Upacara Balangan Atau Lempar Sirih

merupakan simbol berupa harapan yang bertujuan untuk menjauhkan pengantin dari hal-hal buruk dan kesialan. Setelah upacara panggi selesai dilanjutkan dengan upacara balangan atau lempar sirih.

4.2.2 Upacara Balangan Atau Lempar Sirih

Setelah kembar mayang ditukar, pamaes mengarahkan pengantin yang telah saling berhadapan dengan jarak kira-kira tiga meter untuk saling melempar tujuh ikat daun sirih temu ruas yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang putih. Untuk pengantin pria berumlah empat ikat daun sirih hal ini dikarenakan tanggung jawab seorang suami dalam rumah tangganya sangatlah besar, sementara untuk pengantin wanita terdiri dari tiga ikat daun sirih. Pengantin pria yang dahulu melempar dengan tangan kanan setelah itu barulah pengantin wanita membalas melempar daun sirih dengan tangan kanan juga. Begitulah seterusnya. Hal ini bermakna bahwa prialah yang kelak menjadi kepala rumah tangga sedangkan wanita menjalankan kewajibannya dengan penuh keikhlasan terhadap suami. Lemparan daun sirih ini empat kali bagi pengantin pria sedangkan untuk pengantin wanita berjumlah tiga kali hal ini sesuai dengan jumlah sirih yang dimiliki masing-masing. Penggunaan tangan kanan pada upacara ini merupakan lambang dari kebaikan maksudnya pengantin kelak diharapkan dapat berbuat baik dengan siapa saja baik dengan istri maupun masyarakat. Secara keseluruhan balangan atau lempar sirih merupakan simbol yang terdiri dari tujuh ikat daun sirih yang temu ruas yang diisi dengan kapur sirih dan diikat dengan benang putih. - Daun sirih temu ruas merupakan lambang dari pertemuan jodoh. Yang dimaksud dengan pertemuan jodoh adalah oarang yang akan menikah dikarenakan ia telah menemukan jodoh atau orang yang dapat menjadi teman hidupnya. Universitas Sumatera Utara - Kapur sirih merupakan penyejuk jiwa dan raga. artinya adalah dalam menjalani rumah tangganya kedua pengantin diharanpkan selalu aman dan nyaman. - Benang putih merupakan lambang ikatan yang kuat dan suci. Artinya pernikahan adalah ikatan yang sakral dan suci bagi pria dan wanita. Jadi, lambang dari balangan atau lemar sirih pada upacara pernikahan adat Jawa di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan adalah jodoh yang diikat dengan ikatan yang suci yaitu pernikahan bagi kedua mempelai yang nantinya diharapkan akan langgeng selamanya. Gambar No. 15 Balangan atau Lempar Sirih 4.2.3 Upacara Wiji Dadi Atau Injak Telur Setelah upacara balangan atau lempar sirih berakhir, pemaes membantu calon mempelai pria menginjak telur ayam sampai pecah dengan kaki kanan. Kemudian mempelai wanita duduk bersimpuh untuk mencuci kaki mempelai pria dengan menggunakan air dan bermacam bunga Universitas Sumatera Utara yang sebelumnya telah dipersiapkan terlebih dahulu. pengantin wanita mencuci kaki pengantin pria dengan tangan kanan. Ini merupakan simbol dari kewajiban istri kepada suami yang harus dijalankan sepanjang hidupnya. Selesai mencuci kaki pengantin pria, pengantin wanita menyembah tiga kali dalam keadaan duduk bersimpuh. Hal ini merupakan simbol yang bermakna kewajiban seorang istri terhadap suami. Wiji dadi atau injak telur merupakan simbol yang terdiri dari telur ayam, bungan setaman, dan air. - Telur ayam merupakan simbol tanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggung jawab terhadap keluarga. Kedua pengantin kelak diharapkan dpat bertanggung jawab atas keluarganya. - Bunga setaman merupakan simbol dari wangi-wangian. Wangi-wangian dalam simbol bunga setaman merupakan pengharapan terhadap kedua pangantin agar hidupnya penuh dengan kasih sayang. - Air merupakan pendingin dan penyuci. Kedua pengantin diharapkan dapat menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan bijaksana. Jadi, adapun lambang dari wiji dadi atau injak telur dalam upacara pernikahan adat Jawa di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan adalah kewajiban suami terhadap anak dan istrinya begitu juga dengan kewajiban istri kepada suaminya. Dengan kata lain, suami dan istri harus mengerti akan hak dan kewajiban masing-masing. Universitas Sumatera Utara Gambar No. 16 Wiji Dadi atau Injak Telur

4.2.4 Upacara Sindur Binayang