7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kedisiplinan siswa
1. Pengertian Disiplin
Sebelum berbicara tentang disiplin, penulis akan mengemukakan arti dari disiplin terlebih dahulu. Sebenarnya disiplin bukanlah kata Indonesia asli, ia
adalah kata serapan dari bahasa asing “disciphline” Inggris, “disciplin”
Belanda atau “disciplina” Latin yang artinya “belajar”.
1
Berbeda dengan itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “disiplin adalah tata tertib di sekolah, kemiliteran dan lain sebagainya, ketaatan atau kepatuhan
k epada peraturan atau tata tertib.”
2
Sedangkan menurut istilah, para ahli mengemukakan berbagai macam pandangannya dalam memakai istilah disiplin, diantaranya adalah:
Istilah “disiplin” mengandung banyak arti. Good Dictionary of Education menjelaskan “disiplin” sebagai berikut:
a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau
kepentingan demi sesuatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan.
b. Pencarian cara-cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif, dan
diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan dan gangguan.
1
Alex Sobur, Anak Masa Depan, Bandung: Penerbit Angkasa, 1986,Cet.Ke-21,h.114
2
Pusat Bahasa Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, ed.3, cet.2, h. 268.
c. Pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman
dan hadiah.
3
Menurut Tulus Tu’u, istilah disiplin berasal dari Bahasa Latin yaitu “disciplina yang menujuk pada kegiatan belajar dan mengajar, yang berarti
mengikuti orang-orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin, dalam kegiatan belajar tersebut bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada
peraturan- peraturan yang dibuat oleh pemimpin.”
4
Sejalan dengan itu Ensiklopedia Nasional Indonesia mengartikan istilah disiplin sebagai “sikap yang
menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, peraturan, nilai serta kaidah yang berlaku.”
5
Selanjutnya, menurut Elizabeth B.Hurloc k, “disiplin sama dengan hukuman,
disiplin digunakan hanya bila anak melanggar peraturan dan perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang berwewenang mengatur
kehidupan bermasyarakat, tempat anak itu tinggal.”
6
Sedangkan, Menurut E Mulyas
a, “disiplin adalah suatu keadaan tertib, ketika orang-orang yang bergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan
senang hati.”
7
Selanjutnya, Nitisemito S.Alex dalam bukunya Menejemen Personalia merumuskan pengertian disiplin a
dalah: “sebagai suatu sikap,tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun tidak
.”
8
Lebih lanjut, disiplin menurut
Soedijarto
ialah “kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang
tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah
ditetapkan.”
9
Menurut Habiburrahman El Shirazi dalam sebuah tulisannya di harian Seputar Indonesia, yang mengutip pendapat Soegeng Prijodarminto
mengartikan disiplin sebagai berikut: Suatu kondisi yang tercipta dan
3
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung:Angkasa,1993, Cet.1,h.109.
4
Tulus Tu’u, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.2004h.30
5
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta:PT.Delta Pamungkas,2004, jilid IV,h.93.
6
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2.Terj dari Child Development Sixth Edition, oleh dr. Med. Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga,, h. 82.
7
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 191.
8
Nitisemito S.Alex, Menejemen Personalia, Jakarta: Balai Aksara,1984, cet.Ke-5, h. 1999
9
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional Yang Relefan Dan Bermutu, Jakarta: Balai Pustaka, cet.1,h.163
terbentuk melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Karena sudah
menyatu dalam dirinya sehingga, sikap atau perbuatan yang dilakukannya bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya
akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana lazimnya.
10
Berbeda dengan hal di atas, Nurcholish Madjid men gatakan bahwa “ditinjau
dari sudut ajaran keagamaan, disiplin adalah sejenis perilaku taat atau patuh yang sangat terpuji.”
11
Piet A. Sahertian menjelaskan bahwa “disiplin mempunyai makna dan konotasi yang berbeda-beda. Ada yang mengartikan disiplin sebagai hukuman,
pengawasan, kepatuhan, latihan dan kemampuan tingkah laku”.
