Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi Persamaan Arhenius

2.4.1.Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi a. Konsentrasi reaktan. Kecepatan reaksi kimia akan berkuran jika konsentrasi berkurang. b. Temperatur. Pada umumnya kecepatan reaksi akan meningkat dengan bertambahnya suhu, bahkan untuk beberapa reaksi tertentu kecepatan reaksi akan meningkat 2 kali atau 3 kali cepat dengan kenaikan suhu sebesar 10 C. c. Katalis. Kecepatan suatu reaksi kimia kemungkinan akan bertambah jika ditambah dengan katalis. Misalnya : dekomposisi dan kalium klorat KClO 3 akan bertambah cepat dengan adanya katalis MnO 2 . d. Luas permukaan reaktan. Semakin halus ukuran partikel akan memperbesar luas permukaan dan akan meningkatkan kecepatan reaksi. e. Radiasi. Kecepatan reaksi kimia kadang kala meningkat dengan adanya radiasi sinar visible atau UV, seperti reaksi H 2 dan O 2 pada sinar matahari.

2.4.2. Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi Persamaan Arhenius

Pada umumnya kecepatan reaksi akan bertambah jika terjadi kenaikan suhu reaksi dimana jika suhu semakin tinggi berarti kecepatan reaksi juga bertambah cepat. Perbandingan kecepatan konstanta spesifik pada untuk kenaikan suhu 10 C mis: dari 25 C menjadi 35 C dikenal sebagai koefisien temperatur. Koefisien temperatur = kt kt 10 + Sebagai catatan untuk kenaikan suhu sebesar 10 C, maka untuk beberapa reaksi tertentu kecepatan reaksi dapat meningkat sebesar 2 kali atau bahkan 3 kali lipat. Dengan didasarkan pada variasi konstanta kecepatan, k dengan temperatur absolut, T dapat dinyatakan suatu hubungan impiris antara konstanta k dengan suhu seperti rumus berikut ini : Universitas Sumatera Utara t B A K − = log dimana A dan B adalah konstan Vant Hoff 1884 mengusulkan bahwa dari kecepatan reaksi spesifik suatu reaksi isochor adalah merupakan logaritma dari satu fungsi linier yang berbanding terbalik dengan temperatur absolut. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Archenius 1889, yang mengemukakan suatu pendapat atau hipotesis tentang hubungan antara kecepatan reaksi dengan suhu reaksi. Menurut hipotesis Archenius, tidak seluruh molekul – molekul dari sistem mengambil tempat pada reaksi kimia, tetapi hanya suatu fraksi dalam molekul yang merupakan bagian - bagian aktif molekul yang bereaksi. Kesetimbangan akan tercapai jika jumlah molekul yang aktif dan molekul yang tidak aktif atau passif sama, tetapi jika temperatur bertambah maka sejumlah molekul yang pasif akan menyerap energi panas sehingga menjadi aktif dan selanjutnya akan meningkatkan kecepatan reaksi. Dari studi tersebut, Archenius memberikan suatu persamaan yang memperlihatkan hubungan antara konstanta kecepatan dengan temperatur sebagai berikut. K = A.e -EaRT dimana K = konstanta kecepatan A = faktor frekuensi reaksi atau faktor pro exponensial Ea : energi aktivasi, yang merupakan karakteristik reaksi. R : konstanta gas T : temperatur absolut. Bentuk logaritma dari persamaan diatas adalah sebagai berikut : Log e K = log e A - RT Ea Jika k 1 dan k 2 adalah merupakan harga konstanta pada kecepatan dan temperatur T 1 dan T 2 , maka persamaan diatas dapat ditulis sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Log e K 1 = log e A - 1 RT Ea Log e K 2 = log e A - 2 RT Ea Log e K 2 - Log e K 1 = - 1 2 RT Ea RT Ea − − = 2 1 RT EA RT Ea − log 2 1 1 2 1 2 T T T T R Ea k k e − = 303 , 2 10 log 2 1 1 2 1 2 T T T T R Ea k k − = Selanjutnya jika diketahui konstanta kecepatan k 1 dan k 2 diketahui pada temperatur T 1 dan T 2 , maka energi aktivasi, Ea dapat dihitung. Sama halnya jika harga Ea pada K 1 diketahui maka harga k 2 pada temperatur T 2 dapat dihitung sebagai berikut. eA R Ea eK log log + − = eA RT Ea eK log log + − = 303 , 2 T 1 T 1 R Ea 303 , 2 − Jika persamaan Archenius dalam bentuk y = mx + c, maka akan memperlihatkan bentuk persamaan garis lurus. Ploting dari log k vs T 1 menghasilkan satu garis lurus dengan harga slope setara . log 303 , 2 log 303 , 2 A R Ea k dan R Ea slope + − = − = log k T 1 Gambar 2.6. Penentuan aktivasi, Ea dari ploting log k vs Universitas Sumatera Utara Dari persamaan-persamaan tersebut diatas dapat dilihat bahwa suhu reaksi sangat berpengaruh terhadap energi aktivasi maupun terhadap kecepatan reaksi dimana semakin tinggi suhu maka kecepatan reaksi semakin tinggi, dengan demikian pada proses ledakan tersebut akan dihasilkan kecepatan detonasi lebih besar atau dengan kata lain sifat ledakan semakin besar atau semakin kuat.

2.4.3. Pengaruh katalis terhadap kecepatan reaksi

Dokumen yang terkait

Penggunaan Campuran Tepung Tapoka Dengan Tepung Sagu Dan Natrium Nitrat Dalam Pembuatan Bakso Daging Sapi

4 61 76

Nitrogliserin Dapat Digunakan Sebagai Bahan Peledak

2 53 7

PENGARUH PENGGUNAAN SERAT HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) SEBAGAI BAHAN TAMBAH DALAM CAMPURAN BETON TERHADAP KUAT TARIK BETON

2 28 19

Pengaruh Tingkatan Tetes sebagai Campuran Tepung Daun Ketela Pohon terhadap Degradasi Bahan Kering, Bahan Organik Campuran dan Produksi Total VFA dalam Rumen Kerbau

0 5 96

PENGARUH VARIASI CAMPURAN SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN BATA BETON RINGAN DENGAN BAHAN TAMBAH Pengaruh Variasi Campuran Serbuk Aluminium Dalam Pembuatan Bata Beton Ringan Dengan Bahan Tambah Serbuk Gipsum.

0 2 17

PENGARUH VARIASI CAMPURAN SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN BATA BETON RINGAN DENGAN BAHAN TAMBAH Pengaruh Variasi Campuran Serbuk Aluminium Dalam Pembuatan Bata Beton Ringan Dengan Bahan Tambah Serbuk Gipsum.

0 1 12

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TEMPE SEBAGAI BAHAN PENSUBSTITUSI DAGING SAPI Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Bakso.

0 0 18

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TEMPE SEBAGAI BAHAN PENSUBSTITUSI DAGING SAPI TERHADAP KOMPOSISI Pengaruh Penggunaan Tepung Tempe Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Sosis.

1 1 18

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA FERMENTASI LIMBAH PADAT PEMBUATAN BIOETANOL OLEH CAMPURAN Trichoderma viride DAN Saccharomyces cerevisiae TERHADAP BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK.

0 0 2

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI INSPEKTUR BAHAN PELEDAK

0 1 8