PEMAHAMAN GENDER KECERAKI NAN PATRI OTI SME

90 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012

B. PEMAHAMAN GENDER

Di abad dua puluh kata gender telah memasuki perbendaharaan disetiap diskusi dan tulisan disetiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian tentang program pembangunan masyarakat maupun pembangunan dikalangan organisasi non pemerintah diperbincangkan masalah gender. Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dalam bahasa I nggeris kalau dilihat dalam kamus, tidak secara jelas dibedakan pengertian kata seks dan gender. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dan seks jenis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang dibentuk secara biologis yaitu dikenal dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Yang dimaksud dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki adalah perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui, sedangkan kaum laki-laki mempunyai penis dan memproduksi sperma. Oleh karena itu, secarah biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan dan secara permanen tidak dapat diubah atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Adapun konsep lainnya mengenai pandangan gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun kaum perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Gambaran sifat yang melekat pada diri perempuan adalah lemah lembut, cantik,emosional atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat rasional, jantan, perkasa. Menurut Fakih 1999 sifat kedua jenis tersebut dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Selanjutnya Anderson 1997 bependapat bahwa gender refer to the socially learned behaviorurs and expectations that are associated with the two sexes in which maleness and femaleness are biolgical facts, becoming a woman or becoming a man is a cultural process. Gender diidentifikasikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang ditinjau dari aspek budaya dan sosial. Pandangan dari aspek tersebut menimbulkan ketidak adilan gender yaitu dari kedua kelompok yang berbeda jenis kelamin secara bilogis. C. PERBEDAAN GENDER MELAHI RKAN KETI DAK ADI LAN Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidak adilan gender gender inequalities. Namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan gender, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan, Pandangan atas adanya perbedaan antara la ki-laki dan perempuan yang dikukuhkan melalui agama dan tradisi. Dengan demikian, laki-laki diakui dan dikukuhkan untuk mengusai perempuan. Kemudian hubungan laki-laki dan perempuan yang hierarkis dianggap sudah benar. Gambaran ini adalah hasil belajar manusia dari budaya patriarkhi.dalam budaya ini, berbagai ketidak adilan muncul di berbagai bidang dan bentuk ketidak adilan gender tersebut terdapat dalam berbagai wilayah kehidupan, yaitu dalam wilayah negara, masyarakat, organisasi, tempat bekerja atau dilingkungan 91 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 sekolah, keluarga dan diri pribadi. Menurut A.Nunuk 2004 bentuk dari berbagai ketidaadilan gender karne adanya marginalisasi, stereotip, subordinasi, beban ganda dan kekerasan terhadap perempuan. Kebijaksanaan pemerintah berupa peraturan tentang perempuan, selalu dikaitkan dengan tanggung jawab keluarga. Perempuan lemah, karna itu, istri bersetatus mendamping suami saja. Dalam era orde baru, stereotip tersebut sangat nyata. Jabatan mentri dalam kabinet pemerintah orde baru, diberikan kepada perempuan berdasarkan kepantasannya yaitu antara lain; mentri sosial, mentri urusan peranan wamita. Ketige orde baru tumbang meskipun isu gender sudah lebih mendapatkan apresiasi namun belum tuntas, contoh kasus megawati meskipun partai mereka menang dalam pemilu tapi diganjal tidak memperoleh kesempatan duduk dikursi presiden namun akhirnya dapat diangkat tapi karena darurat. Selanjutnya pada era Reformasi gerakan feminesme lebih vokal dan makin pesat perkembangannya. Femenisme bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebagian telah termanefestasikan dalam berbagai langkah instrumental pada struktur pemerintahan. Meskipun stigmatisasi terhadap perempuan sebagai orang kedua tetap terasa kuat. Saat ini di DPR sedang kencang dibahas RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender KKG yang diusulkan pemerintah. Sejak awal RUU KKG itu menuai protes, penentangan dan penolakan dari berbagai elemen termasuk ormas-ormas muslimah. RUU KKG tersebut dinilai