Guru Agama sebagai Motivator

Seorang guru harus bisa membimbing muridnya yang masih anak-anak menjadi manusia dewasa sehingga memiliki kecakapan dan mandiri. 70 Adi W. Gunawan, dalam bukunya Genius Learning Strategy menambahkan, Guru sebagai katalisator. Peran guru sebagai katalisator adalah membantu anak didik dalam menemukan talenta dan kelebihan mereka. Disini guru bertindak sebagai pembimbing, membantu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter, emosi serta aspek intelektual anak didik. Kemudian guru juga harus mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta murid akan proses pembelajaran. 71 Menurut Oemar Malik yang mengutip pendapat Adam dan Dickey, bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: a. Guru sebagai pengajar teacher as instructor. b. Guru sebagai pembimbing teacher as counsellor. c. Guru sebagai ilmuwan teacher as scientist. d. Guru sebagai pribadi teacher as person. 72 Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa guru memiliki peran yang penting dalam mendorong keberhasilan siswa sehingga seorang guru harus dapat memahami cara-cara yang digunakan untuk menjadikan siswa disiplin karena guru yang disiplin maka akan menghasilkan siswa yang disiplin pula.

3. Guru Agama sebagai Motivator

Untuk mengungkap pengertian motivasi, dapat dilihat dari pendapat- pendapat tokoh sebagai berikut: Menurut Iskanda r, “Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.” 73 70 Imam Musbikin, Guru yang Menakjubkan, Jogjakarta:Buku Biru,2010, Cet.1,h.55-59 71 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2004, Cet.Ke-2,h.165 72 Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, h.123. 73 Dr. Iskandar, MPd, Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Ciputat: Gaung Persada Press, 2009, Cet. 1, h. 184. Tidak jauh berbeda dengan pendapat M. Alisuf Sabri, motivasi adalah “Segala sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya tingkah laku.” 74 Sedangkan, Menurut Jhon W. Santhrock, “Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, t erarah, dan bertahan lama.” 75 Selanjutnya, Menurut Sri Esti Wuryani Djiwandono, “Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakuan sesuatu yang khusus atau umum.” 76 Lebih lanjut dikatakan oleh Moh Uzer Usman, “Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atas tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.” 77 Berdasarkan pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian motivator dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: “orang perangsang yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak; petugas yang ditunjuk untuk memberikan penerangan dan motivasi kepada calon akseptor keluarga berencana.” 78 Jadi motivator adalah orang yang merangsang, mendorong, menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai tujuan. Menurut Martinis Yamin, motivasi di bagi menjadi dua, yaitu “motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan yang 74 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet. 2, h. 85. 75 John w. Santrock, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psycologi, oleh Tri Wibisono B.S., Jakarta: Kencana, 2010, Ed, 2, Cet. 3, h. 510. 76 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 2004, h. 349. 77 Drs. Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional Bandung:PT.Remaja Rosdakarya,2003h.28 78 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, Ed. 3, h. 756. tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatannya sendiri,motivasi ini bukanlah tumbuh akibat oleh dorongan dari luar diri seseo rang seperti dorongan dari orang lain.” 79 Selaras juga dikatakan oleh Muhaimin bahwasanya, motivasi dibagi menjadi dua, Yaitu” Motivasi instristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinstik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik, sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari lingkungan luar diri peserta didik. Motivasi intrinsik atau motivasi yang datangnya dari dalam diri siswa sendiri akan lebih baik bila didukung dengan motivasi ekstrinsik. Salah satu motivasi ekstrinsik adalah peran guru dalam proses pembelajaran di kelas. Selain menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga dituntut untuk melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan dan mengembangkan motifasi kepada siswanya untuk berdisiplin, agar dapat melakukan aktifitas dengan baik. 80 Motivasi ekstrinsik dikondisikan oleh sekolah. Salah satunya dengan cara menerapkan tata tertib yang dipatuhi oleh segenap komunitas sekolah tanpa terkecuali. Sebagai tenaga pendidik di sekolah, seorang guru dituntut untuk dapat mematuhi segala tata tertib yang telah diberlakukan di sekolah tersebut dan juga menerapkan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Guru yang datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai merupakan satu contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Sebagai motivator guru harus mampu menciptakan suasana yang merangsang siswa untuk tetap bersemangat dalam melakukan kegiatan –kegiatan sekolah dan dapat meningkatkan disipin siswa. Menurut E Mulyasa dalam bukunya Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, mengemukakan bahwasanya: Guru sebagai motivator hendaknya guru bertanggung jawab mengarahkan pada yang baik, harus menjadi contoh, sabar, dan penuh pengertian. Guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin diri self dicipline. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu melakukan tiga hal sebagai berikut: a. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya. 79 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta:Gaung Persada Press, 2006, Cet,2,.h.178-179 80 Drs.Muhaimin,M.A,et.al. Paradigma Pendidikan Islam Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2004h.138 c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. 