162
Konferensi Int ernasional Kesusast raan XXII UNY-HISKI, 2012
Kebun. Kata Nini, “…Tanda sayang kami semua kepada Bapak yang selalu rajin membersihkan sekolah, membersihkan kelas, menjaga supaya tidak ada pencuri masuk,
menjaga supaya kalau kami datang sukun gorengnya sudah masak…”. Sebagai pembaca, saya menilai bahwa cerita ini menggunakan alur maju, selain
kata-katanya mudah dicerna oleh anak-anak, serta yang tak kalah penting, memiliki pesan moral yang cukup baik guna ditanamkan pada diri anak-anak saat ini.
3. Nilai- nilai Edukatif dalam Cerita Anak
Seperti disinggung di awal, cerita anak yang baik selain diambil dari kejadian sehari- hari dan alur ceritanya sederhana, juga mengandung nilai edukatif yang tinggi. Dalam
cerita-cerita yang dipilih dalam tulisan ini, hampir sebagian besar memiliki nilai edukatif. Sekadar contoh, kita kupas dua cerita anak di antaranya, “Mamang Sayur” karya
Soekanto SA, dan “Tangga Menuju Kebahagiaan” karya Rae Sita Patappa. Cerita “Mamang Sayur” mengisahkan seorang tukang sayur yang biasa disapa Mang
Sayur. Disapa demikian, karena tokoh tersebut orang Sunda dan setiap kali bertutur dengan para pelanggannya menggunakan kata-kata bahasa Sunda, seperti “Poho deui
nya?” “Lupa lagi, ya?”, “Awis pisan” “Mahal sekali”, dan “Buntut naon ieu teh, mang?” “Buntut apa ini, mang?”. Selaku narator, Soekanto SA menggambarkan sosok Mang
Sayur yang mudah tersenyum kepada siapa pun. Meski terlihat agak bodoh, tetapi ia ternyata teliti dalam menghitung harga sayur-sayuran yang dijualnya. Selain itu, sayuran
yang dijual oleh Mang Sayur selalu pilihan, yang baik-baik. Nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam cerita ini ialah agar kita selalu ramah kepada siapa pun, teliti dalam
bekerja, jujur, serta berbuat yang terbaik demi orang lain. Selanjutnya, cerita “Tangga Menuju Kebahagiaan” mengisahkan seorang saudagar
kaya raya yang bernama Divo. Meski kaya raya, saudagar Divo tidak bahagia. I a memiliki ambisi ingin lebih kaya lagi dan takut tidak memiliki umur panjang dalam menikmati
hartanya yang berlimpah. Ketidakbahagiaannya itu ia ceritakan kepada pembantunya Logi. Logi pun lantas menyarankan agar tuannya mencari tangga kebahagiaan. Singkat
cerita, Divo pun tersadarkan oleh perkataan Logi bahwa dengan berbuat baik, maka kita bisa abadi di hati semua orang. Pula dengan bersyukur, kita akan bahagia bagai memiliki
harta berlipatganda, juga akal kita lebih penting daripada kesaktian dan harta. Kata-kata tokoh Logi itulah nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam cerita ini.
C. Penutup