Sanitasi Lingkungan 1. Suhu terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Sanitasi Lingkungan 5.1.1. Suhu terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Keadaan suhu pada ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : °C , °C Rumkit TKII dr. Pirngadi Suhu 26 26,5 27 27,5 28 28,5 29°C Grafik 5.1. Suhu terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Grafik 5.1. menjelaskan bahwa rata-rata suhu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi memiliki suhu tidak memenuhi syarat yaitu 28,8°C. Sedangkan rata-rata suhu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau juga memiliki suhu tidak memenuhi syarat yaitu 27°C. Namun demikian kedua ruangan tersebut tidak memenuhi syarat Universitas Sumatera Utara sebagai ruangan ICU. Hal ini bertentangan menurut Depkes RI 2006, bahwa standar suhu untuk ruangan yang dianjurkan pada ruangan ICU rata-rata 22-23 ºC. Kemudian berdasarkan hasil uji statistik t-tes didapatkan nilai p = 0.032 CI = 0.211-3.289, artinya ada perbedaan yang signifikan antara suhu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dengan suhu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Hal ini sesuai Menurut Depkes RI 2006, bahwa harus memperhatikan standar suhu ruangan ICU, apabila suhu tersebut tidak sesuai dengan standar maka suhu tersebut dapat menyebabkan sumber perkembangan kuman. Udara dalam ruangan yang menggunakan penyejuk udaraAC. Suhu dan kelembabannya harus diperhatikan dan disesuaikan dengan luas ruangan, serta memperhatikan Filter pada AC harus diganti dan sering dibersihkan secara hati-hati tanpa menyebabkan sumber infeksi. Suhu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan tidak memenuhi syarat kesehatan, suhu yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan sumber perkembangan kuman, namun berdasarkan angka kuman yang didapat bahwa suhu tidak mempengaruhi perkembangan kuman, dapat kita lihat bahwa angka kuman memenuhi syarat kesehatan, berdasarkan hal ini tidak menyebabkan insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di ruangan ICU, hal ini tidak terjadinya insiden karena ruangan ICU tetap terjaga steril yang menyebabkan kuman tidak berkembang, dan menurut pengakuan petugas kesehatan diruang ICU dr. Pirngadi Medan bahwa ruangan sering dilakukan penstrerilan ruangan dengan cara penyinaran UV dan alat Universitas Sumatera Utara dengan cara CCSD. Sedangkan suhu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau KESDAM IBB Medan juga tidak memenuhi syarat dan ditemukan adanya insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat, hal ini menunjukkan bahwa suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat dapat mendukung perkembangan kuman yang mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial. 5.1.2. Kelembaban terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Keadaan kelembaban udara pada ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : , Rumkit TK II dr. Pirngadi Kelembaban 53,5 54 54,5 55 55,5 56 56,5 Grafik 5.2. Kelembaban terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Grafik 5.2. menjelaskan bahwa rata-rata kelembaban udara ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki kelembaban udara memenuhi syarat yaitu 54,5. Sedangkan rata-rata kelembaban udara ruangan ICU Rumkit TK II Putri Universitas Sumatera Utara Hijau Medan juga memiliki kelembaban udara memenuhi syarat yaitu 56. Kelembaban udara dari kedua ruangan tersebut memenuhi syarat sebagai ruangan ICU, namun walaupun kelembaban ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB memenuhi syarat dijumpai angka kuman udara dan lantai tidak memenuhi syarat. Hal ini sesuai Menurut Depkes RI 2006, bahwa standar kelembaban untuk ruangan yang dianjurkan pada ruangan ICU yaitu 35-60. Kemudian berdasarkan hasil uji statistik t-tes didapatkan nilai p = 0.024 CI = 0.277-2.723, artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelembaban ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dengan kelembaban ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Hal ini sesuai menurut Depkes RI 2006, bahwa pada ruang ICU yaitu 35-60 tekanan udara harus positif. Kelembaban udara pada masing-masing ruang isolasi harus diupayakan memenuhi syarat, udara yang terlalu lembab dapat menyebabkan timbulnya