Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwasanya dalam pelanggaran disiplin dapat di tanggulangi dengan beberapa cara antara lain dengan
cara pendekatan pada siswa. Makin baik guru mengenal murid makin besar kemungkinan mencegah terjadinya pelanggaran disiplin. Kemudian salah satu
langkah yang dilakukan oleh guru yaitu dengan cara guru memberikan sikap tauladan yang baik, bukan dengan hanya teori, karena itu akan membuat siswa
merasa bingung. Dengan adanya cara-cara dalam menanggulangi pelanggaran disiplin, siswa akan lebih berprilaku disiplin terhadap peraturan-peraturan yang
ada di sekolah. Sehingga dengan cara ini diharapkan dapat membantu guru dalam membentuk sikap kedisiplinan siswa.
B. Guru Agama Sebagai Motivator
1. Pengertian dan karakteristik Guru PAI.
a. Pengertian Guru PAI
Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah menurut
Abuddin Nata, “kata guru berasal dari Bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Dalam Bahasa Inggris, dijumpai kata Teacher yang
berarti pengajar. Selain itu terdapat pula istilah Ustadz untuk menunjukkan kepada arti guru secara khusus mengajar bidang ilmu pengetahuan agama.”
43
Selanjutnya istilah yang berkaitan dengan guru adalah “al-Ras- bibuna fi al-ilm, yaitu orang yang memahami pesan-pesan ajaran Al-
Qur’an yang memerlukan penalaran dan
ta’wil, yaitu mengalihkan makna Al-Qur’an secara harfiah kepada makna majaziyah tanpa harus bertentangan dengan makna Al-
Qur’an secara keseluruhan.”
44
Menurut Departement Pendidikan dan Kebudayaan, “guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan dalam kepentingan
anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik-baiknya dengan anak didik,
43
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-MuridStudy Pemikiran al-ghazali, Jakarta: Pt. Raja Grafindo,2001,h.41
44
Abuddin Nata, Prespektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid ….,h.46.
sehingga menjunjung tinggi pengembangan dan menerapkan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.”
45
Sedangkan, menurut Zakiah Darajat, guru adalah “seorang yang memiliki
kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya membimbing muridnya. Ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa
berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Selain itu perlu diperhatikan pula dalam hal dimana ia memiliki kemampuan
dan kelemahan.”
46
Lebih lanjut, menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi
, “guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai
keahlian khusus.”
47
Berbeda dengan hal di atas, Menurut Muhammad Nurdin dalam bukunya Kiat menjadi Guru Profesional, guru dalam islam adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani
dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba ALLAH SWT.
Disamping itu juga, ia mampu sebagai makhluk sosial dan makhluk hidup yang mandiri.
48
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, guru dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru
sering dianggap sebagai model atau panutan. Sehingga, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian.
Sedangkan dalam mendefinisikan agama, memang tidaklah mudah sebab definisi itu sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh sudut pandang pemikiran
45
Syafruddin Nurdin, Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta:ciputat pers,2002, cet.1`,h.8
46
Zakiah Darajat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara,1996,Cet.Ke-1,h.226.
47
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetetif, Jakarta:Bumi Aksara,2002,h.36.
48
Muhammad Nurdin, KIat Menjadi Guru Profesional, Jogjakarta:Prisma Sophie Jogjakarta,1995,h.156
masing-masing individu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika timbul beberapa pengertian tentang agama.
Menurut Zakiah Daradjat,”agama adalah kebutuhan jiwa psykhis manusia yang mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan,
dan cara menghadapi masalah.”
49
K.H.M. Taib Thohir Abdul Muin, “agama ialah suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal, memegang peraturan
tuhan itu dengan hendaknya sendiri untuk mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan di akhirat istilah ini meliputi kepercayaan dan perbuatan.”
