95
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
PEMBELAJARAN SASTRA TRADI SI ONAL DI SEKOLAH GUNA MENUMBUHKAN KECI NTAAN
TERHADAP KEBUDAYAAN I NDONESI A
Anjar Setianingsih
Universitas Muhammadyah Purworejo
Kebiasaan guru bercerita kepada peserta didik berbagai kisah yang menarik merupakan fakta dalam kehidupan. Tujuannya untuk menyenangkan hati anak. Kisah-
kisah tersebut juga membukakan cakrawala yang lebih luas tentang dunia, kehidupan, dan alam semesta. Cerita yang disampaikan kepada peserta didik haruslah cerita yang
relevan dengan dunia anak. Sehingga cerita tersebut dapat dijangkau oleh daya pikir dan emosi anak yang sesuai dengan usia dan perkembangan jiwanya. Untuk itu sebagai
seorang guru harus memiliki perbendaharaan cerita yang banyak kerena begitu guru bercerita anak akan menuntut untuk diceritakan kembali.
Sastra tradisional merupakan bentuk ekspresi manusia pada masa lampau dan disampaikan secara lisan. Sepanjang kehidupan manusia membutuhkan orang lain untuk
berkomunikasi dan berekpresi. Berekpresi secara lisan merupakan salah satu sarana yang paling efektif. Hal ini dikarenakan pada masa lalu manusia belum bisa membaca. Cerita
dan berbagai bentuk yang kini dikenal dengan sastra oleh masyarakat disampaikan secar lisan. Cerita-cerita tradisional itu dapat berwujud legenda, motos, fabel, atau cerita rakyat
yang lain. Pembelajaran sastra tradisional disekolah diarahkan terutama pada proses
pengalaman dalam bersastra. Peserta didik diajak untuk mengenal bentuk dan isi sebuah karya sastra. Melalui kegiatan mengenal dan mengakrabi cipta sastra ini dapat
menumbuhkan pemahaman dan sikap menghargai cipta sastra sebagai suatu karya yang indah dan bermakna.
Pembelajaran sastra tradisional itulah nantinya akan dapat mengembangkan kecintaan terhadap kebudayaan nasional. Dewasa ini berbagai cerita tradisional sudah
berkembang dan dibukukan. Berbagai kisah berasal dari daerah yang ada di I ndonesia bahkan dari penjuru dunia. Hal ini semakin menanbahkecintaan peserta didik terhadap
kebudayaan I ndonesia.
1. Pembelajaran Sastra Tradisional Merupakan Media untuk Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Sastra tradisional memiliki kedudukan strategis untuk memenuhi manfaat kebudayaan. Karya sastra adalah rekaman budaya masyarakat tertentu yang meliputi
organisasi, lembaga, hukum, etos kerja, seni, agama dan sebagainya. Oleh karena itu belajar sastra berarti belajar budaya masyarakat produsennya. Dengan demikian, karya
96
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
sastra tradisional dapat dipandang sebagai refleksi kehidupan sosial budaya masyarakat yang menjadikan latar karya. Hal ini terjadi karena sastra tradisional tidak lahir dallam
situasi kekosongan budaya. Tetapi sastra tradisional muncul pada masyarakat yang telah memiliki tradisi, adat istiadat, konvensi, keyakinan, pandangan hidup, cara hidup, cara
berfikir, pandangan tentang estetika dan lain-lain yang semuanya merupakan wujud kebudayaan.
