3. Teknik lanjutan III
Setelah teknik I dan II selesai dilakukan, dilanjutkan dengan teknik catat. Data yang sudah dikumpulkan dicatat dan diklasifikasikan agar mudah dianalisis.
3.4 Metode dan Teknik Analisis Data
Data yang sudah dikumpul dianalisis dengan metode padan yaitu metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode
padan yang digunakan pada pengkajian data ialah metode referensial, yaitu metode padan yang alat penentunya berupa kenyataan yang ditunjukka n oleh bahasa disebut referen bahasa
Sudaryanto, 1993:13. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya ialah
daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki penelitinya. Daya pilah tersebut dapat dibantu oleh alat lain yang berada di luar dirinya, tetapi melekat pada unsur penentu itu sendiri yang bersifat
khas. Teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik hubung banding menyamakan, peneliti menganalisis data dengan menghubungkan serta menbandingkan suatu simbol dengan makna
yang dikandungnya serta melihat persamaan simbol dengan kenyataan. Salah satu jenis acara pada pernikahan adat Jawa adalah keluarnya pengantin pengantin
wanita yang didahului oleh kembar mayang. Dalam upacara pernikahan adat Jawa, kembar mayang dibuat bukan hanya sebagai hiasan melainkan juga ada makna simbolik didalamnya.
Makna simbolik yang terdapat dalam kembar mayang tersebut sangat bermanfaat bagi orang yang menikah dan diharapkan dapat diterapkan dalam rumah tangganya kelak. Kembar mayang
ini merupakan hiasan yang sangat cantik dan mempunyai arti simbolik yang luas.
Universitas Sumatera Utara
Kembar mayang adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari dedaunan terutama daun kelapa, yang ditancapkan ke sebuah batang pisang yang daun tersebut dirangkai dalam
bentuk gunung, keris, cambuk, payung, belalang, dan burung http:dunianyamaya.wordpress.com. Selain itu juga terdapat daun beringin, daun dadap srep,
dlingo bengle. Dengan menggunakan teknik lanjutan menyamakan dan membandingkan dapat diperoleh perbedaan makna dari bentuk kembar mayang yang dibawa pengantin pria dan yang
dibawa pengantin wanita. Kembar mayang yang dibawa pengantin pria terdapat bentuk burung- burungan sedangkan kembar mayang yang dibawa pengantin wanita tidak terdapat bentuk
burung-burungan. Secara keseluruhan bentuk kembar mayang yang seperti gunung, memberi arti bahwa gunung itu besar dan tinggi, menyimbolkan bahwa seorang pria itu harus mempunyai
banyak pengetahuan dan pengalaman dan diharapkan dapat sabar. Bentuk hiasan seperti keris, melambangan hati-hati dalam hidup, pandai dan optimis dan dengan ketetapan hati membina
rumah tangganya dengan baik. Hiasan seperti belalang, melambangkan semangat, cepat dalam berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan keluarganya. Bentuk hiasan seperti burung,
melambangkan motivasi yang tinggi dalam hidup. Daun beringin, melambangkan kewajiban terhadap keluarga, daun dadap strep, melambangkan ketenangan dan kejernihan dalam berpikir.
Daun dlingo bengle, melambangkan perlindungan terhadap roh-roh jahat. Daun kruto, melambangkan kekuatan untuk melawan makhluk jahat.
Universitas Sumatera Utara
Kembar Mayang Wanita Gunung Belalang Keris Cemeti
Universitas Sumatera Utara
Kembar Mayang Pria Belalang Keris Burung gunung cemeti
Kesimpulannya, kembar mayang ini melambangkan perjalanan hidup kedua mempelai supaya lancar dan tidak menemui halangan dan rintangan sehingga dapat mencapai kebahagiaan
hidup. Selain itu juga melambangkan bahwa seorang pria itu harus banyak pengalaman pengetahuan dan harus sabar, kedua mempelai harus berhati-hati dalam hidupnya, pandai dan
bijak, tidak mudah putus asa, selalu optimis, tegas dalam membina rumah tangganya, dapat melindingi keluarga dan masyarakat, selalu bersemangat, memiliki motivasi yang tinggi serta
tangkas dalam berpikir dan bertindak, berpikiran jernih dalam menghadapi masalah, dan dapat melindungi diri dari gangguan makhluk jahat.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, tanda dalam upacara pernikahan adat Jawa mempunyai makna yang behubungan dengan masyarakat setempat. Oleh karena itu, untuk mengungkap fenomena yang
ada maka digunakan teori semiotik, yakni dalam permasalahan bentuk simbol dan makna simbolik.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Bentuk-Bentuk Simbol Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Hajoran
Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan .
Adat-istiadat pernikahan adat Jawa adalah segala kegiatan dan kebiasaan yang dilazimkan dalam suatu masyarakat yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan
pernikahan. Pada perlaksanaannya, pernikahan adat Jawa dibagi atas tiga bagian upacara yaitu
upacara sebelum pernikahan, upacara pelaksanaan pernikahan, dan upacara sesudah pernikahan. Upacara sebelum pernikahan adalah upacara yang dilakukan sebelum pernikahan antaranya
adalah upacara pemasangan tarup, pembuatan kembar mayang, sesaji, upacara paningsetan, upacara ngerik, upacara modidaremi dan upacara siraman. Upacara pernikahan adalah upacara
yang berlangsung pada saat pernikahan itu sendiri berlangsung yaitu upacara panggi nemokke manten, yang diawali dengan keluarnya pengantin yang didahului dengan kembar mayang,
upacara balangan lempar sirih, upacara wiji dadi injak telur, upacara sindur binayang, upacara timbang, upacara tanem, upacara kalpika, upacara kucar-kucur, upacara dahar kembul, upacara
mertui dan upacara sungkeman. Upacara sesudah pernikahan adalah upacara yang dilakukan setelah upacara pernikahan selesai yaitu upacara ngondo manten.
Namun, pada upacara pelaksanaan pernikahan adat Jawa yang ada di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan berbeda dengan upacara pelaksanaan
pernikahan yang ada di Jawa atau di daerah aslinya. Jika di pulau Jawa, upacara pelaksanaan pernikahan adat terdiri dari sebelas upacara maka, di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan
Universitas Sumatera Utara