Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disiplin memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membentuk pribadi-pribadi yang memiliki komitmen tinggi dalam melaksanakan setiap kewajiban. Dengan kata lain, disiplin dapat membentuk karakter bangsa. Pembiasaan-pembiasaan penerapan disiplin sejak dini akan memudahkan setiap individu untuk melaksanakan setiap kewajiban dengan komitmen tinggi. Para guru khususnya guru PAI memiliki peran yang signifikan untuk membentuk pribadi yang berdisiplin tinggi, karena disiplin merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah proses pendidikan. Disiplin, sebagaimana dikemukakan oleh Alisuf Sabri dalam bukunya Ilmu Pendidikan, merupakan salah satu alat pendidikan preventif dalam pendidikan yaitu alat yang bersifat pencegahan. Yang bertujuan untuk mencegah atau menghindarkan hal-hal yang dapat mengganggu kelancaran proses pelaksanaan atau pencapaian tujuan pendidikan. 1 Sedangkan menurut S Margono, “disiplin merupakan suatu gambaran yang menyatakan hasil kegiatan atau perubahan yang telah dicapai oleh seseorang melalui keuletan bekerja, baik secara kualitas maupun kuantitas, dengan kata lain disiplin adalah sebuah penilaian yang memang menjadi standarisasi bagi 1 Alisuf sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta:CV.Pedoman Ilmu Jaya,1999,h.36 keberhasilan tujuan pendidikan. ” 2 Disiplin termasuk salah satu upaya dan perbuatan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, karena dengan disiplin segala kegiatan pembelajaran akan teratur dan terarah, sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Maka dengan demikian disiplin sebagai salah satu upaya meningkatkan proses pembelajaran penting dilaksanakan oleh siswa, guru beserta seluruh tenaga kependidikan. Dalam Penerapan disiplin peserta didik dapat belajar untuk hidup dengan kebiasaan baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Pembiasaan dengan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh positif pula bagi kehidupan peserta didik di masa yang akan datang. Mengingat akan pentingnya disiplin pada siswa , maka pihak-pihak yang terkait seperti sekolah, masyarakat, dan keluarga, semestinya menanamkan disiplin itu terhadap siswa. Disiplin sekolah tidak hanya diterapkan dan dilakukan kepada siswa, akan tetapi disiplin juga harus diterapkan dan dilaksanakan oleh seorang guru. Muhammad zuhaili, dalam bukunya yang berjudul Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini menyatakan, bahwa guru merupakan tenaga kependidikan terdepan dalam melaksanakan tugas pokok lembaga pendidikan, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing serta motivator, untuk itu diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pada kepribadian, prilaku dan pengaruhnya yang sangat besar terhadap jiwa anak didik. Banyak anak didik yang kepribadiannya meniru salah satu gurunya dalam setiap tindakan, akhlak, pemikiran dan prilakunya, khususnya dalam tingkat pendidikan awal dan kemudian menengah. 3 Demikian juga bagi guru khususnya guru PAI, tugas dan tanggung jawab mereka tidaklah mudah dan ringan, bahkan mungkin lebih berat dari guru bidang studi lain, sebab terkait dengan siswa yang memiliki latar belakang beragamaan yang berbeda serta permasalahan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, guru PAI harus memiliki persyaratan khusus, salah satunya adalah pengetahuan yang mendalam tentang pendidikan agama dan keahlian dalam bidang studi PAI secara professional. 2 S. Margono.Drs, Metodologi Penelitian Pendidkan, Jakarta.Rineka Cipta,2004Cet.Ke- 4,h.54. 