Sastra tradisional merupakan media ekspresi dan eksistensi untuk mengungkapkan berbagai pola kehidupan masyarakat. Karena dalam hal ini sastra tradisional
mencerminkan keadaan kehidupan sosial budaya masyarakat itu. Pesan-pesan yang terdapat dalam sastra tradisional juga berupa nilai-nilai yang ada kaitanya dengan nilai-
nilai latar belakang sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu orang yang membaca sastra tradisional suatu masyarakat tertentu dapat dikatakan membaca dan mempelajari
budaya suatu masyarakat tertentu. Misalnya, membaca sastra tradisional dari Jawa pada hakikatnya berarti mempelajari kebudayaan Jawa lewat kesastraan. Lewat sastra seolah-
olah pemnaca diterjunkan langsung pada situasi kehidupan sosial budaya masayarakat Jawa sehingga dapat memperoleh berbagai contoh wujud operasionalisasi konsep budaya
dalam sikap dan tingkah laku kehidupan sehari-hari baik verbal maupun non verbal. Norton dan Norton 1994 : 355 mengatakan bahwa telah tersedia begitu banyak
buku cerita tradisional yang berasal dari berbagai belahan masyarakat lama di dunia. Hal ini berarti membaca cerita dari berbagai daerah, disamping diperoleh kenikmatan
membaca cerita, juga akan diperoleh pengetahuan , wawancara dan pemahaman tentang kebudayaan masayrakat yang bersangkutan. Hal ini apabila dibaca oleh anak, maka anak
akan mempelajari budaya lintas multikultural. Sastra tradisional merupakan salah satu sumber penting dalam pemahaman berbagai budaya dan sekaligus untuk manamkan
kesadaran dalam diri anak bahwa ada budaya lain selain budaya sendiri. Misalnya, cerita Seribu Satu Malam berasal dari Irak yang amat terkenal. Di Indonesia juga telah banyak
terjemahannya. Hal inilah yang nantinya bisa dijadikan sebagai pemahaman budaya lintas
nasional. Sulanjari dalam Jurnal Volume 1 Nomor 2 Desember 2011 mengatakan bahwa
pengajaran sastra merupakan media untuk meningkatkan pengetahuan budaya. Karya sastra adalah rekaman budaya masyarakat tertentu yang meliputi organisasi, lembaga,
hukum, etos kerja, seni, agama dan sebagainya. Oleh karena itu belajar sastra berarti belajar budaya masyarakat produsennya. Pengajaran sastra tradisional dapat
mengantarkan peserta didik berkenalan dengan budaya, tokoh-tokoh masa lampau beserta pola pikirnya. Tentu saja tujuan utamanya bukan membawa peserta didik kembali
ke masa lampau yang bahkan sering mereka anggap “jadul”, „jaman dulu
banget.
Pengetahuan tentang perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai oleh suatu peradaban, itulah yang terpenting. Pengetahuan tentang hal ini akan membawa
kebanggaan tersendiri bagi peserta didik.I stilah “tradisional” dalam kesastraan menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui
kapan mulainya dan siapa penciptanya dan dikisahkan secara turun temurun secara lisan Nurgiyantoro, 2010 : 22. Hal ini menyatakan bahwa masyarakat pada zaman dahulu
menciptakan sastra tradisional berdasarkan cerita yang sudah mendarah daging di masyarakat. Penyampaian cerita tersebut diturunkan kepada anak-anaknya secara lisan.
97
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Cerita dan tradisi menceritakan sudah dikenal sejak manusia belum mengenal tulisan. Cerita digunakan manusia untuk menunjukkan eksistensi jati diri manusia. Sastra
tradisional juga digunakan untuk memahami dunia dan mengekpresikan gagasan, ide-ide dan nilai-nilai. Tetapi juga digunakan sebagai sarana untuk memahamkan dunia kepada
orang lain. Menyimpan sastra tradisional dan mewariskan kepada generasi penerusnya. Artinya bahwa sastra tradisional diceritakan orang tua kepada anak-anaknya, kelak juga
diceritakan kepada anak-anaknya setelah menjadi orang tua. Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran sastra tradisional merupakan media
untuk meningkatkan kebudayaan. Baik budaya yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri. Selain itu sastra tradisional juga sarat dengan kebudayaan suatu daerah tertentu.
Sehingga, bagi pembaca selain mendapat mamfaat dari membaca juga mempelajari budaya tersebut.
