dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut peneliti cukup penting dijadikan sebagai acuan adalah penelitian terdahulu yang
memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan adalah
terkait dengan analisis semiotika film. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengkaji beberapa hasil penelitian berupa skripsi ataupun jurnal-jurnal terdahulu.
Objek dari penelitian ini, yaitu Film Suncatchers yang tentu belum pernah diteliti oleh siapapun, mengingat film ini baru diluncurkan pada awal November
2012 lalu. Suncatchers merupakan film yang menarik untuk diteliti, karena film yang merupakan terobosan terbaru dari Sun Life tersebut dapat
mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianut perusahaan meliputi kasih sayang, harapan, dan keluarga. Penelitian dengan objek film sudah pernah dilakukan oleh
Simon Gilbert Moehartojo dari Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra dalam penelitian yang berjudul “Reprentasi Kekerasan Rasial pada Film
American History X” 2008. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada terletak pada metode yang digunakan, menggunakan metode kualitatif.
Sedangkan perbedaan antara keduanya terlihat dari segi metode analisis dan kerangka teori. Penelitian terdahulu menggunakan metode analisis Semiotika The
codes of television John Fiske, sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika Christian Metz, disertai dengan pendekatan ikonologi dan
ikonografi Panofsky. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Husninatul Ghassani dari
Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro dalam penelitian yang berjudul “Kekerasan Terhadap Perempuan: Analisis semiotika Film Jamila dan
Sang Presiden ” 2010. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang sudah ada terletak pada metode yang
digunakan, menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaan antara keduanya terlihat dari segi metode analisis dan kerangka teori, di mana penelitian
terdahulu menggunakan metode analisis Semiotika Roland Barthes.
I. 2. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian konteks masalah di atas, maka fokus masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam Film
Suncatchers? 2.
Bagaimana pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai perusahaan Sun Life Financial?
I. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus dan pembatasan masalah di atas, maka diketahuilah tujuan- tujuan dari penelitian yang dilakukan ini, yaitu:
1.
Untuk mengetahui pemaknaan metafora “matahari” yang terdapat dalam
Film Suncatchers. 2.
Untuk mengetahui pemaknaan metafora “matahari” jika dikaitkan dengan nilai perusahaan Sun Life Financial.
I. 4. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan Ilmu Komunikasi terutama pada kajian
semiotika yang mencoba mengkaji mengenai pemaknaan metafora “matahari” dalam film Suncatchers.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan deskripsi
dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah film melalui semiotika, serta dapat menambah kosa kata dan istilah yang digunakan
dalam film. Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca agar dapat lebih menerima dan memahami
pembungkusan makna metafora “matahari” yang disajikan melalui film Suncatchers, sehingga pesan dalam film tidak hanya dapat ditangkap dari
muatan pesan yang tampak manifest content, tetapi juga muatan pesan yang tersembunyi latent content.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi perkembangan Ilmu Komunikasi FISIP USU, serta dapat menjadi bahan bacaan dan referensi bagi penelitian serupa di hari dan masa yang
akan datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II. 1. Paradigma Kajian
Komunikasi merupakan salah satu kegiatan aktivitas manusia yang dilakukan oleh setiap orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari
kehidupan manusia dipengaruhi oleh komunikasi dan cara mereka berkomunikasi. Melalui komunikasi, manusia dapat saling berbagi rasa, pikiran, ide dan gagasan
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Pengalaman ini juga disebut sebagai sebuah materi yang dimiliki oleh
komunikator untuk dibagikan kepada orang lain. Pada tahap selanjutnya pesan diterjemahkan oleh penerima berdasarkan bentuk pengalaman yang dimilikinya.
Hal ini dapat diartikan bahwa dengan adanya perbedaan pengalaman, maka sangat dimungkinkan pula ditemukannya perbedaan makna pesan.
Proses komunikasi mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu fenomena sosial. Setiap individu akan memiliki pandangan yang
berbeda terhadap suatu hal, dan memungkinkan akan saling melengkapinya di antara individu tersebut. Kemudian sudut pandang perspektif akan menghasilkan
suatu interpretasi terhadap suatu fenomena sosial. Dalam melakukan sebuah penelitian komunikasi, terdapat dua perspektif
yang dijadikan sebagai dasar dalam memahami teori komunikasi, yaitu perspektif objektif dan perspektif interpretif Griffin, 2012: 14. Sebuah perspektif sangat
dibutuhkan dalam melakukan sebuah penelitian komunikasi, di mana perspektif tersebut diibaratkan sebagai wadah dalam menganalisis berbagai fenomena
komunikasi. Sebelum melakukan penelitian komunikasi, peneliti harus tahu dengan tepat perspektif mana yang digunakan dalam penelitian. Kedua
persepektif, yakni perspektif objektif dan interpretif memiliki peranan sangat penting. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kedua perspektif ini digunakan
sebagai landasan dasar dari sebuah penelitian komunikasi. Pemahaman terhadap kedua perspektif tersebut akan mengeratkan individu terhadap realitas sosial yang
ada Griffin, 2012: 20. Pertama adalah perspektif obyektif, perspektif ini biasanya digunakan
dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan paradigma post positivistik.
Universitas Sumatera Utara
Perspektif ini menekankan keobjektifan peneliti dalam melakukan penelitiannya, sehingga kebenaran bersifat tunggal dan mutlak. Dan yang kedua adalah
perspektif interpretif, perspektif ini biasanya digunakan untuk melakukan penelitian kualitatif. Dengan perspektif interpretif ini, penelitian yang dilakukan
tidak bersifat obyektif, melainkan subyektif. Perspektif ini menekankan keberpihakan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Kedua perspektif ini
memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing Griffin, 2012: 16. Menurut Griffin tidak ada salah satu perspektif yang lebih unggul, kedua-duanya mencari
kebenaran dan makna dari sisi yang berbeda dari suatu fenomena sosial. Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan perspektif interpretif.
Interpretif lebih memperhatikan makna, berbeda dengan objektif yang menganggap bahwa kebenaran bersifat tunggal. Interpretif memiliki asumsi
bahwa kebenaran dan makna tidak memiliki batas-batas umum. Ciri-ciri perspektif interpretif yang baik adalah dapat memahami orang lain, dapat
menjelaskan nilai, memiliki standar estetika, hasil kesepakatan bersama, dan dapat memberikan kontribusi lewat penelitiannya Griffin, 2012: 31. Dalam perspektif
interpretif tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak atau kesalahan tidak bersifat absolut. Semua fenomena sosial dinilai dari sudut pandang tertentu dimana ia
berada dalam suatu kelompok masyarakat. Semua tergantung dari sudut pandang masing- masing individu.
Penelitian ini menggunakan perspektif yang kedua, yaitu perspektif interpretif. Para ahli komunikasi yakin bahwa perspektif interpretif sangat bersifat
subyektif, hasil dari penelitian ini sangat bergantung pada interpretasi peneliti Griffin, 2012: 10. Dengan demikian penelitian tentang pemaknaan metafora
“matahari” dalam film Suncatchers ini dapat dikatakan bersifat subyektif. Mungkin saja hasil interpretasi dari penelitian ini akan berbeda apabila peneliti
lain yang melakukan penelitian ini karena sifat yang subyektif dari masing-masing peneliti.
II. 2. Uraian Teoritis II. 2. 1. Komunikasi Massa