Alat dan Bahan yang digunakan. 1.Alat-alat yang Digunakan Residu yang tidak meledak. Residu hasil ledakan.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Tempat dan Waktu Perakitan dan peledakan serta pengukuran kecepatan detonasi ledakan bom rakitan dilakukan di PT.Dahana Tasikmalaya Jawa Barat. Bom dirakit oleh tehnisi dari PT.Dahana dengan bahan peledak utama berupa campuran tepung kalium klorat, sulfur dan aluminium menggunakan kontainer pipa galvanis, kemudian diledakkan dalam bunker dan diukur kecepatan detonasinya dengan cara metode Dautrich, selanjutnya dilakukan pengumpulan dan pengambilan residu ledakan. Analisis kualitatif terhadap residu ledakan dilakukan di Puslabfor Bareskrim Polri di Jakarta dengan metode spot test dan Ion Scan sedangkan untuk analisis kuantitatif dilakukan di Laboratorium Cabang Denpasar Bali dengan metode Kromatografi Ion. Waktu yang dipergunakan untuk melakukan penelitian ini adalah selama sebelas bulan yaitu terhitung mulai Januari 2009 sampai dengan Nopember 2009. 3.2. Alat dan Bahan yang digunakan. 3.2.1.Alat-alat yang Digunakan - Bunker untuk tempat peledakan bom. - Bejana wadah baja untuk menampung residu ledakan - Seperangkat alat Dautriche Methode - Ion scan merk Barringer Model 400 B - Ion Chromatography merk Dionex ICS 2500 3.2.2.Bahan-bahan yang Digunakan - Pipa galvanis diameter 1,25 inch dan ketebalan 3 mm - Booster TNT standard pabrik - Booster daya gel magnum produksi PT.Dahana - Kalium Klorat berderajat tehnis - Sulfur berderajat tehnis - Aluminium Powder berderajat tehnis. 38 Universitas Sumatera Utara 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyiapan kolom detonasi. Bom dirakit oleh teknisi PT. DAHANA TASIKMALAYA Jawa Barat dengan cara sebagai berikut: a. Kontainer yang terbuat dari pipa galvanis dipotong-potong dengan panjang masing-masing 60 cm. b. Salah satu ujung pipa ditutup dengan galvanis dan dengan jarak antara 5 sampai dengan 10 cm dari ujung yang telah ditutup dibuat dua buah lobang dengan jarak 10 cm sesuai ukuran blasting cap. c. Terhadap kedua lobang yang berjarak 10 cm tersebut dipasang blasting cap kemudian dihubungkan dengan detonating cord dengan panjang 2 meter yang dilewatkan melalui plat Pb yang panjangnya sekitar 20 cm, dan kedua ujungnya diikat dimana salah satu ujung ikatan tersebut merupakan pusat dari panjang detonating cord. d. Kontainer pipa tersebut diatas disebut dengan kolom detonasi dan telah siap untuk diisi dengan bahan peledak yang digunakan pada pengukuran kecepatan detonasi. e . Kontainer pipa yang digunakan untuk diledakkan dalam bejana atau wadah baja dipersiapkan tanpa menggunakan peralatan Dautriche Methode dan hanya dalam bentuk pipa panjang 60 cm.

3.3.2. Penyiapan bahan peledak

a. Bahan peledak yang digunakan adalah berupa campuran dari tepung kalium klorat, sulfur dan aluminium dengan berat total 450 gram dan variasi perbandingan dalam beratberat ww. b. Penyiapan bahan peledak yang digunakan adalah sebagai berikut : Pertama sekali bahan peledak kalium klorat dan sulfur masing-masing digerus secara terpisah dengan hati-hati kemudian diayak atau di Shaker dengan mesh 60, 70, 80, 100 dan 120 sampai diperoleh sejumlah berat yang diinginkan. Untuk tepung Aluminium yang digunakan adalah standar pabrik yaitu dengan ukuran partikel mesh 120. Universitas Sumatera Utara Kalium klorat, sulfur dan aluminium tersebut butir a,b dan c tersebut diatas digunakan untuk campuran bahan peledak untuk diukur kecepatan detonasinya sesuai dengan rancangan yang dibuat.

