Sterilisasi dan desinfeksi Sanitasi Lingkungan

c. Kadar debu Kadar debu berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µgNm³, dan tidak mengandung debu asbes d. Pencahayaan Di dalam lingkungan rumah sakit baik di dalam maupun di luar ruangan harus mendapatkan cahaya dengan intensitas berdasarkan fungsinya pada ruangan pasien saat tidak tidur intensitas cahaya 100-200 lux dan pada Saat tidur maksimal 50 intensitas cahaya maksimal 50 lux warna cahaya sedang. Ruangan operasi umum intensitas cahaya 300-500 lux dan pada ruangan isolasi khusus penyakit tetanus intensitas cahaya 0,1-0,5 warna cahaya biru, diruangan luka bakar 100-200 lux.

2.2.3. Sterilisasi dan desinfeksi

a. Sterilisasi Sterilisasi adalah proses pengolahan suatu alat atau bahan dengan tujuan mematikan semua mikroorganise termasuk endospora pada suatu alatbahan. Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang berhubungan dengan darah atau jaringan di bawah kulit yang secara normal bersifat steril Darmadi, 2008. Universitas Sumatera Utara a.1. Sterilisasi cara fisik Sterilisasi basah dilakukan dengan uap panas pada tekanan tertentu misalnya pada Autoclave, atau dengan cara mendidihkan. Sterilisasi dengan autoclave paling efisien karena suhu yang dicapai melebihi titik didih air yaitu 121ºC dan lama sterilisasi pada umumnya 20 menit. Lama sterilisasi dihitung mulai dari saat suhu mencapai 121ºC, untuk seperti kain kasa dan kapas lama sterilisasi 30 menit. Untuk mengawasi kualitas sterilisasi basah digunakan spora tahan panas misalnya spora bacillus stearothermophilus. a.2. Sterilisasi kering Dilakukan didalam oven, membutuhkan suhu yang lebih tinggi yaitu umumnya antara 150-170 ºC dan waktu yang lebih lama dari pada autoclave. Digunakan terbatas untuk alat gelas dan bahan minyak, gas atau bubuk yang rusak dengan uap. Untuk mematikan spora dibutuhkan waktu 2 jam pada suhu 180ºC. a.3. Sterilisasi dengan bahan kimiagas Ada beberapa bahan kimia yang merupakan racun bagi mikroorganisme tetapi tidak banyak yang di pakai sebagai bahan sterilisasi. Bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi antara lain gas etilen oksida, formaldehid. Gas ini merupakan bahan kimia yang sangat relatif, sehingga cukup berpotensi untuk membunuh mikroorganisme. Namun kadang-kadang meninggalkan sisa pada bahan yang disterilkan. Universitas Sumatera Utara a.4. Sterilisasi cara penyaringan filtrasi Merupakan metode sterilisasi yang dipakai untuk larutan yang tidak tahan panas seperti serum,plasma atau tripsin. Jenis saringan terbuat dari selulosa berpori, penyaringan filter ini mengabsorbsi hanya sedikit cairan yang difiltrasi. Dan ukuran penyaring filter yang digunakan untuk sterilisasi adalah 0,22 µm karena ukuran ini lebih kecil dari bakteri. a.5. Sterilisasi cara penyinaran ultra violet Penyinaran ultra violet terutama digunakan untuk mengendalikan infeksi yang ditularkan melalui udara pada ruang kultur jaringan. Efek samping dapat merusak retina mata dan sel-sel yang bermitosis sehingga tidak diperbolehkan bekerja dibawah sinar UV, selain itu sinar Ultra Violet juga bersifat mutogenik. Menurut Darmadi 2008, sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorkanisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, hendaknya tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpangan dan terutama pada saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. Jumlah dan ragam peralatan medis kritis yang dibutuhkandigunakan oleh berbagai unit pelayanan di rumah sakit sangat banyak dan harus siap selama 24 jam Universitas Sumatera Utara penuh. Peralatan-peralatan medis ini akan selalu memerlukan upaya sterilisasi berulang dari satu pemanfaatan ke pemanfaatan berikutnya. Semakin banyak kegiatan tindakan medis dikerjakan, semakin tinggi pula kegiatan upaya sterilisasi. Sterilisasi sebagai kegiatan khusus atau tersendiri di rumah sakit yang mengelola peralatan medis steril siap pakai. Unit ini disebut Central Sterile Supply Department CSSD atau instalasi sterilisasi sentral ISS. Pemusatan kegiatan sterilisasi ini mempunyai beberapa keuntungan yaitu : 1 Efisiensi dalam penggunaan sarana dan peralatan, sehingga mampu menghemat biaya investasi operasional serta pemeliharaan. 2 Efisiensi tenaga peramedis, artinya tenaga paramedis yang berada di masing-masing unit kerja tidak perlulagi menangani kegiatan sterilisasi. 3 Adanya standarisasi prosedur kerja dan adanya jaminan mutu hasil sterilisasi Darmadi, 2008. Dengan adanya pemusatan sentralisasi kegiatan sterilisasi pada sebuah unit tersendiri ini, CSSDISS tinggal mendistribusikan produk sterilisasinya kesemua unit pelayanan medis yang ada dan sebaliknya menerima peralatan medis yang terkontaminasi dari unit yang sama. Garis besar kegiatan CSSDISS secara berurutan adalah sebagai berikut: 1 Dekontaminasi 2 Peralatan medis yang terkontaminasi disentifikasi telebih dahulu untuk meminimalkan jenis dan jumlah mikroba patogen yang ada. 3 Pembersihan Peralatan medis dibersihkan untuk membebaskan bakteri organik yang Universitas Sumatera Utara menempel seperti daerah jaringan tubuh, dan sebagainya kemudian dilanjutkan dengan proses pengeringan. 4 Pengemasan 5 Membungkus mengemas secara rapi peralatan medis disertai pemasangan label dan siap untuk proses sterilisasi. 6 Proses sterilisasi 7 Peralatan sterilisasi yang terbungkusterkemas selanjutnya metode menjalani sterilisasi sesuai metode yang dipilihnya. 8 Penyimpanan 9 Setelah selesainya proses sterilisasi, peralatan medis disimpan dan harus dijaga kualitas sterilisasinya. 10 Pendistribusian 11 Peralatan medis yang siap pakai selanjutnya didistribusikan ke unit-unit yang memerlukannya. b. Desinfeksi Desinfeksi suatu proses untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pathogen, dengan perkecualian spora bakteri dari suatu benda mati Rutata, 1996. Desinfektan secara umum dapat dilakukan menggunakan cara fisik dengan pemanasan suhu 75-100ºC atau kimiawi cairan kimia Depkes, 2002. Setiap proses desinfeksi harus selalu didahului dengan proses dekontaminasi atau pencucian yang memadai, karena proses ini akan menghilangkan sebagian besar Universitas Sumatera Utara kuman yang terdapat pada permukaan banda dan sisa kuman yang sedikit akan lebih mudah dibutuhkan oleh zat bahan desinfektan. Menurut Rutata 1996, pada saat ini telah banyak jenis desinfektan yang beredar dan digunakan pada perawatan pasien, diantaranya adalah alkohol, klorin dan senyawanya. Hydrogen peroksida, iodorof, fenolik dan senyawa ammonium kwartener. Desinfektan ini tidak dapat saling ditukarkan satu dengan yang lainnya dalam penggunaan, yang disebabkan karakteristik kerjanya yang spesifik. Oleh karena itu pemakaian harus dapat memilih desinfektan yang sesuai dan menggunakan secara aman dan efisien.

2.3. Perilaku