83
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Dalam skema di atas diperlihatkan interaksi yang terjadi antara Narotama dan Rangda. Narotama datang menghadap Rangda untuk meminta pertimbangan. Rangda
menyindir sikap Airlangga. Narotama merasakan sindiran tersebut dan bersikeras minta nasihat. Rangda menyarankan Narotama untuk tidak ikut campur. Narotama akhirnya
menerima patuh. Ketegangan diputus.
9. Narotama N Tetua Desa TD
Narotama digambarkan sebagai pemimpin pasukan dengan tujuan menyerbu Wura Wuri. Ketika sampai di batas desa, mereka menghentikan perjalanan. Pasukan tidak
diizinkan melewati tanah-tanah dalam wilayah Kabikuan. Maka upaya diplomasi pun dilakukan oleh Narotama. I a mesti menghadapi tetua desa.
Skema di atas memperlihatkan interaksi yang terjadi antara Narotama dan Tetua Desa. Narotama sebagai pemimpin pasukan perang memiliki kewajiban untuk membawa
pasukan melewati desa tersebut karena tidak ada jalan lain untuk menuju ke Wura Wuri. Oleh sebab itu Narotama berupaya membujuk tetua desa. Ketegangan terjadi karena
Narotama memaksakan kehendak. Akhirnya, Tetua Desa mengalah sehingga klimaks dapat dihindari. Berikut kutipannya. “Apabila kehendak raja memasukkan petugas-
petugas negara ke tanah Kabikuan, hamba yang bodoh mohon diri Tuanku,“ tetua desa dengan lesu berpamitan hlm.137.
10. Narotama N Perw ira P
N R
2 Ket erangan:
1. N m enghadap R 2. R m enyindir N
3. N bersikeras 1
4 3
5
N TD
2 Ket erangan:
1. N m enjelaskan alasan m elew at i desa 2. TD m enolak halus
3. N m enekankan bahw a t anah-t anah it u m ilik Kediri
4. TD t et ap keberat an 5. N m em aksa dengan halus
1
4 3
5
84
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Narotama bertugas sebagai pemimpin pasukan. Dengan demikian ia memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan para perwira. I nteraksi yang terjadi antara Narotama
dan perwira pasukan semakin menguat. Meskipun para perwira tidak memiliki kekuasaan untuk memberi perintah, mereka memiliki pengaruh yang besar di hadapan prajurit.
Narotama ingin mendengar terlebih dahulu pendapat Tetua Desa, tetapi para perwira yang tidak sabar ini tidak setuju. Mereka menginginkan Narotama tidak perlu membuang-
buang waktu untuk berdiskusi. Namun, Narotama bersikeras. Maka, timbullah keresahan di antara para perwira. Akhirnya para perwira memutuskan melewati desa Kabikuan tanpa
menunggu perintah Narotama.
Dari skema di atas diperlihatkan interaksi yang semakin menguat terjadi di antara Narotama dan para perwira. Keduanya tidak bersedia mengalah. Akibatnya kehancuran
tidak dapat dihindari. Meskipun, yang mengalami kehancuran bukan Narotama secara pribadi, pelanggaran yang dilakukan para perwira dengan membuka jalan secara paksa
telah menyebabkan pertumpahan darah di bumi Kediri. Hal ini mengakibatkan kesedihan bagi Narotama. Berikut kutipannya.
…Para peladang dan petani yang tengah bekerja tersentak oleh datangnya pasukan pembuka jalan Kadiri.
“Perintah Raja, kalian menyingkir atau mati…” ….
Enam desa yang dilewati para pembuka jalan, yang memilih jalan ladang dan persawahan memercikkan darah, membantai dengan cepat petani dan peladang yang
berusaha menghalangi dan mengingatkan, “Ini tanah Kabikuan, Tuan-tuan…” hlm.145 ….
Para perwira dengan suara marah memerintahkan, “Panji Kediri tancapkan segera”
“
Kenapa kalian bergerak tanpa perintahku?” Narotama menyahut marah…
Bukannya surut, para perwira menuding Narotama hlm.147
Pengarang sengaja membiarkan terjadinya klimaks karena para perwira dianggap telah melakukan tindakan pelanggaran. Setiap pelanggaran harus mendapatkan
hukuman. Situasi inilah yang ingin ditekankan oleh pengarang.
N P
2 1
4 3
Ket erangan: 1. N ingin m em anggil t et ua desa soal
penyebab m at inya para penyam ar 2. P t idak set uju
3. N m asih ingin m enunggu Bahula 4. P t idak m au m enunggu
5. N bersikeras t idak m em beri izin 6. P m elanggar m elew at i desa kabikuan
7. Klim aks t erjadi: pert um pahan darah 5
7
85
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Tabel Analisis Novel Janda dari Jirah
1. Rangda vs Rakyat Kabikuan: komplementer, intensitas tidak menguat krn Rangda mencintai rakyatnya 2.
Rangda vs Penyelundup: komplementer, intensitas menguat, klimaks terjadi ada pelanggaran
3. Rangda vs Airlangga: simetris, intensitas tidak terjadi interaksi tak langsung 4. Rangda vs Ratna Manggali: komplementer, intensitas tidak terjadi Rangda mencintai anaknya
5. Rangda vs Mpu Baradah: simetris, intensitas menguat, klimaks tidak terjadi pengarang memutus interaksi
6.
Airlangga vs Kerabat I stana: komplementer, intensitas menguat, klimaks terjadi pada interaksi pertama mengikuti alur sejarah ;
pada interaksi kedua pengarang memutus interaksi. 7. Airlangga vs Mpu Baradah: simetris, intensitas menguat pengarang memutus interaksi
8. Airlangga vs Narotama: komplementer, intensitas tidak terjadi Narotama patuh 9. Narotama vs Tetua Desa: komplementer, intensitas menguat Tetua Desa mengalah
10. Narotama vs Perw ira: komplementer, intensitas menguat, klimaks terjadi ada pelanggaran