Latar Belakang 7 8 Perumusan Masalah

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha mikro menempati posisi strategis dalam perekonomian di Indonesia yang ditunjukan dalam jumlah pelaku usaha nasional berdasarkan skala usaha Gambar 1. Usaha mikro menduduki urutan pertama dibandingkan dengan skala usaha yang lain. Dari segi jumlah pelaku usaha nasional, sekitar 98,89 persen merupakan pelaku usaha mikro. Kegiatan ekonomi sebagian besar berbentuk usaha mikro yang bergerak di sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, rumah makan, hotel dan sisanya bergerak di bidang lain. Gambar 1. Jumlah Pelaku Usaha Nasional Berdasarkan Skala Usaha Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2011 KUMKM, khususnya usaha mikro, berkontribusi besar dalam pengurangan tingkat kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja Tabel 1. Dari segi penyerapan tenaga kerja, sekitar 90,87 persen dari seluruh tenaga kerja Indonesia bekerja pada sektor usaha mikro. Jumlah tenaga kerja usaha mikro periode 2006-2010 meningkat sebanyak 10.943.615 jiwa . Kurun waktu 2009- 2010 meningkat sebanyak 3.002.065 jiwa atau 3,33 persen. Dengan demikian sektor usaha mikro dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dibandingkan sektor usaha yang lain. Sehingga, pengurangan tingkat pengangguran dapat menyebabkan pengurangan tingkat kemiskinan. 2006 2007 2008 2009 2010

