23
makanan yang lebih baik dari pada anak-anak kecil dan wanita-wanita muda, 2 anak-anak laki-laki mendapatkan perioritas yang lebih tinggi dari pada anak-anak
perempuan, 3 cara menghidangkan atau pelayanan makanan disesuaikan pula dengan status, sehingga cara tertentu dapat menimbulkan suatu kegagalan perbaikan gizi
yang diinginkan.
2.5. Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya untuk mengatasi masalah sosial yang berkaitan dengan gizi buruk maka tidak lepas dari kebijakan dan trategi dari pihak terkait terutama pemerintah
sebagai pemegang wewenang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sebagai berikut: a. Pencegahan dan penanggulangan gizi buruk dilaksanakan seluruh
kabupatenkota di Indonesia sesuai dengan kewenangan wajib dan Standar Pelayanan Minimal SPM dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah, b.
Mengembalikan ungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali dan
menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan melalui revitalisasi posyandu. c. Meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen dan
melakukan tata laksana gizi buruk untuk mendukung fungsi posyandu yang dikelola oleh masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas. d. Menanggulangi secara langsung
masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan melalui pemberian intervensi gizi suplementasi, seperti kapsil Vitamin A. MP-ASI, dan makanan tambahan.
e. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi, dan sosialisasi
Yusrizal: Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Terhadap Status Gizi Anak Balita di Wilayah Pesisir Kabupaten Bireuen. USU e-Repository © 2008.
24
tentang makanan sehat dan bergizi seimbang serta pola hidup bersih dan sehat. f. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta atau dunia usaha
dan masyarakat untuk mobilisasi sumber daya dalam rangka meningkatkan daya beli keluarga untuk penyediaan makanan sehat dan bergizi seimbang. g. Mengaktifkan
kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG melalui revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini Gizi Buruk, yang dievaluasi dengan kajian data
SKDN, yaitu Semua balita mendapat Kartu menuju sehat, Ditimbang setiap bulan, dan berat badan Naik, data penyakit dan pendukung lainnya Adisasmito,
2007. Angka kecukupan rata-rata berbagai zat gizi yang dianjurkan terutama
disesuaikan dengan susunan hidangan yang sederhana, terutama di pedesaan. Penyesuaian ini terutama untuk kecukupan zat gizi yang terkait mutu menu, misalnya
protein yang dianjurkan dihitung dengan nilai SAA skor asam amino makanan anak balita sebesar 70. Angka kebutuhan energi anak balita menurut perhitungan berat
badan 15 kilogram adalah 26,7 Kkal perhari untuk satu orang Muhilal, 1993.
2.6. Penilaian Status Gizi Anak Balita