yang tidak meledak dan jarang dilakukan identifikasi terhadap hasil yang terbentuk pada proses ledakan tersebut.
Hasil peledakan umumnya berupa gas atau garam-garam anorganik yang tergantung pada bahan peledak yang digunakan seperti misalnya unuk ion
tiosianat CNS
-
merupakan karateristik ion yang terjadi selama pembakaran dari
black powder.
2.6.1 Metode Analisa
Beberapa metode yang umum dilakukan untuk menganalisa residu bahan peledak adalah : test kimia didasarkan pada reaksi warna, metode Kromatografi
yaitu Kromatografi Lapisan Tipis KLT, Kromatografi CC ; Gas Kromatografi GC ; High Pressure Liquid Chromatography HPLC ; Capillary
Electrophoresies CE dan Kromatografi Ion IC. Dan juga dapat dilakukan dengan metode Spektroskopi seperti Infra Red IR, Nuclear Magnetic Resonance
NMR , Mass Spectroscopy MS ; Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive x-ray Spectroscopy SEMEDX dan X-ray Difraction XRD,
demikian juga denagn metode kombinasi Kromatografi dengan Spektroskopi seperti GC-MS, HPLC-MS, yang juga sangat banyak digunakan dalam
laboratorium fornsik, dimana secara umum analisa residu bahan peledak ini
didasarkan pada metodologi normal yaitu untuk sample unknown Yinon and
Zitrin,1993 .
2.6.2 Prosedur Analisa
Prosedur analisa residu bahan peledak meliputi spot test, metode pemisahan biasanya dengan Chromatography dan metode identifikasi dengan
Spektroskopi. Untuk analisa residu pasca ledakan umumnya sangat kompleks yaitu meliputi teknik recovery antara lain pengujian mikroskopis, sampling,
adsorbsi dan prosedure ekstraksi. Prosedure dan metode yang digunakan harus disesuaikan dengan sifat fisis dan sifat kimia dari bahan peledak yang dianalisa
karena untuk masing-masing bahan peledak membutuhkan teknik recovery yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya untuk bahan peledak yang sangat volatile, mudah tersublimasi, tidak stabil terhadap panas tentu membutuhkan teknik recovery yang berbeda
pula, sehingga dibutuhkan professional skill dari staf yang bersangkutan dengan didukung oleh instrument yang memadai.
Test kimia atau dikenal dengan spot test atau colour test di laboratorium forensik banyak digunakan sebagai test pendahuluan untuk sekrining dilapangan.
Dalam test warna ini akan terjadi reaksi antara reagent dengan analyte dan menghasilakan warna tertentu yang khas dan dari test warna ini juga dapat
dilakukan klasifikasi bahan peledak. Di dan tri nitro aromatis dengan KOH dalam ethanol akan memberikan
warna yang berbeda, yaitu untuk 2,4 DNT dan 2,6 DNT memberikan warna kekuning-kuningan tetapi TNT memberikan warna coklat-ungu. Reaksi Griess
memberikan warna spesifik yang stabil untuk identifikasi ion nitrit. Dalam reaksi ini ion nitrit bereaksi dengan amine aromatis seperti sulfanilamida dalam suasana
asam membentuk ion diazonium. Ion ini kemudian mengalami couple dengan senyawa aromatis active seperti N-1-napthylenediamine menghasilkan senyawa
azo yang memberikan warna ungu yang khas. Nitrat ester dan nitranime dapat menghasilkan ion NO
2 -
jika direduksi dengan Zn powder . Type lain dari spot test adalah didasarkan pada oksidasi dari suatu reagent
oleh bahan peledak atau oksidator dari campuran bahan peledak misalnya : diphenyl amine akan memberikan warna biru bila bereaksi dengan klorat. Spot
test mempunyai keuntungan yaitu cepat, murah, sederhana, tidak membutuhkan instrumentasi dan dapat berguna sebagai performa yang baik bagi petugas
dilapangan Saferstein,2002.
2.6.3. Identifikasi senyawa-senyawa Anorganik