2. Pembahasan 2. 1. Metafora Matahari dalam Kehidupan

Andro tampak heran mendengar suara yang tiba-tiba memanggilnya dan Deby. Kemudian ia sangat senang setelah Deby memberitahunya bahwa yang memanggil mereka adalah ayah dan ibu yang telah dinantikan Andro. Hal tersebut menyiratkan bahwa tidak ada harapan yang tidak mungkin, seperti Andro yang tidak menyangka kedatangan ayah dan ibunya lebih cepat dari yang dibayangkan. Pengambilan gambar dilakukan secara Medium shot MS dengan berfokus pada Andro, yang menunjukkan ekspresi dan emosi raut wajahnya yang tampak heran, disertai dengan pencahayaan yang lembut, memberi kesan tenang. Dua buah toples dengan cahaya di dalamnya menyiratkan dua harapan tersisa, yaitu harapan dari Deby dan Andro. Cahaya yang tampak dari dalam menunjukkan terwujudnya harapan-harapan tersebut. Pengambilan gambar dilakukan secara Close up CU yang berfokus pada objek, dan menunjukkan keadaan dari benda tersebut. Pada shot ini dilakukan pencahayaan lembut yang memberikan kesan tenang. Ikonologi Harapan merupakan sesuatu yang diinginkan untuk dapat diraih. Harapan memiliki kemiripan dengan cita- cita. Perbedaannya, apabila cita- cita yang biasanya sesuatu yang harus diraih setinggi-tingginya, harapan memiliki makna yang lebih sederhana. Harapan muncul atas dorongan kodrat yang muncul dalam diri manusia sejak ia lahir. Selain itu harapan juga dapat muncul dari dorongan kebutuhan hidup, yang pada umumnya merupakan kebutuhan rohani dan jasmani. Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda-beda. Kerap terdengar istilah, “Manusia tanpa adanya harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup”. harapan tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha manusia itu sendiri. IV. 2. Pembahasan IV. 2. 1. Metafora Matahari dalam Kehidupan Matahari telah menjadi simbol penting di banyak kebudayaan sepanjang peradaban manusia. Dalam mitologi dimiliki oleh berbagai bangsa di dunia, Selain memiliki peran yang sangat penting, matahari juga memiliki nilai metafora Universitas Sumatera Utara dalam kehidupan masyarakatnya . Matahari dikenal dengan nama yang berbeda- beda pada tiap kebudayaan dan seringkali disembah sebagai dewa. Beberapa kebudayaan yang menganut kepercayaan terhadap matahari, antara lain sebagai berikut: Ra atau Re dipuja sebagai Dewa Matahari sekaligus pencipta di kebudayaan Mesir Kuno. Pada hieroglif, Matahari digambarkan sebagai sebuah cakram. Ra menyimbolkan mata langit sehingga sering digambarkan sebagai cakram yang berada pada kepala burung falkon atau cakram bersayap. Dewa Ra dipercaya mengendarai kereta perang melintasi langit di siang hari. Dewa Ra juga digambarkan sebagai penjaga pharaoh atau Raja Mesir. Selain itu, Ra digambarkan sebagai dewa yang sudah tua dan tinggal di langit untuk mengawasi dunia. Dalam mitologi India, Matahari disebut dengan nama Surya. Selain sebagai Matahari itu sendiri, Surya juga dikenal sebagai dewa Matahari. Kata surya berasal dari bahasa Sanskerta sur atau svar yang berakhir “bersinar”. Surya digambarkan sebagai dewa yang memegang keseimbangan di muka Bumi. Penyembahan Matahari telah dilakukan oleh penganut kepercayaan Hindu selama ribuan tahun. Kini perayaan Matahari terbit masih dilangsungkan di pinggiran Sungai Gangga yang terletak di kota tersuci di India, yaitu kota Benares.. Helios adalah dewa Matahari dalam mitologi Yunani. Helios disebut juga sebagai Sol Invictus di kebudayaan Romawi. Selain itu, Helios juga merupakan sisi lain dari Apollo. Dikisahkan Helios adalah dewa yang bermahkotakan halo Matahari dan mengendarai kereta perang menuju ke angkasa. Helios adalah dewa yang bertanggung jawab memberikan cahaya ke surga dan Bumi dengan cara menambat Matahari di kereta yang dikendarainya. Dalam kebudayaan bangsa Inca, penyembahan dilakukan kepada dewa Matahari yang bernama Inti, sebagai dewa tertinggi. Dewa Inti dipercaya menganugerahkan peradaban Inca kepada anaknya, Manco Capac, yang juga merupakan raja bangsa Inca yang pertama. Bangsa Inca menyebut diri mereka sebagai anak-anak Matahari. etiap tahun mereka