jamur dan spora. Udara yang terlalu kering menyebabkan keringnya lapisan lapisan mukosa dan merupakan predisposisi infeksi saluran pernafasan. Kelembaban ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan memenuhi syarat kesehatan, kelembaban yang memenuhi syarat tidak akan mengakibatkan sumber perkembangan kuman, namun berdasarkan angka kuman yang didapat bahwa terjadi perkembangan kuman, dapat kita lihat bahwa angka kuman tidak memenuhi syarat kesehatan dan terjadi insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di ruangan ICU, hal ini terjadinya insiden infeksi nosokomial Universitas Sumatera Utara bukan dipengaruhi oleh kelembaban ruangan ICU, namun dikarekan faktor lain, misalnya penggunaan alat yang kurang steril, petugas kesehatan yang melaksanakan tindakan tidak mempergunakan alat pelindung diri yang dapat menyebabkan sumber kuman yang mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial. Sedangkan kelembaban ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan juga memenuhi syarat dan tidak ditemukan adanya insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban ruangan yang memenuhi syarat tidak mendukung perkembangan kuman diruangan tersebut. 5.1.3. Pencahayaan terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Keadaan pencahayaan pada ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : , lux , lux Rumkit TK II dr. Pirngadi Pencahayaan 0 50 100 150 200 250 lux Grafik 5.3. Pencahayaan terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Universitas Sumatera Utara Grafik 5.3. menjelaskan bahwa rata-rata pencahayaan ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki pencahayaan tidak memiliki syarat yaitu 145,5 lux. Sedangkan rata-rata pencahayaan ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Medan juga tidak memiliki pencahayaan yang memenuhi syarat yaitu 221,3 lux. Namun demikian pencahayaan dari kedua ruangan tersebut tidak memenuhi syarat sebagai ruangan ICU. Ini menunjukkan bahwa pencahayaan ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi lebih buruh yaitu 145,5 lux sangat jauh dari pencahayaan standar menurut Depkes RI 2006, bahwa pencahayaan ruangan ICU memenuhi syarat apabila 300-500 lux. Hal ini disebabkan karena bentuk dan kondisi bangunan yang bertingkat serta jendela ataupun luas ventilasi sebagai pencahayaan tidak sesuai dengan luas ukuran lantai atau ruangan. Kemudian berdasarkan hasil uji statistik t-tes didapatkan nilai p = 0.0001 CI= 73.781-77.716, artinya ada perbedaan yang signifikan pencahayaan ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dengan pencahayaan ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Hal ini sesuai Menurut Depkes RI 2006, bahwa lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat cahaya dengan intensitas yang cukup berdasarkan fungsinya, semua ruang yang dipergunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barangperalatan perlu diberikan penerangan dan khususnya ruangan ICU perlu memperhatikan pencahayaan, apabila pencahayaan ruangan tersebut tidak sesuai dengan standar maka dapat menyebabkan sumber perkembangan Universitas Sumatera Utara kuman dan menurut Depkes RI 2006, bahwa pencahayaan ruangan ICU memenuhi syarat apabila 300-500 lux. Pencahayaan ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan tidak memenuhi syarat kesehatan, pencahayaan yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan sumber perkembangan kuman, namun berdasarkan angka kuman yang didapat bahwa pencahayaan tidak mempengaruhi perkembangan kuman, dapat kita lihat bahwa angka kuman memenuhi syarat kesehatan, berdasarkan hal ini tidak menyebabkan insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di ruangan ICU, hal ini tidak terjadinya insiden karena kebersihan ruangan ICU selalu tetap terjaga yang menyebabkan kuman tidak berkembang. Sedangkan pencahayaan ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan juga tidak memenuhi syarat dan ditemukan adanya insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat, hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan ruangan yang tidak memenuhi syarat dapat mendukung perkembangan kuman yang mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial. 5.1.4. Kadar Debu terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Keadaan