12
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga baik
keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Dimana yang seluruhnya itu harus dijalankan, ditegakkan dan dipatuhi oleh semua individu yang ada di lembaga
tersebut, sehingga kedisiplinan dapat berjalan dengan baik. Maka segala tujuan yang diharapkan dan dicita-citakan akan dapat tercapai secara maksimal.
Mengenai pengertian siswa, Sardiman berpendapat bahwa, siswa adalah Salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses
belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Dalam berbagai statement dikatakan bahwa siswa dalam proses belajar-mengajar sebagai kelompok manusia yang belum
dewasa dalam artian rohani maupun jasmani. Oleh karena itu memerlukan pembinaan, pembimbingan dan pendidikan serta usaha orang lain yang
dipandang sudah dewasa, agar anak didik dapat mencapai tingkat kedewasaannya.
13
Menurut Al-Rasyid, Samsul Nizar peserta didik merupakan “orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi kemampuan dasar yang masih perlu dikembangkan. Peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki
10
Habiburrahman El Shirazi, “Mencintai Disiplin” dalam Seputar Indonesia, Jakarta: 11 Februari 2010, h.32.
11
Nurcholish Madjid, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 1997, h. 87.
12
Piet A. Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1994, Cet ke-1, h. 126
13
Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi belajar-Mengajar, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2003, Cet.10,h.112.
fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian lainnya.
”
14
Selain pendapat di atas, Abudin Nata dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, mengemukakan: Peserta didik dalam bahasa Arab dikenal tiga istilah
yang sering digunakan untuk menunjukkan pada anak didik. Tiga istilah tersebut adalah murid yang secara harfiyah berarti orang yang menginginkan
atau membutuhkan sesuatu, tilmidz jamaknya talamidz yang berarti murid, dan thalib al-
„ilm yang menuntut ilmu, pelajar, atau mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada seseorang yang tengah menempuh
pendidikan. Perbedaannya hanya terletak pada penggunaannya pada tingkatannya.
15
Di dalam bukunya yang berbeda, Abudin Nata menyebutkan bahwa dari “ketiga istilah yang telah beliau kemukakan seperti di atas, maka anak didik
merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non formal.
”
16
Dari pengertian disiplin dan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin siswa adalah kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolah. Sehingga dapat membiasakan perilaku yang disiplin, dan tidak melanggar peraturan-peraturan yang ada di sekolah.
Selanjutnya, penulis membahas tentang pengertian disiplin sekolah. Menurut Oteng Sutisna disiplin sekolah adalah: “sebagai kadar karakteristik dan
jenis keadaan serba teratur pada suatu sekolah tertentu atau cara-cara dengan mana keadaan teratur itu diperoleh, pemeliharaan kondisi yang membantu kepada
pencapaian dengan efisiensi fungsi- fungsi sekolah.”
17
Selanjutnya dari Dictionary of Education, yang dikutip oleh E Mulyasa menyatakan disiplin sekolah adalah “the maintenance of conditions condusive to
the efficient achievement of the school’s function.”
18
14
Al-Rasyid, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta:PT Ciputat Press, 2005, Cet Ke-2,h.47
15
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1997,cet.3,h.79
16
Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, Jakarta:UIN Press,2005,cet.1,h.249
17
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Professional, Bandung:Angkasa,1989,Cet.Ke-10,h.110
18
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum …., h. 192.
Berdasarkan definisi yang dikutip oleh E Mulyasa, penulis memberi kesimpulan bahwa disiplin sekolah dapat diartikan sebagai keadaan tertib, ketika
guru, kepala sekolah dan staf, serta peserta didik yang tergabung dalam sekolah tunduk kepada peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati.
Dari beberapa pendapat di atas tentang disiplin sekolah, penulis menyimpulkan bahwasanya disiplin di sekolah bukan bermaksud mempersulit
kehidupan peserta didik dan bukan pula menghalangi kesenangan orang-orang yang tergabung dalam lembaga tersebut. Akan tetapi dengan adanya disiplin yang
konsisten maka sekolah dapat menjalankan perannya sebagai lembaga pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas tingkah laku siswa dan orang-orang yang
tergabung dalam lembaga tersebut.
2. Macam-macam Disiplin