memberikan persembahan hasil panen dalam jumlah besar untuk upacara-upacara yang berhubungan dengan penyembahan Matahari. Universitas Sumatera Utara Selain itu, dalam suku Aztec terdapat pula penyembahan terhadap Huitzilopochtli, yang merupakan dewa perang dan simbol Matahari. Setiap hari Huitzilopochtli dikisahkan menggunakan sinar Matahari untuk mengusir kegelapan dari langit, namun setiap malam dewa ini mati dan kegelapan datang kembali. Untuk memberi kekuatan pada dewa mereka, bangsa Aztec mempersembahkan jantung manusia setiap hari. Selain digunakan dalam suatu kebudayaan, muncul pula sebuah agama Shintoisme . Agama ini merupakan agama yang berinti pada penyembahan Dewi Matahari yang bernama Amaterasu, dan masih terus bertahan di Jepang. Oleh karena itu lah Jepang memiliki julukan Negara Matahari Terbit. Nilai metafora mengenai matahari tidak hanya dikenal dari beberapa kepercayaan, namun terdapat juga keterkaitannya dengan beberapa bangunan dan benda, seperti: Intihuatana, yaitu: bangunan yang berfungsi sebagai penanda waktu di masa peradaban Inca. Berikut beberapa bangunan dan benda lainnya yang juga memiliki keterkaitan terhadap matahari: Jam Matahari merupakan seperangkat alat yang dipakai sebagai penunjuk waktu berdasarkan bayangan gnomon batang atau lempengan penanda yang berubah-ubah letaknya seiring dengan pergerakan bumi terhadap matahari. Jam Matahari berkembang di antara kebudayaan kuno Babylonia, Yunani, Mesir, Romawi, Cina, dan Jepang. Jam Matahari tertua yang pernah ditemukan oleh Chaldean Berosis, yang hidup sekitar 340 SM. Beberapa artefak jam Matahari lain ditemukan di Tivoli, Italia tahun 1746, di Castel Nuovo tahun 1751, di Rigano tahun 1751, dan di Pompeii tahun 1762. Selanjutnya adalah bangunan yang terletak di Wiltshire, Inggris, memiliki pilar batu terbesar yang disebut Heelstone menandai posisi terbitnya Matahari tanggal 21 Juni posisi Matahari tepat di utara Bumi. Selain itu, terdapat juga pilar Intihuatana yang terletak di kawasan Machu Picchu, yang merupakan bangunan yang didirikan oleh bangsa Inca. Pada tengah hari setiap tanggal 21 Maret dan 21 September, posisi Matahari akan berada hampir tepat di atas pilar sehingga tidak akan ada bayangan pilar sama sekali. Pada saat inilah, masyarakat Inca akan mengadakan upacara di tempat tersebut karena mereka percaya bahwa Matahari sedang diikat di langit. Intihuatana dipakai untuk menentukan hari di Universitas Sumatera Utara mana terjadi equinox lama siang hari sama dengan malam hari dan periode- periode astronomis lainnya . Selanjutnya, dalam bangsa Maya terdapat sebuah benda yang sangat terkenal, yaitu sebuah kalender berisikan 365 hari dan 260 hari yang dibuat berdasarkan pengamatan astronomis, termasuk terhadap Matahari. Kalendar 365 hari ini disebut Haab, sedangkan kalender 260 hari disebut Tzolkin. Selain itu, dikenal juga sebuah kalender yang bernama Aztec, yang dipahat di atas sebuah baru berbentuk lingkaran. Isinya adalah 365 siklus kalender berdasarkan Matahari dan 260 siklus ritual. Kalender batu Aztec ini kini disimpan di National Museum of Anthropology and History di Chapultepec Park, Mexico City. Matahari juga telah menjadi obyek yang menarik bagi pelukis dan penulis terkenal dunia. Claude Monet, Joan Miro, Caspar David Friedrich judul lukisan: Woman in Morning Sun - Wanita dalam Matahari Pagi , dan Vincent van Gogh judul lukisan: Another Light, A Stronger Sun - Cahaya Lain, Matahari yang Lebih Kuat adalah beberapa pelukis yang pernah menjadikan Matahari sebagai objek lukisannya. Sedangkan Ralph Waldo Emerson dan Friedrich Nietzsche adalah penulis dan filsuf yang pernah membuat cerita, puisi, maupun kata-kata mutiara dengan subjek Matahari. Nilai-nilai metafora yang terdapat dalam kehidupan masyarakat tersebut, memperkuat peran matahari, bukan hanya sebagai sumber energi bagi kehidupan, namun matahari memiliki makna yang lebih dalam agung pada beberapa kebudayaan, dan menumbuhkan rasa hormat bagi masyarakat yang mempercayainya.

IV. 2. 2. Suncatchers sebagai Penyatuan Makna Metafora Matahari dengan