PEMBAHASAN KECERAKI NAN PATRI OTI SME

53 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 protagonis selalu remaja, tokoh orang dewasa terkadang dimarjinalkan, menggunakan gaya bahasa remaja atau slang, menceritakan gaya hidup dan sifat-sifat remaja. Masyarakat remaja Indonesia usia yang mencapai 36 juta jiwa merupakan potensi yang cukup besar untuk menjadi pembaca karya sastra, sekaligus mereka menjadi pasar potensial bagi segala macam produk, termasuk di dalamnya produk sastra. Sebagai cermin budaya remaja, teenlit juga turut merefleksikan dinamika remaja dalam mencari identitasnya. Masa-masa remaja tidak sekadar masa-masa ceria belaka, tetapi juga masa- masa kritis pencarian jati diri. Tulisan ini membahas tentang bagiamana pencapian identitas remaja dalam teenlit I ndonesia dengan mengambil studi kasus pada kumpulan cerita Skenario Dunia Hijau karya Sitta Karina.

B. PEMBAHASAN

Dalam fakta kehidupan, banyak hal yang mempengaruhi pencapaian I dentitas remaja Indonesia hari ini. Tantangan terhadap pencapaian identitas remaja Indonesia terutama muncul dari sikap dan prilaku yang merasa inferior dengan identitas diri, mondialisme, dan pragmatisme. Fakta-fakta kehidupan seperti itu juga terefleksi dalam fakta-fakta sastra dalam karya sastra. I nferioritas dengan identitas diri sebagai bangsa I ndonesia terefleksi dalam karya sastra remaja yang terindikasi kurang percaya diri menggunakan bahasa I ndonesia sehingga berusaha mendekatkan bahasa I ndonesia pada bahasa lain. Buktinya, kosakata yang sebenarnya tersedia dalam bahasa Indonesia justru digantikan oleh kata serapan asing. Akibatnya penggunaan bahasa tidak hanya sebatas menyerap bahasa asing, akan tetapi berdampak pada rasa dan identitas sebagai bangsa I ndonesia. Selain itu, sikap mondialisme pencampuran identitas terlihat dalam kasus arus globalisasi yang menuntut penutur bahasa I ndonesia menguasai bahasa asing sebagai prasyarat pergaulan internasional. Sayangnya sikap ini tidak diimbangi dengan penguasaan bahasa Indonesia yang baik sehingga penggunaannya bercampur. Penggunaan bahasa I ndonesia yang tepat perlu ditekankan sebagai bagian integral dari kesatuan sistem berbangsa. Di Jepang dan Jerman misalnya, nasionalime generasi muda dibentuk melalui penggunaan bahasa nasional secara ketat, bahkan meski negara mereka hancur lebur karena perang. Jepang membangun jati dirinya melalui pengutamaan bahasa Jepang dengan menerjemahkan semua karya sastra ke dalam bahasa Jepang. Sedangkan di Jerman, kecintaan pemuda juga dibentuk melalui kecintaan terhadap bahasa. Selain itu, fakta sastra teenlit juga merefleksikan sikap pragmatisme menempatkan bahasa sebagai alat komunikasi semata sehingga menghilangkan ideologi berbahasa. Penutur bahasa I ndonesia terkadang lupa dengan semangat kebangsaan dan ideologi bahasa. Padahal setiap penggunaan bahasa bersifat ideologis, setidaknya jika ideologi adalah keyakinan atau gagasan yang commonsensical sesuai akal sehat. Perlu diingat bahwa I ndonesia bersifat ideologis. I deologi itu menganai penentuan bahasa I ndonesia sebagai bahasa persatuan pada Sumpah pemuda 28 Oktober 1928 sekaligus sebagai bahasa negara UUD 1945 pasal 36. Saat para pemuda memutuskan bahasa I ndonesia sebagai bahasa persatuan sebenarnya mereka sedang mengemban ideologi kebangsaan yang demokratis dan egaliter. Mereka sadar bahwa kesatuan tidak hanya ada pada ranah ideologi, tetapi harus diimplementasikan dalam kehiduan yang lebih realistis, termasuk berbahasa. 