3 Muhammada Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini , Jakarta:A..H.Ba’adillah Press, 2002,h.106. Sebagai pendidik, segala sikap dan prilaku yang dilakukannya, tentu akan dilihat dan dicontohkan oleh siswanya. Jika guru memiliki sikap disiplin maka siswanya juga mengikuti perilaku sang guru yang disiplin tersebut. Guru yang disiplin dapat memotivasi anak didik untuk dapat berperilaku disiplin. Bahwasanya guru sangat berperan dalam memotivasi anak didik agar dapat meningkatkan kedisiplinan mereka, yaitu dengan cara menerapkan kedisiplinan terhadap anak didik. Selain guru menerapkan kedisiplinan terhadap siswa, gurupun seharusnya membiasakan sikap disiplin untuk dirinya agar dapat memberikan motivasi kepada anak didiknya. Misalnya dari faktor guru, berpakaian sopan, hadir sebelum bel masuk berbunyi, memberikan semangat untuk berdisiplin baik secara lisan maupun perbuatan, tidak sering bolos ketika jam mengajar, tidak meninggalkan kelas sebelum waktu pelajaran selesai, dan inilah merupakan contoh sikap disiplin pada guru. Dengan disiplin tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam melaksanakan tata tertib yang ada di sekolah. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib sekolah, maka dibutuhkan guru- guru yang penuh dengan kesetiaan dan ketaatan dalam mematuhi tata tertib atau peraturan yang telah diberlakukan di sekolah tersebut. Karena ini merupakan salah satu cara agar mewujudkan kelancaran dalam proses pembelajaran untuk mencapai visi dan misi sekolah. Dalam mencapai visi dan misi sekolah maka sekolah harus memiliki disiplin yang tinggi. Disiplin siswa juga dapat dimulai dari kebiasaan yang sering dilakukan diantaranya siswa mampu mempergunakan waktu yang baik, memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan menyusun jadwal pelajaran. Namun kenyataan di masa sekarang, terjadi ketidaktertiban yang tiada habis-habisnya. Setiap hari ada saja pelanggaran yang terjadi, mulai dari hal yang sepele sekalipun, misalnya: cara berpakaian yang tidak rapi, tidak tepat waktu datang ke sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah PR , berbicara pada teman pada saat guru sedang menjelaskan pelajaran, keluar kelas saat jam pelajaran belum habis, jajan disaat jam pelajaran berlangsung, terlambat datang ke sekolah, ketidak ikutsertaan dalam upacara atau kegiatan sekolah, dan masih banyaknya siswa yang pulang sebelum waktu pelajaran selesai bolos, hingga hal-hal yang cukup besar seperti merokok, rambut gondrong, membuat keributan di kelas, melawan guru, berkelahi, mejeng di mall dengan menggunakan seragam sekolah. E Mulyasa menambahkan, bahwasanya, “siswa banyak melakukan tawuran, perkelahian, pelanggaran moral yang dilakukan peserta didik sehingga akan mengganggu efektifitas pembelajaran. ” 4 Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa kedisiplinan siswa itu sangat diperlukan dalam melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah, oleh karena itu guru sebagai motivator diharapkan dapat memberikan motivasi yang positif kepada siswa agar dapat meningkatkan kedisiplinan siswa khususnya bagi guru PAI dalam menciptakan peserta didik yang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan memiliki sifat akhlakul karimah. Disiplin yang diterapkan di SMP Nusantara plus ini tidak jauh berbeda dengan disiplin yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya. Disiplin-disiplin yang ada tidak hanya berlaku untuk para siswa, melainkan juga bagi guru. Dengan penanaman disiplin diharapkan siswa terbiasa untuk disiplin dan pada akhirnya disiplin dapat menjadi karakter kepribadiannya. Namun dalam kenyataannya di SMP Nusantara Plus ada siswa yang tidak disiplin dalam melaksanakan peraturan- peraturan yang ada di sekolah. Misalnya siswa yang terlambat datang ke sekolah, keluar kelas ketika jam pelajaran belum selesai, mengobrol dengan teman pada saat guru menerangkan, mengikuti upacara sambil bercanda, membuat keributan di luar jam sekolah, membawa telepon genggam ke sekolah, terlibat tawuran, dll. Meskipun pelanggaran tata tertib sekolah tersebut angkanya tidak besar, namun masalah tersebut tidak boleh dibiarkan dan harus segera diatasi. Oleh karena itu diperlukan peran dari guru PAI dalam memotivasi disiplin siswa agar kedisiplinan siswa meningkat. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik untuk melakukan penilitian yang akan dituangkan dalam skripsi dengan judul “Peran Guru PAI 4 E . Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung:PT .Remaja Rosdakarya,2005, Cet.1,h.19 Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SMP Nusantara Plus Ciputat ”.

B. Identifikasi masalah