Narotama N Patih Utama PU

81 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012

7. Narotama N Patih Utama PU

I nteraksi antara Narotama dan patih utama terjadi didorong oleh perdebatan tentang Kabikuan Jirah. Narotama membela orang-orang Jirah, sementara sang patih bersikap sebaliknya. Keinginan patih utama adalah menyerang Kabikuan Jirah. I a takut kejadian pralaya akan terulang kembali. Berikut kutipannya. “Jangan mengajari aku, hei, Mpu Narotama. Aku prajurit, kesetianku hanya kepada raja. Jika enam desa itu tidak dibersihkan, tidak lama lagi, pasukan Wura Wuri akan bersekutu dengan orang-orang Jirah. Jika kita lalai membiarkan diri terkagum-kagum atas kecendekiaan mereka. Kita akan mengulang cerita lama…” Patih Utama menggerakkan tangannya, meniru tusukan keris…hlm.41 …. …. Orang Jirah kini sudah membeli tanah-tanah di hampir enam arah angin. Itu artinya apa, Mpu? Mereka meluaskan kekuasaan …hlm.42 Dalam skema di atas dapat dilihat, Narotama berupaya menasihati Patih utama untuk tidak mengirim telik sandi mata-mata ke Kabikuan Jirah sebab mereka mengalami sakit ingatan setiap selesai melaksanakan tugas. Namun, Patih Utama bersikeras dan memandang perlu memata-matai setiap gerakan di Kabikuan Jirah. Narotama sekali lagi menyarankan untuk menahan diri, namun Patih Utama mengungkapkan alasan perlunya menyerang Kabikuan Jirah. Narotama terdiam. Ketegangan diputus. Tindakan Narotama yang tidak bersedia melayani perdebatan lebih jauh mengakibatkan tidak terjadi klimaks. I nteraksi kedua antara Narotama dan Patih Utama terjadi ketika mereka berdebat tentang sepak terjang pendeta Jirah, yakni Rangda. Berikut kutipannya. “… Pendeta Jirah memang selalu menjadi duri dalam daging,” lanjutnya dengan suara datar, tanpa senyum sinis yang biasanya menyertai ucapannya mengenai Kabikuan Jirah. “Adakah dia berambisi menjadi purohita istana?” “Tidak, Mpu Baradah adalah kakak seperguruannya…” Narotama menjawab dengan suara tertahan. “Namun bukankah sudah lama tersiar, bahwa para pendeta Budha dalam garis Budha Tantra menolak mendampingi kekuasaan?” “Apa bedanya Budha Baradah dengan mereka?” “Manusianya yang berbeda, Tuanku” Narotama membiarkan dirinya lebih ketus dari biasanya. hlm.64 N PU 2 1 4 3 Ket erangan: 1. N m enasihat i PU curiga 2. PU bersikeras 3. N m elarang PU m engirim 82 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Dari skema di atas ditunjukkan Narotama dan Patih Utama memperdebatkan orang lain R dan bukan mengenai diri mereka, namun karena Narotama berada di pihak Rangda maka ia membela Rangda. Aksi yang sebenarnya mengarah kepada Rangda, ternyata ikut dirasakan oleh Narotama. Akibatnya terjadi reaksi yang semakin menguat di pihak Narotama. Klimaks tidak terjadi karena pengarang memutus interaksi. 8. Narotama N Rangda R Tokoh Narotama dan Rangda memiliki relasi komplementer. Rangda adalah perempuan pemimpin yang digambarkan memiliki kesaktian. Berikut kutipannya. Dari kejauhan, barisan pelita nampak melayang rapi, mengawal sebuah tandu yang diusung murid-murid utama Jirah hampir bagai melayang, “Ibu telah tiba…,” seisi Gandamayu makin riuh tenggelam sorak sorai. Malam pun menggetarkan gelapnya menyambut kedatangan pemimpin Jirah . hlm.51. Sebagai tanda bahwa Rangda lebih berkuasa, pejabat kerajaan harus minta izin untuk memasuki Kabikuan Jirah: Panji-panji istana diizinkan ditancapkan hlm.55. Sikap tubuh Narotama juga digambarkan lebih rendah daripada Rangda. Narotama mendudukkan dirinya bagai calon sisia yang pertama kali mengajukan diri untuk diuji. Membungkukkan bahunya hampir setinggi rumput. Mencium tanah sebagai kepasrahan…hlm.55. I nteraksi antara Narotama dan Rangda Jirah diawali dengan pembicaraan tentang keberadaan Rangda yang menimbulkan pro dan kontra. Rangda mengungkapkan keprihatinan atas nasibnya yang kelak mendapat tentangan. Namun, Narotama memperlihatkan sikap mendukung Rangda. Narotama datang sebagai utusan untuk minta pertimbangan Rangda dalam rangka penobatan Airlangga. Rangda menyindir Narotama. Berikut kutipannya: “ Masih juga risau karena merasa bukan anak sang paman ?” senyum Rangda ing Jirah menukik tajam, mengaduk isi hati Narotama…hlm.59. Meskipun sindiran itu ditujukan kepada Airlangga, Narotama sebagai pendukung raja merasakan pula hal itu. …Narotama menghela nafas…hlm.60. N PU 2 Ket erangan: 1. PU m enyindir R 2. N m em bela R 3. PU m enuduh R beram bisi m enjadi purohit a ist ana 4. N m em bela R 5. PU m engejek R dan M B sebagai pendet a yang t ergiur kekuasaan 6. N m arah 7. Ket egangan diput us oleh pengarang 1 4 3 5 6 83 Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012 Dalam skema di atas diperlihatkan interaksi yang terjadi antara Narotama dan Rangda. Narotama datang menghadap Rangda untuk meminta pertimbangan. Rangda menyindir sikap Airlangga. Narotama merasakan sindiran tersebut dan bersikeras minta nasihat. Rangda menyarankan Narotama untuk tidak ikut campur. Narotama akhirnya menerima patuh. Ketegangan diputus. 9. Narotama N Tetua Desa TD Narotama digambarkan sebagai pemimpin pasukan dengan tujuan menyerbu Wura Wuri. Ketika sampai di batas desa, mereka menghentikan perjalanan. Pasukan tidak diizinkan melewati tanah-tanah dalam wilayah Kabikuan. Maka upaya diplomasi pun dilakukan oleh Narotama. I a mesti menghadapi tetua desa. Skema di atas memperlihatkan interaksi yang terjadi antara Narotama dan Tetua Desa. Narotama sebagai pemimpin pasukan perang memiliki kewajiban untuk membawa pasukan melewati desa tersebut karena tidak ada jalan lain untuk menuju ke Wura Wuri. Oleh sebab itu Narotama berupaya membujuk tetua desa. Ketegangan terjadi karena Narotama memaksakan kehendak. Akhirnya, Tetua Desa mengalah sehingga klimaks dapat dihindari. Berikut kutipannya. “Apabila kehendak raja memasukkan petugas- petugas negara ke tanah Kabikuan, hamba yang bodoh mohon diri Tuanku,“ tetua desa dengan lesu berpamitan hlm.137.

10. Narotama N Perw ira P