2. Pembelajaran sastra tradisional di sekolah guna menumbuhkan kecintaan terhadap kebudayaan I ndonesia
Pendidikan sastra dan bahasa I ndonesia mempunyai peranan yang penting didalam dunia pendidikan. Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah karya sastra yang secara khusus
dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun. Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan
berdasarkan pada fakta. Unsur-unsur imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas
milik mereka dan bukan milik orang dewasa. Sastra anak mampu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku
dalam kehidupan. Dalam hal ini pembelajaran sastra anak difokuskan dalam pembelajaran sastra
tradisional. . Sastra tradisional terdiri dari berbagai jenis seperti mitos, legenda, fabel, cerita rakyat, nyanyian rakyat, dan lain-lain. Pembelajaran sastra tradisional dapat
menunjang pembentukan watak dan kepribadian anak. Namun, dalam pembelajaran sastra tradisional di sekolah belum maksimal. Sekolah lebih mengutamakan materi yang
berkaitan dengan UN dari pada materi tentang sastra. Sehingga pelajaran sastra hanya dikesampingkan oleh guru. Hal inilah yang harus mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Pembelajaran sastra tradisional merupakan mata pelajaran yang mengandung banyak muatan kebudayaan. Pembelajaran sastra tradisional dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan psikologis yang paling dalam. Hal tersebut tidak saja berkaitan dengan kebutuhan pemahaman antar budaya saja melainkan juga berkaitan dengan perpekstif
historis, kultural, estetis, dan spiritual. Pembelajaran sastra tradisional di sekolah tersebut, diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan terdapat berbagai macam kebudayaan yang
ada di I ndonesia. Macam-macam sastra tradisional diantaranya adalah 1 mitos; 2 legenda; 3
cerita binatang; 4 dongeng; 5 cerita wayang; dan 6 nyanyian rakyat. Mitos adalah salah satu jenis cerita lama yang sering dikaitkan dengan dewa-dewa
atau kekuatan-kekuatan supranatural yang lain yang melebihi batas-batas kemampuan manusia. Macam-macam mitos antara lain, 1 mitos penciptaan adalah mitos yang
98
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
menceritakan dan atau menjelaskan awal mula kejadian sesuatu; 2 mitos alam adalah cerita yang menjelaskan hal-hal yang bersifat alamiah seperti formasi bumi, pergerakan
matahari dan bumi, perbintangan, dll; 3 mitos kepahlawanan adalah mitos yang mengisahkan seorang tokoh yang menjadi pahlawan karena kualifikasi dirinya yang
memiliki keajaiban tertentu di luar nalar kemanusiaan. Legenda sama halnya dengan mitos, legenda juga termasuk bagian dari cerita
rakyat. Perbedaan antara mitos dan legenda tidak pernah jelas. Keduanya sama-sama menampilkan cerita yang menarik dengan tokoh-tokoh yang hebat yang berada di luar
batas-batas kemampuan manusia lumprah. Hal yang membedakannya adalah bahwa mitos dikaitkan dengan dewa-dewa dan atau kekuatan supranatural yang di luar
jangkauan manusia. Sebaliknya, walau sama-sama menghadirkan tokoh-tokoh yang hebat, legenda mengaitkan dengan tokoh, peristiwa atau tempat yang nyata yang
mempunyai kebenaran sejarah Lukens, 2003 : 27. Macam-macam legenda antara lain, 1 legenda tokoh merupakan sebuah cerita legenda yang mengisahkan ketokohan
seorang tokoh; 2 legenda tempat peninggalan adalah legenda tentang tempat-tempat peninggalan atau cerita asal-usul dimaksudkan sebagai cerita yang berkaitan dengan
adanya peninggalan-peninggalan tertentu dan atau asal-usul terjadinya sesuatu dan penamaan tempat-tempat tertentu; dan 3 legenda peristiwa adalah peristiwa-peristiwa
besar tertentu yang kemudian menjadi legenda karenanya. misalnya legenda Rawa Pening, legenda tokoh Jaka Tingkir, legenda Gunung Tangkuban Perahu, dsb.
Cerita binatang adalah adalah salah satu bentuk cerita tradisional yang menampilakan binatang sebagai tokoh cerita. Macam-macam cerita binatang atau fabel
antara lain, 1 fabel klasik adalah cerita binatang yang sudah ada sejak zaman Yunani klasik dan India kuno. Misalnya Janaka dan Pancatantra; dan 2 fabel modern adalah
secara prinsipil tidak ada perbedaan antara fabel klasik dan fabel modern kecuali bahwa yang disebut belakangan ditulis relatif belum lama dan sengaja dan sengaja dimaksudkan
sebagai bahan bacaan sastra. Misalnya, Keledai yang Dungu. Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup beragam cakupannya.
Kegiatan membaca dan mengapresiasi dongeng merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjalin komunikasi. Pembentukan nilai moral akan sangat efektif jika
ditanamkan pada anak-anak semenjak usia dini yakni jenjang Sekolah Dasar kelas rendah Febriani dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra I ndonesia volume 1 nomor 1 Tahun
2012. Macam-macam dongeng, 1 dongeng klasik adalah dongeng-dongeng yang hanya dikenal oleh masayarakat empunya dongeng. Misalnya, cerita Rakyat dari Betawi Rahmat
Ali, cerita rakyat dari Jogayakarta dan cerita rakyat dari Surakarta keduanya disusun oleh Bakdi Sumanto, dll; dan 2 dongeng modern adalah cerita fantasi modern.