81 Sedangkan, menurut Made Pidarta mengatakan: Guru sebagai motivator hendaknya: Harus mencerminkan sikap kasih sayang kepada siswa dengan mengetahui nama dan latar belakangnya. Selain itu guru harus memberikan perhatian dan nasehat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa seperti bahasa pikiran yang dapat merangsang terciptanya ketertiban di sekolah, memberi tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kehadiran dan kerajinan guru juga sangat diperlukan. Karena itu merupakan contoh dan suri tauladan yang baik bagi siswa sehingga tercipta ketertiban dan keamanan di sekolah. 82 Perhatian dan nasehat yang diberikan oleh guru berguna untuk memotivasi siswa agar bertindak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Adapun keteladanan yang diberikan oleh guru dalam hal kehadiran dan kerajinan akan memotivasi siswa untuk melakukan hal yang sama yaitu rajin dan selalu hadir di sekolah. Sikap keteladanan ini sebagaimana dicontohkan oleh Nabi. Firman Allah Surat Al Ahzab ayat 21:                    Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 83 Menurut E Mulyasa, Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih dari itu, guru harus membentuk kompetensi dan pribadi siswa. Oleh karena itu, guru senantiasa mengawasi perilaku siswa, terutama pada jam-jam sekolah, agar tidak terjadi penyimpangan perilaku atau tindakan yang indisiplin. Untuk kepentingan tersebut, dalam rangka mendisiplinkan peserta didik guru harus menjadi 81 E. Mulyasa, Implementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara,2009,h.192. 82 Made Pidarta, Peran Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 1995, h. 39. 83 Ahmad Tohaputra, Al- Qur’an Dan Terjemahnya Ayat Pojok Bergaris Departemen Agama RI, Semarang: Asy Syifa, 1998, h. 336. pembimbing, contoh atau teladan, pengawas dan pengendali seluruh perilaku siswa. 84 Seorang guru harus bisa membimbing peserta didik menjadi manusia dewasa sehingga memiliki kecakapan dan mandiri. Sebagai seorang pembimbing guru diharapkan memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Seperti dalam halnya masalah disiplin, biasanya siswa merasa bosan dengan penyampaian materi dengan metode ceramah yang disampaikan oleh guru menyebabkan murid kurang antusias untuk mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini tentu dapat memancing siswa untuk melakukan-tindakan-tindakan negatif seperti tidur di dalam kelas, atau bahkan membolos pada saat pembelajaran sekedar untuk menghindari kebosanan di dalam kelas. Dalam hal ini guru berkewajiban memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun tulisan. Seorang pendidik dalam memberikan contoh dan tauladan dapat dicontohkan mulai dari kedatangan, pembelajaran, adab berpakaian, dan lainnya. Misalnya saja seorang guru yang sangat menegaskan kepada siswa akan pentingnya kehadiran di sekolah sebelum bel dibunyikan maka begitupun dengan guru ia juga harus berada di sekolah sebelum bel berbunyi. Selain itu rasa segan atau wibawa juga akan muncul jika pimpinan mempunyai adab dan sopan santun yang baik seperti cara berpakaian yang rapi dan sopan. Jika guru melakukan teladan ini dengan baik maka bukan hanya siswa yang termotivasi untuk melakukan hal yang sama tetapi para guru dan staf lainnya pun juga akan termotivasi untuk tetap memperlihatkan keteladanan meskipun secara bertahap. Setelah menciptakan tindakan yang mendukung pembentukan kedisiplinan melalui membimbing dan contoh tauladan, maka hal berikutnya yang harus dilakukan guru adalah melakukan pengawasan. Salah satu bagian dari pengawasan yang di ajukan disini adalah mengawasi perilaku siswa, terutama pada jam-jam sekolah. Seperti: memeriksa kehadiran siswa setiap pagi, memeriksa kembali kehadiran siswa setelah jam istirahat, atau memeriksa daftar keterlambatan siswa, dan lain sebagainya. 84 E . Mulyasa, Implementasikan Kurikulum …, h.173. Menurut E Mulyasa, “guru sebagai motivator bagi siswa, guru harus mampu menciptakan suasana yang merangsang siswa untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan tugasnya yaitu belajar serta selalu berdisiplin. Dalam hal ini cara yang dapat ditempuh guru antara lain dengan memberikan sikap yang ramah, penuh semangat, dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. ” 85 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan guru agama sebagai motivator adalah seorang guru dituntut untuk dapat mematuhi segala tata tertib yang telah diberlakukan di sekolah tersebut dan juga menerapkan sikap disiplin dalam proses pembelajaran. Guru yang datang tepat waktu dan tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai merupakan satu contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. 85 E . Mulyasa,Implementasikan Kurikulum...., h.196. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Nuasantara Plus Ciputat Tangerang Selatan mulai 10 Januari 2011 sampai dengan 31 Februari 2011.

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang Peran Guru PAI sebagai Motivator dalam Meningkatkan Disiplin Siswa, penulis melaksanakan penelitian lapangan field research dengan menggunakan metode “Deskriptif Analisis”. Jenis penelitian lapangan dimaksud agar dapat memperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat mengenai peran guru PAI sebagai motivator dalam meningkatkan disiplin siswa SMP Nusantara Plus Ciputat Tangerang Selatan.

C. Populasi dan Sampel

Adapun populasi target dalam penelitian ini yaitu seluruh siswai SMP Nusantara Plus, kelas VII, VIII, dan IX yang berjumlah 449 orang siswa. Sedangkan populasi terjangkau yaitu siswa kelas IX yang berjumlah 151 orang siswa. Dari populasi terjangkau tersebut, penulis mengambil sample 20 30 orang .