merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Makna hidup
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup yang pernah diteliti oleh Debats, Van der Lubbe, dan Wezeman 1993 mengenai hubungan antara Life
Regard Index LRI dengan demografis seks, usia, pendidikan dan karakteristik kepribadian menemukan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh, namun
ditemukan pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah, individu yang memiliki
hubungan baik dalam pernikahan dengan yang telah bercerai, serta individu yang memiliki pasangan partner dengan yang tidak memiliki pasangan. Kesemuanya
menghasilkan kesimpulan bahwa memiliki hubungan intim intimate relationship menghasilkan tingginya skor positive life regard. Individu yang memiliki
hubungan intim biasanya memiliki pengalaman makna hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut Colin Leath, 1999. Sedangkan
menurut Baumeister 1991 dalam King, L.A. dkk, 2006 berpendapat bahwa makna hidup
seseorang tergantung pada pemenuhan „empat kebutuhan psikologis‟: tujuan purpose, nilai value, efikasi diri self-efficacy, dan self-
worth.
Di sisi lain penelitian Dunn, Marianne G. dkk 2009: 221 menemukan bahwa dengan menilai kekuatan Tuhan
reappraisal God‟s power dapat membantu memprediksi pencarian makna hidup seseorang. Penilaian kekuatan
Tuhan merupakan bentuk negatif dari religious coping dimana seseorang tersebut
berpikir ulang tentang kekuatan Tuhan yang menolong hambanya dalam proses coping.
Sedangkan dalam rangkuman artikel dari Adler 1997, Yalom menemukan bahwa kurangnya makna hidup meaning in life berhubungan
dengan psikopatologi, dimana makna hidup yang positif berhubungan dengan kuatnya kepercayaan terhadap suatu agama religious belief, keanggotaan pada
sebuah kelompok, pengabdian pada sebuah sebab, nilai hidup, dan tujuan hidup yang jelas Yalom, 1980; in Zika Chamberlain, 1992. Menurut James, agama
dapat memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna
dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang yang beragama akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan
bahwa agama adalah sumber kebahagiaan Rakhmat, 2003. Salah satu fungsi agama religion adalah memberikan individu cara-cara yang jika dijalani mereka
akan mendapatkan tujuan purpose dalam hidupnya Emmons Paloutzian dalam Steger Frazier, 2005.
Peran agama dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan well-being dengan memberikan dukungan sosial sosial support atau sebagai sumber
penanganan masalah coping resources, atau dengan sense dari harga diri self- esteem. Agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup
meaning in life.Dan makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan well-being dan fungsi hidup manusia Steger Frazier, 2005:
580.
2.2 Religiusitas