Analisis Pengertian Analisis Wacana

2. Wacana

Secara etimologi, wacana berasal dari bahasa Sansekerta wacwakvak. Artinya ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kata ana yang berada dibelakang adalah bentuk sufiks akhiran yang bermakna ‘membedakan’ nominalisasi. Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Jadi kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. 28 Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris discourse sendiri berasal dari bahasa Latin discurcus lari kesana kemari. Kata ini diturunkan dari kata dis dandalam arah yang berbeda dan kata curerre lari. 29 Sedangkan secara terminologi, istilah wacana memiliki arti yang sangat luas. Luasnya makna wacana tersebut, mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, dan sastra. 30 Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Dalam kamus besar bahasa Jawa kuno Indonesia karangan Wojowasito terdapat kata waca berarti baca, wacaka berarti mengucapkan dan kata wacana berarti perkataan. 31 28 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Framming, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Cet. Ke-4, h. 48. 29 Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana, yogyakarta: Kanisius, 1993, h. 3. 30 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Framming, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Cet. Ke-4, h. 47. 31 Mulyana, Kajian Wacana: Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis Wacana, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005, h. 170. Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun konstektual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan komunikasi, yang sebagian diantaranya berupa teks. 32 Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara yang digunakan oleh komunikator penulis, pembicara, sutradara dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang disampaikan. Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa puluh tahun belakangan ini. Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penulisannya hanya kepada soal kalimat dan barulah belakangan ini sebagai ahli bahasa perhatiannya kepada penganalisisan wacana. 33 Meskipun pendefinisian mengenai wacana kenyataannya memang berbeda-beda sesuai dengan perspektif teori yang digunakan, pada umumnya disepakati bahwa wacana sebenarnya adalah proses sosiokultural sekaligus juga proses linguistik. Seperti yang banyak dilakukan dalam penelitian organisasi pemberitaan selama dan sesudah tahun 1960-an, analisis wacana menekankan pada “How the ideological significance of news is part and parcel of the methods used to process news ” bagaimana signifikasi ideologis merupakan bagian dan mejadi paket metode yang digunakan untuk memproses media. 32 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis, 2007, h. 170. 33 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: Lkis, 2007, h. 171. “Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut saat ini selain demokrasi, hak asasi manusia, masyarakat sipil dan lingkungan hidup. Akan tetapi seperti umumnya banyak kata, semakin tinggi disebut dan dipakai kadang bukan semakin jelas, tetapi semakin membingungkan dan rancu, ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih besar dari kalimat”. 34 Menurut Collins English Dictionary, wacana adalah komunikasi verbal sebagai ucapan dan percakapan. Sedangkan menurut J.S. Badudu wacana merupakan rentetetan kalimat yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu 35 Van Djik menyatakan bahwa wacana itu sebenarnya adalah bangun teoritis yang abstrak The abstract theoritical construct dengan begitu wacana belum dapat dilihat sebagai perwujudan wacana adalah teks. 36 Dalam artian wacana belum bisa diartikan sebagai bentuk suatu analisis wacana teks. Sebuah kalimat bisa terungkap bukan hanya karena ada orang yang mebentuknya dengan motivasi atau kepentingan subjektif tertentu. Terlepas dari apa pun motivasi ata kepentingan orang ini, kalimat yang dituturkannya tidaklah dapat dimanipulasi semau-maunya oleh yang bersangkutan. Kalimat itu hanya dibentuk, hanya akan bermakna selama ia tunduk pada sejumlah “aturan” gramatika yang berada di luar kemauan, atau kendali si pembuat kalimat. Aturan-aturan kebahasan tidak dibentuk secara individual oleh 34 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 237. 35 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian Malang: Bayu Media, 2004, h. 4. 36 Abdul Rani, Analisis Wacana Sebuah Kajian Malang: Bayu Media, 2004, h. 5. penutur yang bagaimana pun pintarnya. Bahasa selalu menjadi milik bersama diruang publik. 37 Adapun Samsuri, sebagaimana dikutipAlex Sobur juga berpendapat bahwa wacana ialah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, baik komunikasi lisan dan tulisan, yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain. 38 Komunikasi dapat menggunakan bahsa lisan, dapat dapat pula memakai bahasa tulisan. Dari segi analisisnya, ciri dan sifat wacana itu dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat; b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks, dan situasi c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui intepretasi semantik; d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindakan berbahasa; e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional. 39

B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk