2. 4. 1. Semiotika Christian Metz PENDAHULUAN

2. Jarak Kamera menentukan jauh dekatnya frame dari elemen-elemenyang ditampilkan dalam sebuah shot. Adapun jenis-jenis shoot yaitu: Thompson, 1998: 68- 82.  Extreme Long Shoot ELS, menempatkan kamera sangat-sangat jauh dalam membuat pembingkaian gambar, digunakan untuk mengambil komposisi gambar panorama atau pemandangan alam.  Very Long Shoot VLS, tata bahasa gambar yang panjang dengan menempatkan posisi kamera yang jauh dan luas namun lebih kecil dari ELS.  Long Shoot LS, pengambilan gambar manusia sebagai subjek dari kepala hingga kaki yang mengesankan keleluasaan suasana objek.  Medium Long Shoot MLS, pengambilan gambar manusia sebagai subjek yang memotong sampai lutut dengan suasana keseluruhan situasi yang masih terlihat.  Medium Shoot MS, pengambilan gambar manusia sebagai subjek hanya sebatas tangan hingga kepala agar ekspresi dan emosi subjek terlihat jelas.  Medium Close Up MCU, menempatkan shoot subjek sebatas dada hingga kepala untuk keperluan pengambilan gambar profil, bahasa tubuh dan emosi subjek yang menimbulkan hubungan kedekatan.  Close Up CU, pengambilan gambar yang memfokuskan pada kepala hingga leher untuk memperoleh efek kesan ekspresi, reaksi dan emosi subjek.  Big Close Up BCU, pengambilan gambar wajah dari dahi hingga dagu untuk mengesankan kedalaman pandangan mata, raut wajah dan emosi subjek.  Extreme Close Up ECU, pengambilan shoot yang memfokuskan untuk memperlihatkan bagian yang diperbesar atau detail Thompson, 1998: 84. 3. Pergerakan Kamera  Pergerakan kamera secara horizontal pan dan vertikal tilt.  Pergerakan kamera yang mendekat atau menjauhi subjek atau mengikuti subjek dollytrack Thompson, 1998: 98- 104.

II. 2. 4. 1. Semiotika Christian Metz

Universitas Sumatera Utara Semiotik merupakan ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia. Artinya, semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat sebagai tanda, yakni sesuatu yang harus di beri makna. Hal tersebut dikemukakan oleh para strukturalis, seperti Saussure dan Barthes Hoed, 2008: 3. Secara epistemologis, semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Tanda itu didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Atau dengan kata lain tanda adalah representasi objek Endraswara, 2003:64. Secara terminologis, semiotik merupakan ilmu yang mempelajari deretan objek- objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda Sobur, 2003: 95. Metz lahir di Beziers, Prancis bagian Selatan, pada tahun 1931 dan meninggal pada akhir tahun 1993. Metz belajar di Ecole Normale Superieure rue dUlm tempat ia meraih penghargaan dalam sastra klasik Prancis, Yunani, dan Latin setelah mendapatkan gelar dalam bahasa Jerman dan maitrise dalam sejarah kuno. Puncak kegiatan akademik yang diikutinya adalah gelar doctorat detat dalam linguistik umum dari Universitas Sorbonne. Pada tahun 1960 an Metz merintis upaya menetapkan teori tentang film sebagai suatu disiplin intelektual tersendiri Artikel-artikel yang ditulis dalam karya Metz: Essais sur la signification au cinema 1968, membuka jalan didirikannya jurusan sinematografi di Universitas Vincennes Paris VIII Lechte, 2001: 130. Sejalan dengan kegiatan akademik yang diikutinya, Metz terlibat dengan kegiatan para penggemar film dan animator klub sine cine-club. Sebagian besar pengetahuan tentang sejarah film serta film tertentu yang dijadikan contoh dalam karya teoretisnya berasal dari kegiatan ini Metz, 1974: 10. Christian Metz merupakan tokoh di bidang Semiotic Cinema, di mana ia memunculkan beberapa bahasan mengenai pola pengambilan gambar dan makna di balik pengambilan gambar tersebut. Ia mengungkapkan bahwa cinema bukan suatu sistem bahasa, namun cinema merupakan sebuah bahasa suatu tanda yang mendukung. Bidikan camera cinematic seumpama urutan kata pembentuk kalimat. Jadi apabila bidikan kamera tersebut diurutkan menjadi satu akan sama seperti kata-kata yang disusun hingga menjadi sebuah kalimat. Ia banyak menjelaskan mengenai shot, atau yang lebih di kenal di Indonesia dengan istilah Universitas Sumatera Utara “take gambar” untuk film. Shot bersifat tidak terbatas jumlahnya. Shot merupakan hasil karya si pembuat film. Lewat sebuah shot, dapat ditemukan banyak informasi. Shot merupakan sebuah unit yang bersifat actualised menghasilkan sebuah makna. Pembentukan syntagma didukung oleh pemilihan film serta pengkombinasian setiap gambar maupun bunyi di dalamnya Plantinga, 2008: 55. Jenis Pengambilan Gambar: 1.The autonomous shot pemilahan gambar 2.The parallel syntagm penyejajaran sintagma 3.The bracketing syntagm pembatasan sintagma; pengambilan gambar secara singkat 4.The descriptive syntagm penggambaran sintagma; urutan keadaan 5.The alternating syntagm pergantian sintagma; pergantian adegan 6.The scene adegan yang berkelanjutan 7.The episodic sequence pembabakan pada setiap adegan 8.The ordinary sequence urutan setiap babak

II. 2. 4. 2. Ikonografi dan Ikonologi Panofsky