kadar debu pada ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Universitas Sumatera Utara µgNm , ,µgNm Rumkit dr. Pirngadi Kadar Debu 0 10 20 30 40 50 60 70µgNm³ Grafik 5.4. Kadar Debu terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Grafik 5.4. menjelaskan bahwa rata-rata kadar debu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki kadar debu memenuhi syarat yaitu 66,3µgNm³. Sedangkan rata-rata kadar debu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Medan juga memiliki kadar debu memenuhi syarat yaitu 54µgNm³. Ini menunjukkan bahwa kadar debu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan lebih bagus yaitu 54µgNm³. Hal ini sesuai menurut Depkes RI 2006, bahwa kadar debu tidak melebihi 150 µgNm³. Kemudian berdasarkan hasil uji statistik t-tes didapatkan nilai p = 0.001 CI = 7.023-17.477, artinya ada perbedaan yang signifikan kadar debu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan dengan kadar debu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan. Hal ini sesuai menurut Depkes RI 2006, bahwa kadar debu tidak melebihi 150 µgNm³. Kadar debu pada masing-masing ruang isolasi harus diupayakan memenuhi syarat, ruangan yang terlalu banyak kadar debu dapat menyebabkan timbulnya perkebangan kuman. Universitas Sumatera Utara Kadar debu ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan memenuhi syarat kesehatan, kadar debu yang memenuhi syarat tidak akan mengakibatkan sumber perkembangan kuman, namun berdasarkan angka kuman yang didapat bahwa terjadi perkembangan kuman, dapat kita lihat bahwa angka kuman tidak memenuhi syarat kesehatan dan terjadi insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di ruangan ICU, hal ini dapat terjadinya insiden infeksi nosokomial bukan dipengaruhi oleh kadar debu ruangan ICU, namun dikarenakan faktor lain, misalnya keluarga pasien yang terlalu sering keluar masuk ruangan ICU dan tidak mempergunakan pakaian yang telah disediakan untuk masuk ruangan ICU yang dapat menyebabkan sumber kuman yang mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial. Sedangkan kadar debu ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan juga memenuhi syarat dan tidak ditemukan adanya insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat, hal ini menunjukkan bahwa kadar debu ruangan yang memenuhi syarat tidak mendukukung perkembangan kuman dan tidak mengakibatkan terjadinya infeksi nosokomial. 5.1.5. Pelaksanaan Sterilisasi Terhadap Angka Kuman dan Infeksi Nosokomial pada Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan Ruangan ICU RSUD dr. Pirngadi Medan melaksanakan tindakan sterilisasi ruangan dengan menggunakan sinar ultraviolet, sedangkan sterilisasi alat dilakukan dengan sistem CSSDISS dalam Rumah Sakit dan angka kuman memenuhi syarat Universitas Sumatera Utara yaitu sebesar 132 CFUm³ pada udara dan 3,25 CFUcm² pada lantai. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan sterilisasi cenderung berhubungan dengan angka kuman pada udara maupun pada lantai. Berdasarkan hal ini sesuai menurut Darmadi bahwa sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganime termasuk endospora pada suatu alatbahan dan cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara normal bersifat steril. Kemudian ruangan ICU Rumkit TK II Kesdam IBB Medan tidak melaksanakan tindakan sterilisasi ruangan. Sedangkan sterilisasi alat hanya direbus, angka kuman ruangan ICU Rumkit TK II Kesdam IBB Medan tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 217,8 CFUm³ pada udara dan 7 CFUm³ pada lantai. Hal ini menunjukkan bertentangan menurut Darmadi 2008 bahwa sterilisasi merupakan cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan. Terjadinya infeksi nosokomial di ruangan ICU Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam IBB Medan karena hanya dilakukan sterilisasi alat dengan cara merebus, hal ini sudah baik namun alat-alat yang baru dipergunakan tidak langsung disterilkan, bahkan langsung digunakan pada pasien yang satu ke pasien yang lainnya, hal ini dapat mengakibatkan sumber perkembangan kuman, yang akan mengakibatkan terjadi insiden infeksi nosokomial pada pasien yang dirawat di ruangan ICU. Universitas Sumatera Utara

5.2. Perilaku Petugas Kesehatan Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan