I majinasi Cerita Anak Alur Cerita Anak

161 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Tabel 1 Daftar Judul Cerita Anak, Pengarang, dan Sarana Publikasi No. Judul Cerita Anak Pengarang Sarana Publikasi 1. Semut Saja Bisa Akur Rita Nuryanti Kedaulatan Rakyat 6-3-2011 2. Sudah Saya… Rita Nuryanti Kedaulatan Rakyat 20-5-2012 3. Pak Kebun, Gorengkan Sukun Soekanto SA Orang-orang Tercinta 2005 4. I bu Jambi Soekanto SA Orang-orang Tercinta 2005 5. Tangga Menuju Kebahagiaan Rae Sita Patappa Majalah Bobo 25-1-2007 6. Ronin Pemain Violin Saokat Majalah Bobo 25-1-2007 7. Telur Emas Eko Cahyono Terjemahan Majalah Bobo 25-1-2007

1. I majinasi Cerita Anak

Dari segi imajinasi, cerita-cerita anak yang dipilih dalam tulisan ini sebagian besar diambil dari kejadian sehari-hari, seperti cerita “Semut Saja Bisa Akur”, “Sudah Saya…”, “Pak Kebun, Gorengkan Sukun”, dan “Mamang Sayur”. Apabila imajinasi cerita anak yang dimaksudkan itu berupa daya khayalan atau fantasi yang tinggi, cerita “Tangga Menuju Kebahagiaan”, “Ronin Pemain Violin”, dan “Telur Emas” dapat dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Terlepas dari hal itu, ide semua cerita di atas dapat dikatakan sederhana, tetapi sarat dengan pesan yang tidak menggurui anak-anak. Dalam cerita “Semut Saja Bisa Akur” karya Rita Nuryanti, misalnya, pertengkaran dua orang sahabat, Puput dan Novi merupakan cerita yang biasa dari kejadian sehari- hari. Namun, narator pengarang mengilhamkan salah seorang tokohnya, Puput, dengan melihat semut-semut yang beriringan dari arah berlawanan, saling berdekatan seakan bersalaman. Kemudian, dari relung hatinya, Puput tiba-tiba mendengarkan bisikan, “Semut saja bisa akur” Dengan teknik semacam itu, menurut hemat saya, pengarang seolah-olah tidak menggurui para pembacanya, khususnya anak-anak.

2. Alur Cerita Anak

Dari segi alur cerita, cerita-cerita anak yang dipilih dalam tulisan ini sebagian besar menggunakan alur maju, meskipun ada satu cerita yang menggunakan alur sorot balik flashback, seperti cerita “Semut Saja Bisa Akur”. Penggunaan alur maju pada sebagian besar cerita anak ini, menunjukkan bahwa cerita anak yang ditulis lebih menitikberatkan pada pesan moral yang tersirat ketimbang bentuk cerita itu sendiri. Selain itu, cerita anak ditulis dengan disesuaikan tingkat berpikir anak-anak yang masih sederhana dan belum sekompleks remaja atau dewasa. Selain alurnya sederhana, konflik dalam cerita anak biasanya cukup satu kali terjadi dan kemudian memasuki tahap penyelesaian konflik dan penutup. Sekadar contoh, cerita “Pak Kebun, Gorengkan Sukun” karya Soekanto SA layak dikupas di sini. Cerita itu bermula dari kunjungan anak-anak ke rumah temannya, Nini. Saat itu, Nini tengah bercermin diri di dekat jendela kamarnya, kemudian ia dikagetkan oleh suara teman-temannya itu. Cerita pun mengalir, Nini dan sebelas kawannya bersepeda menuju ke sekolah mereka. Di sana, mereka melihat Pak Kebun yang sedang berada di atas pohon sukun. Pak Kebun akhirnya turun dan menemui Nini dan kawan- kawannya itu. Ternyata Nini dan kawan-kawannya itu membawakan bingkisan untuk Pak 162 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Kebun. Kata Nini, “…Tanda sayang kami semua kepada Bapak yang selalu rajin membersihkan sekolah, membersihkan kelas, menjaga supaya tidak ada pencuri masuk, menjaga supaya kalau kami datang sukun gorengnya sudah masak…”. Sebagai pembaca, saya menilai bahwa cerita ini menggunakan alur maju, selain kata-katanya mudah dicerna oleh anak-anak, serta yang tak kalah penting, memiliki pesan moral yang cukup baik guna ditanamkan pada diri anak-anak saat ini.

3. Nilai- nilai Edukatif dalam Cerita Anak