54 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 I deologi berbahasa dalam teenlit sangat tergerus saat ini. Berbahasa telah dianggap sebagai peristiwa komunikasi semata, sekadar bertukar pesan dan informasi. Akibatnya, konsistensi berbahasa dianggap tidak perlu dijaga karena lebih mengutamakan kelancaran komunikasi. Kondisi ini tentu disayangkan, terlabih karena politik bahasa nasional sepertinya tidak menjadi perhatian penting pemerintah saat ini. Dialektika berbahasa dibiarkan ‘tergembala’ oleh pengguna bahasa tanpa kendali sehingga berjalalan menuju bentuk yang tidak dapat dipastikan. Akibatnya, tidak hanya ideologi, bahasa I ndonesia kehilangan martabat kebangsaan yang puluhan tahun lalu melekat padanya. Jika di Jakarta bahasa ABG menjadi bahasa sehari-sehari hampir seluruh penduduk ibukota, di luar Jakarta bahasa remaja ini banyak digunakan dan dimengerti oleh kalangan remaja di perkotaan. Dalam karya sastra remaja ditemukan formulasi bahasa yang asing atau tidak lazimnya dalam kosakata bahasa I ndonesia. Memang karya sastra tidak bisa dipaksakan memakai ragam bahasa yang kaku seperti dalam aturan EYD, tapi paling tidak harus tetap dengan nuansa keindonesiannya. Bukan sebaliknya bersifat lebih kental nuansa pengaruh bahasa daerah atau bahasa asingnya. Data berikut menunjukkan kecendrungan prilaku berbahasa yang ada dalam karya sastra remaja. Santoso 2005 menyatakan bahwa sejumlah teenlit turut memberikan alternatif pencarian identitas diri, mulai yang normatif, sampai yang memberontak. Para pembaca bisa menggunakannya sebagai salah satu pertimbangan pilihan identitas diri. Karya sastra remaja cukup berhasil mengangkat kehidupan remaja ke permukaan. Memang fenomena yang diangkat masih berupa kehidupan remaja perkotaan. Minimal ada empat kondisi pencapaian identitas diri remaja yang terefleksi dalam karya sastra remaja; kondisi kebingungan pencarian identitas I dentity Diffused, kondisi penyisipan identitas oleh orang disekitar remaja tersebut berada I dentity Foreclosure, kondisi menunda untuk memilih identitas di antara banyak alternatif identitas yang ada Identity Moratorium, dan kondisi mengevaluasi sejumlah alternatif dan pilihan memutuskan sendiri pilihan yang akan dilakukan I dentity Achievement. 1. Kondisi kebingungan pencarian identitas I dentity Diffused Fenomena kebingungan dalam pencarian identitas merupakan suatu efek global gaya hidup generasi hari ini.Terlepas pengaruh yang terjadi tersebut adalah positif atau negatif, sepertinya membutuhkan perhatian dari berbagai kalangan. Teenlit Skenario Dunia Hijau karya Sitta Karina merefleksikan bahwa tidak banyak generasi muda yang tersentuh dan proaktif dalam menyikapi program penjagaan lingkungan agar tetap hijau. Program ini hanya menjadi perhatian segelintir remaja yang peduli, bahkan sebagiannya lagi termasuk orang yang apatis terhadap masalah lingkungan ini, atau berlindung di balik tameng ketidakpedulian mereka dengah alasan masih mencari jati diri. Hal tersebut terefleksi dalam kutipan di bawah ini: Dekra punya pendapat bahwa isu go green yang belakangan begema dimana-mana tak lain adalah bagian dari komersialisme terselubung. Ya perumahan green living lah, ya hipermarket yang gembar- gembor soal go green tapi tidak berinisiatif mengganti kantong plastik belanjaan dengan tas kertas. Tipikal orang-orang yang cuma bisa berkoar dan heboh diawal doang. h.9 55 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Kutipan diatas juga menyampain gagasan bahwa pemikiran menurut perspektif remaja, seperti pendapat tokoh Dekra yang berpandangan sinis bahwa isu go green itu sebenarnya adalah komersialisme terselubung. Jika demikian adanya bisa dibayangkan sebesar apa loyalitas yang akan terbangun untuk program ini. Hanya loyalitas yang semu karena ingin mendapatkan uang. Bukan sebuah kemurnian cita-cita dan semangat untuk menjaga agar bangsa dan Tanah air ini tetap bisa terjaga, tidak tenggelam akibat pencaiaran es di kutub karena pemanasan global dan sebagainya. 