50
Selanjutnya, H .Agus Salim, “agama ialah ajaran tentang kewajiban dan kepatuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah kepada
manusia lewat utusan-utusan-Nya dan oleh Rasul-Rasul-Nya di ajarkan kepada orang-
orang dengan pendidikan dan tauladan.”
51
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru agama adalah orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didik melalui suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju ke arah
kedewasaan. Guru agama tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan agama saja, tetapi ia juga harus dapat membentuk, menumbuhkan, dan memberikan
nilai-nilai ajaran agama kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari.
b. Karakterisrik guru Agama
Setiap calon guru dan guru profesional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan
para siswanya. Secara konstitusional, pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, dasar, dan menengah makna guru yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
49
Zakiah daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, Jakarta:bulan bintang,1975,h.47
50
Aslam hady, Pengantar Filsafat Agama, Jakarta:rajawali,1986,h.7
51
Mudjahid abdul manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1996,h.4
Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 .
52
Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang karakteristik guru agama, diantaranya:
Menurut Muhibbin Syah, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan
keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi: 1
Fleksibilitas kognitif Fleksibilitas kognitif keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan
berfikir yang diikuti dengan tindakan secara stimultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai
dengan keterbukaan berfikir dan beradaptasi.
2 Keterbukaan psikologis
Keterbukaan psikologis merupakan dasar kompetensi profesional kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas keguruan yang harus
dimiliki oleh setiap guru. Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai
dengan kesediannya
yang relativ
tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
53
Menurut E Mulyasa, selain karakterisitik yang disebutkan di atas, setidaknya terdapat tiga hal yang dapat menjadikan seorang guru penting, tidak
saja dalam hal pembelajaran di kelas, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat. Tiga hal tersebut sekaligus menjadi sifat dan karakteristik guru, yakni: kreatif,
professional, dan menyenangkan. Guru harus kreatif dalam memilih dan mengembangkan materi standar untuk membentuk kompetensi sesuai dengan
karakteristik peserta didik. Guru juga harus menyenangkan, tidak saja bagi peserta didik, tetapi bagi dirinya. Artinya, belajar dan pembelajaran harus
menjadi makanan pokok para guru sehari-hari, harus mencintai dan dicintai, agar dapat membentuk dan membangkitkan rasa cinta dan nafsu belajar peserta
didik.
54
Sedangkan Fuad bin Abdul Aziz Al-Syalhub menyebutkan bahwa karakteristik seorang pendidik adalah “mengharap ridha Allah, jujur dan
amanah, komitmen dalam ucapan dan tindakan, adil dan egaliter, berakhlak
52
Hasbullah, Dasar- dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, cet. 5,.h. 356- 371.
53
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1999,Cet.4,h.226
54
E. Mulyasa , Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran kreatif dan Menyenangkan, Bandung :PT.Remaja Rosdakarya, 2005, Cet.1,h.iv
karimah, rendah hati, berani, menciptakan nuansa keakraban, sabar dan mengekang hawa nafsu, baik dalam tutur kata dan tidak egois.”
55
Abdurrahman An-Nawawi menyebutkan bahwa sifat-sifat seorang pendidik guru agama adalah sebagai berikut:
1 Seorang pendidik harus memiliki sifat rabbani.
2 Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaniahnya dengan
keikhlasan. 3
Seorang pendidik hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. 4
Ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik, seorang pendidik harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam
kehidupan pribadinya. 5
Seorang guru harus senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kajiannya.
6 Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi dan materi pelajaran. 7
Seorang guru harus mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa.
8 Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan psikologi pendidikan. 9
Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga ia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan
akibatnya terhadap anak didik, terutama dampak terhadap akidah dan pola pikir mereka.
56
Dari berbagai pendapat yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa sifat dan karakteristik yang harus dimiliki seorang guru agama adalah takwa
kepada Allah SWT, berpengetahuan luas, berkepribadian pancasila, kreatif, professional, dan menyenangkan.
2. Tugas dan Peran Guru PAI