bertentangan dengan islam, berbahaya dan merusak bagi masyarakat. Dengan adanya RUU KKG dapat memberikan kesempatan lebih besar kepada kaum perempuan untuk berkipra di dalam pembanguan. Sebagaimana tertera pada pasal 1, “kesetaraan Gender adalah kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki-laki untuk mendapatkan kesempatan mengakses, berpartisipasi, mengontrol dan memperoleh maanfaat pembangunan disemua bidang kehidupan. Sedangkan Keadilan Gender adalah suatu keadan dan perlakuan yang menggambarkan adanya persamaan hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara. Pada pasal 1 tersebut jelas memberikan hak dan kewajiban dalam pembangunan yang sama tampa membedakan antara perempuan dan laki-laki. D. NOVEL POPULER Novel adalah cerita, dan cerita tentu digemari oleh anak-anak hingga orang dewasa. Novel merupakan karya sastra yang digemari manusia pada ceritanya, entah itu faktual, atau berhubungan dengan gurauan, atau sekadar ilustrasi dalam percakapan. Bahasa novel juga bahasa denotatif , tingkat kepadatan dan makna gandanya sedikit. Oleh karena itu novel mudah dibaca dan dicermat. Disamping itu, novel mengandung suspense dalam alur ceritanya, yang gampang menimbulkan sikap penasaran bagi pembacanya. Novel adalah genre sastra dari Eropah yang muncul dilingkungan kaum borjuasi di I nggris dalam abad 18 yang pada waktu itu judul dari novel pertama dikenal atau disebut dengan karya novel adalah “Pamela”. Menurut Sumardjo 1999 novel adalah pruduk masyarakat kota yang terpelajar, mapan, cukup waktu luang untuk membacanya. Hal ini digambarkan pada masa orde baru dapat dikatakan cukup banyak golongan pembaca wanita dari lingkungan menengah atas terpalajar. Pada era Reformasi pembaca novel 92 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 tidak terbatas pada orang tertentu baik dari kaum remaja hingga berbagai golongan menyukai novel. Novel dapat dibaca dimana saja dan kapan saja. Pengkajian terhadap novel populer lebih menarik kepada “apa yang mereka baca”. Tingkat apresiasi novel populet I ndonesia sebenarnya sangat tinggi, dilingkungan kaum terpelajar. Pengkajian terhadap novel lebih menarik untuk dibahas tentang apa yang mereka tulis, novel-novel ini ditulis dengan kepedulian lingkungannya. Ada minat untuk bersuara, untuk mengatakan tentang lingkungan hidupnya. Beberapa pendapat yang membedakan antara novel populer dan novel serius. Salah satu ciri dari novel serius adalah kepedulian kepada masalah-masalah lingkungan hidupnya. Asal sosial, pendidikan, pekerjaan dari penulis novel serius dapat menjelaskan latar belakang mengapa dibahas masalah tertentu untuk masyarakatnya, inilah pendekatan kausalitas yang dapat menjelaskan mengapa pada suatu masa para novelisnya memilih tema tertentu, gaya penulisan tertentu. Apa yang ditulis dalam novel- novel serius, meskipun lingkungan pembacanya terbatas, menjadi penting untuk sejarah intelektual suatu masyrakat . sedangkan novel poupler bersifat eskapisme menolak keterlibatan dengan masalah lingkungan kehidupan. Dalam segala cuaca situasi sosial politik apapun, kalau genre detektif atau roman percintaan sedang digemari, maka jenis itulah yang ditulis Sumardjono,1999. Selanjutnya disinggung, novel populer ditentukan oleh jumlah oplah dan cetak ulang. Dengan mudah novel populer mudah disambar oleh kepentingan dagang dan industri. Bukan persoalan masyarakat yang diangkat dalam novel, tetapi persoalan yang sedang digemari oleh pembacanya. Hal lainnya adalah tujuan akhir dari novel serius adalah kebenaran sedang tujuan akhir seni populer melayani apa yang disenangi konsumennya “kebenaran” konteksnya. Kesimpulannya antara novel populer dan serius pada perkembangan akhir-akhir ini tidak ada perbedaan diantara kedua jenis karya sastra tersebut. Karya populerpun akhir- akhir ini mengankat permasalahan yang dalam pada kehidupan masyarakat, contohnya “Ketika Cinta Bertasbih” mengangkat permasalahan Ketidak adilan gender yang sangat kental. Penulisan kedua novel tersebut tidak ada perbedaan yang menonjol di Amerika pada akhi-akhir ini. Para sastrwan justru jenderung untuk menghilangkan perbedaan dan tidak ada batas diantaranya. mereka kini ingin melenyapkan batas-batas tersebut. Pada intinya kedua novel tersebut membutuhkan kreativitas yang sama, tingkat intelektual yang sama, muatan ilmu pengetahuan yang sama, hanya kadang-kadang ada novel yang ditulis mementing masalah atau gaya yang lagi disukai atau booming.

E. PEMBELAJARAN KKG MELALUI NOVEL POPULER