2. Penyisipan identitas oleh orang disekitar remaja tersebut berada I dentity Foreclosure Pemikiran dan paradigma juga ikut menghantarkan remaja pada sebuah cara pandang yang inferior terhadap apa yang menjadi aset bangsa ini. Hal ini terindikasi dari gaya hidup remaja yang lebih bangga dengan barang-barang produksi luar negeri atau impor misalnya. I dentitas remaja dalam hal ini disisipi oleh identita-identitas yang ada di sekitar mereka. Bisa dilihat bagaiamana remaja lebih gandrung dengan pakaian dan sepatu yang merk luar negeri daripada produksi lokal, karena hal itu dianggap bisa meningkatkan identitas diri mereka. Pada tingkat yang lebih akut adalah sikap yang mulai meragukan apa yang bisa diperbuat dirinya dan orang lain yang berasal dari I ndonesia. Kemampuan I ndonesia dalam dunia olahraga, sains dan bahkan pendidikan terus tereduksi. I stilahnya mental remaja yang kalah sebelum bertanding merupakan sikap mental yang tidak positif dalam membangun harga diri bangsa ini. Kutipan berikut ini menggambarkan bagaimana remaja melihat perbedaan sekolah milik pribumi dan sekolah boarding school punya yayasan luar negeri. Kalimat what you are made of Indonesia mengindikasikan identitas remaja yang tersisipi oleh identitas di sekitar kehidupan remaja itu. Perayaan HUT Indonesia nanti kamu akan berhadapan dengan adikku. Tapi bedanya, ini turnamen antar negara, bukan antar sekolah seperti biasa. Kamu mewakili indonesia. Jadi lihat saja what you are made of Indonesia. h.109 3. Kondisi menunda untuk memilih identitas di antara banyak alternatif identitas yang ada I dentity Moratorium Tidak dipungkiri, sebagai akibat dari arul globalisasi bahwa reaja hari ini menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap sistem dan struktur global. Orang hari ini tidak lagi fokus pada satu indentitas, tetapi sudah meluas kepada trans identitas yang memandang dunia sebagai sebuah desa yang kecil dan nyaris tidak ada batas baik secara geografis ataupun budaya. Pada taraf berikutnya, identitas dianggap tidak harus terpaku pada struktur kedaerahan tapi mengikut pada struktur global. Struktur tersebut muncul dalam bentuk penampilan, pakaian, gaya hidup dan sebagainya. Sangat terasa hegemoni begitu kuat dampaknya terhadap kehidupan remaja dalam penetapan standarisai-standarisas sesuatu yang dianggap bernilai dan baik. Kondisi ini membuat remaja harus menunda untuk memilih identitas di antara banyak alternatif identitas yang ada. Fenomena tersebut terefleksi sikap hidup remaja dapat dilihat pada kutipan berikut ini: Cempaka bukan petenis, tapi pengen kakinya bisa seindah Maria Sharapova. Suatu saat tanpa sengaja ia pernah menggantikan Lauren di Turnamen atletik antar sekolah dan menyabet juara tiga 56 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 dalam kategori sprint. Keikutsertaannya yang aktif dalam klub olharaga ini membuat paradigma Cempaka berubah. h.13 Penyesuaian struktur yang tampil dalam kutipan di atas adalah penyesuaian dalam struktur penampilan dan gaya hidup. Sehingga akibatnya remaja tidak berbuat sebagai motivasi internal tapi adalah motivasi mencontoh atau mengidolakan seseorang yang bukan dari golongan mereka. Dalam taraf yang lebih tinggi hal ini berakibat pada penundaan untuk memilih identitas-identitas yang ada. Penundaan pemilihan identitas tidak hanya pada level individu tapi juga institusi seperti pendidikan. Resistensi institusi pendidikan nasional dan rasa bangga terhada institusi pendidikan luar negeri Barat merupakan suatu hal yang lazim dewasa ini. Walaupun sebenarnya kebanggaan tersebut bukan pada dasar pengetahuan tentang nilai lebih atau kurang, tapi pada kebanggaan atau prestise. Kasus ini terjadi pada tokoh Marina yang lebih suka pindah belajar di sekolah luar negeri dari pada sekolah pribumi: Marina mau pindah SMA ke luar negeri, tepatnya ke Institute Le Rosey, sebuah boarding school di Swiss. Jadi ia dan para sahabatnya merencanakan pesta untuk seluruh kelas tiga di garasi luas benkel mobil papanya pada hari Jumat dua minggu mendatang. h.21 