Misalnya, Harrya Potter J.K Rowling
Cerita wayang adalah wiracarita yang berpakem pada dua karya besar yaitu, Ramayana dan Mahabarata. Sedangkan nyanyian rakyat adalah salah satu bentuk sastra
tradisional yang banyak dikenal dan dinyanyikan hingga kini. Misalnya, tembang macapat Jawa.
Pembelajaran sastra tradisional di sekolah khususnya Sekolah Dasar sangat sesuai dengan karakter anak. Namun, materi yang digunakan juga harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Berikut merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk pembalajaran sastra tradisional di Sekolah Dasar.
99
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Kelas I , Semester I
Mendengarkan
Memahami bunyi bahasa, perintah dan dongeng yang dilisankan
Semester I I Mendengarkan
Memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng
Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita Menyebutkan isi dongeng
Kelas I I Semester I I
Mendengarkan
Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan
Menceritakn kembali isi dongeng yang didengarnya
Kelas I I I Semester I
Membaca
Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif, dan membaca dongeng
Menceritakan isi dongeng yang di baca
Kelas V Semester I
Mendengarkan
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
Kelas VI Semester I
Mendengarkan
Memahami teks dan cerita anak yang dibaca Mengiden-tifikasi tokoh, watak, latar, tema,
atau amanat dari cerita anak yang dibaca
Merujuk dari standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pembelajaran sastra tradisional di atas, maka pembelajaran sastra tradisional di Sekolah Dasar menggunakan
media pembelajaran yang menarik. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran sastra trasional dapat dipahami oleh peserta didik. Sehingga peserta didik akan cinta terhadap
kebudayaan I ndonesia. Berikut disajikan contoh pembelajaran sastra tradisional di Sekolah Dasar kelas V semester I ,
Contoh materi pembelajaran Cerita Rakyat
Legenda Danau Tondano
Alkisah, beribu-ribu tahun yang lalu terdapat gunung yang tinggi. Disekitarnya terdapat dua daerah, selatan dan utara. Masing-masing dipimpin oleh seorang Tonaas.
Tonaas yang berkuasa atas wilayah utara hanya memiliki seorang anak. Anak mereka seorang perempuan. Dia bernama Marimbow. Dia terkenal sangat cantik. Disamping itu, dia pun sangat patuh pada
kedua orang tuanya. Bahkan dia bersumpah tidak akan menikah selama orang tuanya masih hidup Tonaas yang berkuasa di wilayah selatan mempunyai seorang anak laki-laki. Dia bernama
Maharimbaw. Dia tampan, rajin bekerja dan patuh kepada ornga tua. Maharimbaw juga bersumpah tidak akan menikah selagi orang tuanya masih hidup.
Kedua Tonaas memikirkan masa depan daerahnya. Tonaas utara memikirkan siapa yang akan menggantikan dia. Dia risau karena anaknya seorang perempuan. Sementara itu, Tonaas wilayah selatan
berfikir, siapakah yang akan mendampingi anaknya kelak.
100
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Suatu saat Marimbow berunding dengan ayahnya. Keduanya sepakat bahwa mulai saat ini Marimbow akan berperilaku sebagai laki-laki.
Pada suatu hari Marimbow melihat seorang pemuda tidur di bawah pohon di wilayahnya. Marimbow pun ingin mengusirnya. Pemuda yang diusir itu ternyata Maharimbow. Ia curiga apakah orang itu benar-benar
seorang pria. Maharimbow pun ingin membuktikannya. Pada pertemuan berikutnya kedua pemuda itu saling berselisih. Dengan suatu pertarungan
terbukalah rahasia Marimbow. Maharimbow mengetahui bahwa Marimbow ternyata seorang perempuan. Keduanya pun menyatakan ikrar menjadi suami istri. Sehari setelah peristiwa itu penduduk di dua derah itu
heboh. Tonaas pun bingung. Akhirnya, terjadilah malapetaka akibat sumpah keduanya yang dilanggar. Gempa yang dahsyad menimpa daerah itu. Selanjutnya gunung api di wilayah itu meletus. Semuanya
musnah. Akibat letusan itu, terjadilah danau yang sekarang disebut Danau Tondano.
Sumber : Cerita Rakyat dari Minahasa Di kutip dengan pengubahan
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah Dasar,
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP
Sekolah :
Mata Pelajaran : Bahasa I ndonesia
Kelas Semester : 5 I
Standar Kompetensi : Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan.
Waktu : 2 X 35 Menit
MENDENGARKAN
A. Kompetensi Dasar