3.3.3. Penentuan mesh dan komposisi bahan peledak.

a. Bahan peledak tepung kalium klorat, sulfur dan aluminium dengan mesh 60, 70, 80, 100, dan 120 masing-masing ditimbang dengan berat sesuai komposisi 65 : 20 : 15 , kemudian dimasukkan kedalam kolom detonasi dan dirakit dengan menggunakan detonator pabrik, selanjutnya di ledakkan dalam bunker dan ditentukan kecepatan detonasi masing-masing. Untuk kecepatan detonasi tertinggi ditetapkan sebagai ukuran partikel atau mesh bahan peledak yang terbaik. b. Bahan peledak dengan mesh yang terbaik tersebut butir a selanjutnya digunakan untuk menentukan komposisi atau campuran bahan peledak karena yang terbaik yaitu dengan membuat beberapa variasi, hal ini sangat penting dilakukan untuk mencari kondisi reaksi yang terbaik yang didasarkan pada kesetimbangan oksigen oxygen balance campuran bahan peledak tersebut yaitu kesetimbangan oksigen paling kecil atau yang mendekati atau sama dengan nol. Oleh karena itu dibuat komposisi bahan peledak dengan perbanding seperti yang terlihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1. Komposisi bahan peledak bb Universitas Sumatera Utara Dengan komposisi bahan peledak tersebut diatas kemudian dirakit sesuai dengan butir a dan diledakkan dalam bunker serta ditentukan kecepatan detonasi masing-masing dan pada kecepatan detonasi tertinggi ditetapkan komposisi yang terbaik untuk digunakan pada peledakan sesuai rancangan yang dibuat.

3.3.4. Perakitan dan peledakan bom sesuai rancangan

Rancangan bom rakitan yang dibuat adalah seperti yang terlihat pada Gambar 3.1 berikut ini : Gambar 3.1. Rancangan mekanisme peledakan bom rakitan dengan beberapa sumber pemicu ledakan a. Peledakan dengan detonator rakitan Rancangan 1 Peledakan ini menggunakan detonator rakitan yang dibuat dari bahan batang spidol kosong yang diisi dengan campuran tepung kalium klorat,sulfur dan aluminium yang sama dengan main charge seberat 2,0 gram dengan perbandingan yang terbaik sesuai butir 3.3.3 b lalu dihubungkan dengan filamen berupa pecahan bola lampu led, selanjutnya diledakkan dalam bunker dan diukur kecepatan detonasinya dengan 3 kali pengulangan serta dilakukan peledakan dalam bejana atau wadah baja sekali ledakan untu dilakukan collecting residu. Universitas Sumatera Utara b. Peledakan dengan detonator pabrik Rancangan 2 Pada peledakan ini sebagai pemicu ledakan digunakan detonator pabrik diameter 6 mm dan dirakit dengan menggunakan main charge terbaik yang diperoleh pada butir 3.3.3 b, kemudian peledakan dan perlakuan selanjutnya sesuai butir 3.3.4 a. c. Peledakan dengan tandem booster TNT Rancangan 3 Ledakan ini menggunakan pemicu ledakan detonator pabrik diameter 6 mm dengan main charge dan perlakuan yang sama dengan butir 3.3.4 c. Kemudian juga dilakukan modifikasi peledakan yaitu antara booster dengan main charge di beri rongga space 10 cm kemudian perlakuan selanjutnya sama dengan butir 3.3.4 c. d. Peledakan dengan tandem booster TNT + plat logam Rancangan 4. Peledakan ini merupakan modifikasi dari ledakan dengan tandem booster TNT yaitu antara booster TNT dengan main charge dibatasi dengan plat logam Pb setebal 3,0 mm dan 6,0 mm, kemudian masing-masing diledakkan dan perlakuan selanjutnya sama dengan butir 3.3.4 d. e. Peledakan dengan tandem booster TNT + logam Pb dan rongga 10 cm. Peledakan ini adalah modifikasi peledakan butir 3.3.4.d, tetapi antara booster dengan lapisan logam diberi rongga space 10 cm kemudian diledakkan dan perlakuan selanjutnya sama dengan sama dengan butir 3.3.4.d.

3.3.5. Analisa Residu Pasca Ledakan

Pertama sekali dilakukan pengumpulan dan pengambilan residu ledakan dari bejana wadah baja yaitu seluruh residu ledakan disatukan dan selanjutnya disampling hingga mewakili seluruh residu. Residu ledakan dimasukkan kedalam kantong kertas dan diberi nomor sesuai dengan mekanisme ledakan masing-masing dan disimpan ditempat yang aman sebelum dilakukan analisa baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Universitas Sumatera Utara

a. Residu yang tidak meledak.