Remaja relatif menghadapi inferioritas ketika mereka berada dalam sebuah komunitas yang mencerminkan ciri-ciri pribumi. Tidak jelas apakah ini karena memang apa yang berlabel pribiumi bernilai rendah atau semata-mata sebagai sebuah sikap pengagungan mitos kelebihan barat atas timur. Hal ini terlihat jelas ketika mereka membuat komparasi- komparasi antara apa yang melekat pada I ndonesia dan luar Indonesia khususnya Barat. Seperti yang terefleksi dalam kutipan di bawah ini, sikap Tatum dalam menilai kondisi sekolahnya dan kondisi sekolah United Kingdom Memorial School yang jelas tidak sepadan: Sekolah Tatum bersebrangan dengan sekolah internasional United Kingdom Memorial School. Kadang Tatum prihatin melihat kondisi sekolahnya bila dibandingkan dengan UKMS, bagaimana mungkin sih pemerintah nggak malu melihat sekolah pribumi reyot begini, yang makin kelihatan reyot karena UKMS terlalu megah untuk disebut sebagai sekolah. h.108 4. Kondisi mengevaluasi sejumlah alternatif dan pilihan memutuskan sendiri pilihan yang akan dilakukan I dentity Achievement Fitrahnya remaja yang hidup dalam masa pencaharian jati diri, mereka biasanya sangat dinamis dan penuh dinamika. Tak jarang pilihan-pilihan yang mereka buat membuat mereka tertipu atau bahkan berakibat tidak baik bagi mereka. Akan tetapi sikap aktif dinamis yag haus akan perubahan juga berpotensi untuk menjadikan sebuah perbaikan-perbaikan. Tapi tidaj atau belum semua remaja mampu untuk berbuat seperti itu. Remaja aktifis dan menyuarakan kepada jati diri malahan terkadang menjadi kaum noritas dan dianggap asing oleh lingkugan pergaulannya. Hal ini bisa dilihat dari tanggapan masyarakat umum yang tidak begitu antusias terhadap segala perubahan yang digaungkan remaja. Bahkan ada yang menganggap “belum tua belum boleh ngomong”. Padahal dalam konsep sosiologi dikatakan bahwa jika orang yang pasif tidak diubah oleh segelintir orang yang aktif maka kepasifan akan tetap menjadi tuan di tempat itu. Ada kesadaran yang terbersit dalam benak Tatum sebenarnya untuk menetuikan identitas dirinya menjadi remaja yang lebih aktif, akan tetapi hal tersebut belum terwujud 57 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 karena kendala psikologis atau baru sebatas wacana mengerucutkan pada diri pribadi. Padahal yang namanya sebuah perubahan harus tetap digulirkan ibaratnya sebuah bola salju yang terus membesar hingga akhirnya dapat menuju muara yang diharapkan. Sikap Tatum yang belum totalitas dapat dilihat dari kutipan di bawah ini: Tatum belum menjadi warga negara ndonesia yang baik. Dan kalau ia ingin penilaian kakek tentang genersainya berubah, semua itu harus dimulai dari dirinya dulu h 45 Remaja selalu hidup dalam banyak pilihan-pilihan yang pada akhirnya membuat mereka bimbang mengambil keputusan. Pilihan-pilihan tersebut mulai dari hal yang sederhana sampai kepada hal yang krusial. Hal yang sederhana misalnya seperti bagaimana memilih pacar, kosmetik, pakaian dan sebagainya. Pilihan masalah serius adalah bagaimana memilih tempat sekolah, organisasi yang dimasuki, memakai pakaian muslimah bagi perempuan muslim dan sebagainya. Jenar adalah sosok yang gamang dalam menentuka pilihan antara memakai pakaian yang mahal dan memperbaiki komputernya. Hal tersebut terefleksi dalam kutipan di bawah ini: Pilihan yang begitu sulit bagi Jenar. Malam tahun baru sudah direncanakannya bersama Ayumidan teman-teman baru di Champrey Hotel dengan gaun baru yang harganya selangit dan bikin Jenar terpaksa membatalkan rencana mengupgrade komputernya. h.34 Jelas pilihan yang dijatuhkan Jenar tidak begitu bijak, karena meletakkan sesuatu yang tidak prioritas sebagai pilan utama. Hal ini menunjukan adanya sebuah sikap kegamangan dalam memilih identitas, sebuah sikap yang mudah cair karena varian-varian yanga ada di tengah lingkungannya.

C. SI MPULAN DAN SARAN