Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pegawai yang berada dalam kategori sangat rendah dan kategori rendah, 37 pegawai
41 berada dalam kategori tinggi, dan 53 pegawai 59 dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi variabel Diklat di atas dapat digambarkan dalam pie-chart sebagai berikut:
Gambar 6. Pie-chart kecenderungan variabel Diklat
3. Variabel Motivasi Kerja
Variabel Motivasi Kerja X2 dalam penelitian ini diukur melalui angket dengan 10 butir pernyataan. Berdasarkan data yang diperoleh
melalui angket yang disebarkan kepada 90 responden menunjukkan bahwa variabel Motivasi Kerja X2 diperoleh skor tertinggi sebesar 40
dari skor tertinggi yang mungkin dicapai sebesar 4 x 10 = 40 dan skor terendah sebesar 25 dari skor terendah yang mungkin dicapai sebesar 1
x 10 = 10. Dari skor tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS Statistic 17.0 for Windows diperoleh harga Mean
Sangat Rendah
Rendah
Tinggi 41
Sangat Tinggi 59
M sebesar 32,62; Median Me sebesar 32,00; Mode Mo sebesar 30,00; dan Standar Deviasi sebesar 3,537.
Untuk menyusun distribusi frekuensi Motivasi Kerja X2 dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung Jumlah Kelas Interval b. Jumlah kelas interval K
= 1 + 3,3 logn = 1 + 3,3 log90
= 1 + 3,3 1.954 = 7,448 dibulatkan menjadi 7
c. Menghitung Rentang Data Rentang data R
= data tertinggi – data terendah
= 40 – 25 = 15
d. Menghitung Panjang Data Panjang kelas P
=
= = 2,143 dibulatkan menjadi 2
Tabel 13. Distribusi frekuensi variabel Motivasi Kerja
No Kelas Interval
Frekuensi Frekuensi
1 25-26
2 2
2 27-28
6 7
3 29-30
23 26
4 31-32
19 21
5 33-34
15 17
6 35-36
12 13
7 ≥37
13 14
JUMLAH 90
100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi variabel Motivasi Kerja dapat digambarkan histogram sebagai berikut:
Gambar 7. Histogram distribusi frekuensi variabel Motivasi Kerja
Berdasarkan tabel 13 dan gambar 7, frekuensi variabel Motivasi Kerja sebagian besar terdapat pada interval 29-30 dengan jumlah
frekuensi 23 pegawai 26. Sedangkan frekuesi terkecil terdapat pada interval 25-26 dengan jumlah frekuensi 2 pegawai 2.
2 6
23 19
15 12
13
5 10
15 20
25
25-26 27-28
29-30 31-32
33-34 35-36
≥ 7 FRE
K U
E NSI
KELAS INTERVAL
MOTIVASI KERJA
Kemudian pengkategorian
variabel Motivasi
Kerja menggunakan kriteria skor ideal. Perhitungannya adalah sebagai
berikut: Jumlah Butir
= 10 Mi
= Penskoran
= 1 – 4
SD
i
= X
min i
= 10 x 1 = 10 1,5SD
i
= 1,5 x 5 = 7,5 X
max i
= 10 x 4 = 40 Tabel 14. Kategori variabel Motivasi Kerja
No Kategori
Rumus Hitungan
Batasan Skor
1 Sangat
Rendah X M
i
-1,5SD
i
X 18.5 10,00
– 18,5 2
Rendah M
i
- 1,5SDi X
M
i
18.51 X 25,00 18,51 – 22,00
3 Tinggi
M
i
X M
i
+ 1,5SD
i
25,01 X 32,5 25,01 – 32,5
4 Sangat
tinggi X
M
i
+ 1,5SD
i
X 32,51
32,5 – 40,00
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh kecenderungan Motivasi Kerja sebagai berikut:
Tabel 15. Kategori Kecenderungan Motivasi Kerja
No. Kelas Interval
Frekuensi Kategori
Absolut Relatif
1 10,00
– 18,5 Sangat Rendah
2 18,51
– 22,00 Rendah
3 25,01
– 32,5 50
56 Tinggi
4 32,5
– 40,00 40
44 Sangat tinggi
Total 90
100
Tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pegawai yang berada dalam kategori sangat rendah dan kategori rendah, 50 pegawai
56 berada dalam kategori tinggi, dan 40 pegawai 44 dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan distribusi kecenderungan frekuensi variabel Motivasi Kerja di atas dapat digambarkan dalam pie-chart sebagai berikut:
Gambar 8. Pie-chart kecenderungan variabel Motivasi Kerja
C. Pengujian Prasyarat Analisis