2. 2. 5. Struktur dalam Film PENDAHULUAN

dengan tuntutan skenario cerita film, terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama tokoh utama dan pemeran pembantu figuran Karsito, 2008: 63. Beberapa unsur dalam film di atas menunjukkan bahwa setiap unsur pihak memiliki peran penting atas keberhasilan sebuah film. Antara unsur yang satu dan unsur yang lainnya memiliki keterkaitan, dalam arti dengan berkurangnya salah satu unsur tersebut, tentu akan mempengaruhi baik-buruknya kualitas pembuatan sebuah film.

II. 2. 2. 5. Struktur dalam Film

Struktur dalam film terdiri atas unsur intrinsik film, dimana dalam unsur intrinsik tersebut terdapat unsur naratif dan sinematik. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari teori-teori di luar bentuk fisik film. Unsur film yang akan dibahas dalam penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik, dimana unsur tersebut meliputi, unsur naratif dan unsur sinematik. Namun yang menjadi fokus dalam stuktur film ini adalah unsur naratif, yang meliputi: plot, tokoh, dan latar. Unsur naratif merupakan aspek penting dalam pengkajian sebuah film. Unsur naratif merupakan rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika sebab-akibat yang terjadi dalam ruang dan waktu. Naratif muncul akibat aksi dari pelaku cerita. Segala aksi dan tindakan para pelaku akan memotivasi terjadinya peristiwa berikutnya terus menerus. 1. Plot Plot merupakan alur cerita yang mengatur bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan periwistiwa lain, dan bagaimana tokoh di gambarkan berperan dalam peristiwa tersebut. Oleh karena itu, plot menjadi kerangka dasar yang amat penting. Plot mengatur bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, serta bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu. Plot dapat disederhanakan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Beginning awal cerita 2. Middle tengah cerita Universitas Sumatera Utara 3. End Se  1. Tahap a 2. Tahap t 3. Tahap a  Tahapa 1. Tahap membe dilakon 2. Tahap peristiw 3. Tahap dimunc kadar in 4. Tahap mulai m 5. Tahap c terjadi, titik int 6. Tahap diberi 47. Da Tahapa Ri akhir cerit cara teoritis awal perke tengah per akhir atau p an plot tah Expostition erikan penj ni, tempat d Inciting in wa-peristiwa rising ac culkan pada ntensitasny Crisis: Ber menunjukka climax: taha yang dilak tensitas pun Resolutions penyelesaia ari tahapan t an Plot: Awa ising action a s, struktur p enalan rtikaian, me peleraian: p apan rinci n: Bagian jelasan dan an waktu ncident: tah a yang men ction: taha a tahap sebe a. rkembangny an aksi2nya ap klimaks, kui dan atau ncak. s: tahap pen an, ketegan tersebut dap al Te May plot dapat di enampilkan peleraian ter awal pen n keterang hap pemunc nyulut terjad ap peningk elumnya sem ya konflik a terhadap p konflik dan u ditimpalk nyelesaian, ngan dikend pat digamba engah yor plot poin ikemukakan pertentanga rtutup dan p ngenalan d gan mengen culan konfl dinya konfli katan kon makin berk menuju kli ersoalan ya n atau perte kan kepada konflik yan dorkan Ha arkan denga Akhir ts n sebagai be an atau konf enyelesaian dalam sebu nai tokoh, flik, masala k mulai dim flik, konfl kembang dan maks. Artin ng dihadapi entangan- pe para tokoh ng telah me artoko R an skema se Crisis Res Climax erikut: flik n terbuka uah cerita, masalah ah- masalah munculkan. flik yang an dikemban nya, antar t i. ertentangan cerita men encapai kli Rahmanto, ebagai berik solution yang yang h dan telah ngkan tokoh n yang ncapai imaks 1985: kut: Universitas Sumatera Utara Plot Arc Tahapan Plot Sumber: Kercheval, 2003: 82 Tatanan plot di atas membuat pembaca atau penonton menjadi lebih mudah untuk mengikuti jalan ceritanya. Plot dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Plot lurusprogresif. Jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis 2. Plot sorot balikflash-back. Tidak bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal, mungkin dari tahap tengah atau tahap akhir Hartoko Rahmanto, 1985: 48. 2. Tokoh Tokoh merupakan pelaku cerita dalam fiksi. Tokoh atau karakter merupakan orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot. Oleh karena itu, tokoh memiliki peran yang sangat penting. Tokoh berperan mengajak penonton untuk ikut terlibat di dalam cerita, sehingga mereka dapat merasakan apa yang dirasakan atau dialami oleh karakter dalam cerita Sumardjo, 1986: 144. Tokoh terbagi atas dua yaitu : 1. Berdasarkan segi peran  Tokoh utama, merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Tokoh tersebut juga merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.  Tokoh tambahan, merupakan pemunculan tambahan dalam keseluruhan cerita dengan bagian peran yang lebih sedikit, kehadirannya hanya jika ada keterkaitan dengan tokoh utama, baik secara langsung maupun secara tidak langsung Nurgiyantoro, 1995: 182. 2. Berdasarkan perwatakan.  Tokoh sederhana, merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu serta satu sifat tertentu. Sifat dan tingkah laku pada tokoh sederhana bersifat datar, monoton dan stereotip Nurgiyantoro, 1995: 183. Universitas Sumatera Utara  Tokoh bulat, merupakan tokoh yang memiliki berbagai kemungkinan dalam sisi kehidupannya, kepribadian dan jati dirinya. Tokoh ini menampilkan watak dan tingkah laku yang berubah – ubah yang bisa saja bertentangan dan sulit diduga. 3. Latar Latar atau setting yang disebut sebagai landasan tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas Sumardjo, 1986: 75. Latar fiksi bukan hanya menunjukkan tempat tertentu, daerah tertentu, orang-orang tertentu dengan watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu, dan cara berfikir tertentu. Latar dibagi menjadi tiga macam: 1. Latar tempat, menunjukkan tempat dimana peristiwa dalam suatu cerita terjadi. 2. Latar waktu, menunjukkan pada kapan peristiwa dalam suatu cerita terjadi. 3. Latar sosial, menunjukkan pada macam masyarakat dalam cerita termasuk perilaku masyarakat seperti tradisi kebiasaan, kepercayaan, dan nilai moral Nurgiyantoro, 1995: 227-234. Selain itu, terdapat pula struktur dalam pembagian waktu pengambilan gambar, yaitu: shot, scene, dan sequence. Shot, merupakan: hasil tangkapan kamera yang berlangsung sejak kamera dinyalakan ON hingga dimatikan OFF. Ketika Sutradara memberi aba-aba untuk memulai adegan, biasanya dengan teriakan “kamera siap..rolling.. action”, lalu diakhiri dengan teriakan “cut”. Hal tersebut berarti satu shot telah dirampungkan. SceneSequence: Scene merupakan kumpulan dari beberapa shot, sedangkan sequence merupakan kumpulan dari beberapa scene. Keduanya memiliki pengertian yang hampir sama, yakni dibatasi oleh ruang dan waktu. Jika tempat dan waktu berubah maka berubah pulalah scene dan sequence nya.

II. 2. 3. Film sebagai Iklan