Menurut Robbin 1996, karakteristik pribadi yang meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, tanggung jawab dan status masa kerja. Seiring itu juga, Bashaw dan Grant dikutip oleh Agust 2001, bahwa ciri-ciri pribadi meliputi jenis kelamin, status perkawinan, usia pendidikan, pendapatan keluarga dan masa jabatan. Menurut Supariasa 2002, faktor keluarga dan adat istiadat yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak antara lain : pekerjaan atau pendapatan keluarga, stabilitas rumah tangga, adat istiadat, norma dan tabu serta urbanisasi. Pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam mencari berbagai alternatif pemecahan masalah kondisi gizi keluarga. Untuk menanggulangi kekurangan konsumsi yang disebabkan oleh daya beli yang rendah, perlu diusahakan peningkatan penghasilan keluarga dengan memanfaatkan pekarangan sekitar rumah Soedia Oetomo, 1999. Yusrizal: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Terhadap Status Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. USU e-Repository © 2008. 28

2.8. Kerangka Konsep