Residu bahan peledak ini ditemukan dalam bentuk bahan peledak murni, dan terhadap bahan peledak ini dilakukan analisis kualitatif maupun analisa kuantatif. - Analisa kualitatif terhadap booster TNT yang tidak habis meledak dilakukan dengan instrumen Ion Scan untuk menegetahui apakah booster tersebut masih ada yang tersisa atau tidak meledak. - Terhadap kalium klorat, yang tidak meledak dilakukan analisa dengan spot test dengan menggunakan reaksi kimiareaksi warna menggunakan pereaksi Manganous sulfat. - Analisa kwantitatif terhadap ion klorat dilakukan dengan metode kromatografi Ion.

b. Residu hasil ledakan.

Terhadap residu ledakan juga dilakukan analisa kuantitatif yaitun terhadap ion-ion yang terbentuk dari proses ledakan yaitu dengan menggunakan metode Kromatografi Ion terutama terhadap ion kalium, ion klorida , ion sulfat dan, ion nitrat, karena ion-ion tersebut kemungkinan besar dihasilkan pada ledakan dari campuran bahan peledak yang digunakan. Pertama sekali dilakukan ekstraksi dengan air terhadap reisidu ledakan dan terhadap filtrat kemudian dilakukan analisa kuantitatif dengan metode kromatografi ion. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 . Hasil yang diperoleh. 4.1.1. Penentuan ukuran mesh bahan peledak Dari hasil peledakan untuk menentukan ukuran partikel atau mesh bahan peledak yang terbaik diperoleh dengan menentukan kecepatan detonasi atau velocity of detonation VOD tertinggi dari ledakan masing-masing mesh bahan peledak tersebut yang diukur dengan Dautrich Methode yaitu dengan mengukur notch yang terjadi pada plat Pb dan perhitungan kecepatan detonasi dapat digunakan rumus berikut ini : dt m x X VOD 7000 2 10 = VOD = Velocity of Detonation Kecepatan Detonasi 10 = Jarak detonating cord pada kolom detonasi X = Panjang notch pada plat Pb dari pusat detonating cord. 7000 = Kecepatan detonasi detonating cord RDX. Misalnya : Panjang notch pada plat Pb akibat ledakan = 12,30 cm maka : Kecepatan detonasi dapat dihitung sebagai berikut: dt m x 7000 3 , 12 10 x VOD 2 = mdt 2845 = Hasil penentuan ukuran partikel atau mesh bahan peledak diperoleh mesh yang menghasilkan kecepatan detonasi yang tertinggi adalah mesh 70 dan 80 sehingga dalam penelitian ini digunakan mesh 70 untuk peledakan sesuai rancangan yang dibuat. Hasil pengukuran panjang notch masing-masing ledakan dapat dilihat pada Tabel 4.1. 44 Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penggunaan Campuran Tepung Tapoka Dengan Tepung Sagu Dan Natrium Nitrat Dalam Pembuatan Bakso Daging Sapi

4 61 76

Nitrogliserin Dapat Digunakan Sebagai Bahan Peledak

2 53 7

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TARIK BETON

2 28 19

Pengaruh Tingkatan Tetes sebagai Campuran Tepung Daun Ketela Pohon terhadap Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik Campuran dan Produksi Total VFA dalam Rumen Kerbau

0 5 96

PENGARUH VARIASI CAMPURAN SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN BATA BETON RINGAN DENGAN BAHAN TAMBAH Pengaruh Variasi Campuran Serbuk Aluminium Dalam Pembuatan Bata Beton Ringan Dengan Bahan Tambah Serbuk Gipsum.

0 2 17

PENGARUH VARIASI CAMPURAN SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN BATA BETON RINGAN DENGAN BAHAN TAMBAH Pengaruh Variasi Campuran Serbuk Aluminium Dalam Pembuatan Bata Beton Ringan Dengan Bahan Tambah Serbuk Gipsum.

0 1 12

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TEMPE SEBAGAI BAHAN PENSUBSTITUSI DAGING SAPI Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Bakso.

0 0 18

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TEMPE SEBAGAI BAHAN PENSUBSTITUSI DAGING SAPI TERHADAP KOMPOSISI Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Sosis.

1 1 18

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA FERMENTASI LIMBAH PADAT PEMBUATAN BIOETANOL OLEH CAMPURAN Trichoderma viride DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK.

0 0 2

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI INSPEKTUR BAHAN PELEDAK

0 1 8