Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

2.2.2. Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi terjadinya infeksi nosokomial

Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi mikroorganisme patogen yang tumbuh dan berkembang biak sehingga dapat menyebabkan sakit. Faktor lingkungan berperan pula dalam terjadinya infeksi nosokomial. Udara salah satu faktor lingkungan yang dapat mencegah maupun meningkatkan kemungkinan timbulnya infeksi nosokomial. Udara adalah sumber mikroorganisme karena debu halus di udara mengandung sejumlah mikroba yang dapat menempel pada alat-alat bedah, permukaan kulit, maupun disekitar ruangan perawat. Melalui jalur kontak tidak langsung mikroorganisme dari udara dapat masuk melalui luka bakar. Udara yang kita sebut droplet adalah partikel yang dikeluarkan dari pernafasan dengan ukuran 5 µm dapat tinggal di udara dan beredar sebelum jatuh ke lantai karena gaya gravitasi bumi. Droplet ini dikeluarkan dengan cara batuk, bersin atau bronkoskopi. Udara mengandung barbagai macam jenis mikroorganisme dan jumlahnya pada lokasi dan sistim ventilasi pada ruangan tersebut. Pemakaian filter udara sangat berguna menghindari penularan yang disebabkan oleh udara seperti tuberkolosis, varicella dan campak. Sistim ventilasi pada ruangan operasi atau isolasi harus menggunakan sistem yang dapat menyaringmembersihkan udara. Udara yang akan masuk ke dalam ruangan operasi atau isolasi harus disaringdibersihkan terlebihdahulu dengan cara Universitas Sumatera Utara merangsang ruang tersebut sejauh mungkin dari sumber pencemaran udara. Resirkulasi dapat dilakukan, tetapi melalui filter HEPA High Efficiency Particulate Air sebelum udara masuk kembali keruangan paling sedikit enam kali penggantian udara per jam. Pada kebanyakan rumah sakit malakukan penggantian udara sebanyak 12 kali perjam untuk mengisolasi. Depkes RI 2006, menetapkan beberapa nilai standar untuk udara di ruangan: a. Suhu Udara dalam ruangan operasi atau isolasi yang menggunakan penyejuk udaraAC. Suhu dan kelembabannya harus diperhatikan dan disesuaikan dengan luas ruangan. Suhu yang dianjurkan pada ruangan ICU 22-23 ºC, AC selain sebagai penyejuk udara, juga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat menyebar keseluruh ruangan. Mikroorganisme yang berukuran 5 µm dapat menyebar keseluruh ruangan melalui aliran udara pipa-pipa AC. Filter pada AC harus diganti atau sering dibersihkan secara hati-hati tanpa menyebabkan sumber infeksi. b. Kelembaban Kelembaban udara pada masing-masing ruang isolasi harus diupayakan memenuhi syarat, kelembaban udara pada ruangan ICU yaitu 35-60 tekanan udara harus positif. Udara yang terlalu lembab dapat menyebabkan timbulnya jamur dan spora. Udara yang terlalu kering menyebabkan keringnya lapisan lapisan mukosa dan merupakan predisposisi infeksi saluran pernafasan. Universitas Sumatera Utara c. Kadar debu Kadar debu berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µgNm³, dan tidak mengandung debu asbes d. Pencahayaan Di dalam lingkungan rumah sakit baik di dalam maupun di luar ruangan harus mendapatkan cahaya dengan intensitas berdasarkan fungsinya pada ruangan pasien saat tidak tidur intensitas cahaya 100-200 lux dan pada Saat tidur maksimal 50 intensitas cahaya maksimal 50 lux warna cahaya sedang. Ruangan operasi umum intensitas cahaya 300-500 lux dan pada ruangan isolasi khusus penyakit tetanus intensitas cahaya 0,1-0,5 warna cahaya biru, diruangan luka bakar 100-200 lux.

2.2.3. Sterilisasi dan desinfeksi