4. 57

7 4. 46 3

4. 65

4.67 7

4.83 8

36 .76 3 38 .2 82 39 .71 7 41 .1 33 42 .6 31 47

2.60 2

49 8. 56 5 52 2. 1 24 54 6. 6 75 57 3. 6 1 4 8 .5 1 2 .4 3 8 49 .60 8 .95 3 5

0. 8

47 .7 71 5 2 .1 7 6 .7 9 5 53 .2 07 .5 00 Usaha Besar Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro 2 Tabel 1. Penyerapan Tenaga Kerja UMKM 2006-2010 Jiwa Skala Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 Usaha Menengah 2.689.743 2.761.135 2.694.069 2.677.565 2.759.852 Usaha Kecil 3.139.711 3.278.793 3.519.843 3.521.073 3.627.164 Usaha Mikro 82.071.144 84.452.002 87.810.366 90.012.694 93.014.759 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2011 Koperasi sebagai lembaga ekonomi sangat diharapkan mampu memacu perekonomian rakyat berkembang. Meskipun belum dianggap sempurna karena tergerusnya nilai, akibat tuntutan hasil besar namun diharapkan dapat tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Jumlah koperasi periode 2005-2010 mengalami peningkatan sebanyak 42.519 unit atau 31,50 persen. Kurun waktu 2009-2010 meningkat sebanyak 7.071 unit atau 4,15 persen. Gambar 2. Jumlah Koperasi unit Tahun 2005-2011 Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2011 Koperasi dapat menyumbang sepertiga pasar kredit mikro di tanah air yang sangat dibutuhkan masyarakat produktif dan kompetitif. Koperasi juga mampu menjangkau pelayanan kepada lebih dari 11 juta nabasah, jauh di atas kemampuan perbankan yang besar sekalipun. Namun, koperasi Indonesia yang masih berkembang dalam skala kecil dan tidak bersatu dalam suatu sistem dan jaringan, menjadikan perannya tidak terlihat. Koperasi dapat mencapai tujuannya asal diakui keberadaan dan aktivitasnya. 1 Koperasi syariah mulai dikenal akibat terjadinya pertumbuhan baitul mal wat tamwil BMT di Indonesia. Lembaga BMT yang memiliki basis kegiatan 1 Info KUKM Edisi No. 35, Februari 2011 134.963 141.326 149.793 154.964 170.411 177.482 - 50,000 100,000 150,000 200,000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 3 ekonomi rakyat dengan falsafah yang sama yaitu “dari anggota oleh anggota untuk anggota” maka berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 1992 tersebut berhak menggunakan badan hukum koperasi, letak perbedaannya dengan koperasi konvensional nonsyariah salah satunya terletak pada teknis operasionalnya saja, koperasi syariah mengharamkan bunga dan mengusung etika moral dengan melihat kaidah halal dan haram dalam melakukan usahanya. Koperasi syariah adalah usaha ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dengan memperhatikan halal dan haramnya sebuah usaha yang dijalankannya sebagaimana diajarkan dalan agama Islam Buchori 2009. Kebijakan pengelolaan BMT yang memfokuskan anggotanya pada sektor keuangan dalam hal penghimpunan dana dan pendayagunaannya tersebut maka bentuk idealnya BMT adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang selanjutnya pada tahun 2004 oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah KJKS. Berdasarkan keputusan Menteri Koperasi RI No. 91KepM.KUKMIX2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. KJKS diperkenalkan oleh karena banyak penduduk muslim percaya bahwa sistem bunga komersial yang dijalankan oleh pembiayaan konvensional pada umumnya adalah dilarang, sekalipun yang lain menyatakan tidak. KJKS telah memiliki perkembangan sehingga menjadi alternatif yang kompetitif disamping koperasi jasa keuangan lainnya. Berbeda dengan koperasi jasa keuangan pada umumnya, KJKS atau institusi keuangan Islam mencoba untuk menjamin keseluruhan kontrak pembiayaan telah berdasarkan pada persyaratan hukum Islam. Lembaga keuangan yang bergerak di dalam ekonomi Islam syariah maka koperasi jasa keuangan syariah bertujuan menjadi suatu lembaga yang dapat melayani seluruh kebutuhan jasa keuangan yang sesuai dengan tata kelola syariah pada masyarakat. Selain unit simpan pinjam, juga dapat secara langsung bergerak dibidang usaha sektor riil seperti toko serba ada, peternakan, perikanan. perdagangan dan sebagainya. Pembiayaan mikro syariah diperuntukan bagi pengusaha mikro sebagai tambahan 4 modal usaha dan investasi, lebih diutamakan pada sektor riil Buchori 2009. Salah satu kegiatan KJKS adalah melakukan pembiayaan di sektor agribisnis. Tabel 2. Pembiayaan Perbankan Syariah di Sektor Agribisnis 2005-2010 juta rupiah 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Total Pembiayaan 733.070 714.319 865.302 1.225.612 1.340.319 1.762.280 NPF 40.196 40.196 21.388 10.996 63.873 60.634 NPF 4,68 5,63 2,47 0,90 4,77 3,44 Sumber: Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah, 2011 Berdasarkan Tabel 2, KJKS khususnya pada sektor usaha kecil dan mikro lebih banyak mendorong perkembangan usaha di sektor agribisnis. Hal ini disebabkan oleh layanan keuangan syariah KJKS yang mudah diakses berbagai pelaku bisnis usaha mikro dan kecil yang unbankable. Selain itu, sektor usaha agribisnis memang merupakan wilayah yang dapat dicapai oleh KJKS. Diharapkan dengan adanya pembiayaan dari KJKS, usaha di sektor agribisnis dapat terbantu dan berkembang. Selain itu, pembiayaan dari KJKS dapat memenuhi kebutuhan modal usaha di sektor agribisnis yang kebanyakan merupakan masyarakat berpenghasilan rendah serta membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di sektor riil. Lembaga keuangan syariah Berkah Madani Cimanggis merupakan salah satu KJKS yang sudah berdiri sejak 2007, dengan kantor induknya di Depok. Koperasi ini didirikan pada tanggal 27 Februari 2007 dengan status berbadan hukum dengan No. 51868BHKPTSKUKM1.2VII2007. Koperasi jasa keuangan syariah di Cimanggis Depok merupakan koperasi yang bergerak di bidang jasa pembiayaan usaha kecil dan mikro. Produk yang dihasilkan koperasi ini adalah berupa jasa pembiayaan. Koperasi ini terletak di jalan Gas Alam Pertamina No.30 Curug, Cimanggis Depok, dengan kantor pusat di jalan Akses UI No.9 Kelapa Dua, Cimanggis Depok 16591. KJKS Berkah Madani Cimanggis, merupakan koperasi syariah yang baru akan berkembang. Omzet koperasi ini sudah mencapai Rp 1,8 milyar dalam waktu lima periode. 5

1.2. Perumusan Masalah

Berkembangnya KJKS di Indonesia menyebabkan banyak kontroversi dari masyarakat. Masalah yang paling banyak disorot adalah mengenai pelekatan label ‘koperasi syariah’ pada lembaga keuangan Islam yang dianggap masih belum layak. Hal tersebut timbul karena persepsi dari masyarakat yang ragu akan konsistensi entitas bisnis syariah dalam menerapkan prinsip-prinsip syariah pada bisnisnya. Namun, disisi lain berkembangnya KJKS membuka pasar baru bagi masyarakat yang berminat pada ekonomi syariah yang bebas dari bunga Prasetnyaningsih, 2010. Kontroversi ini sangat wajar sekali muncul, apabila langkah manajemen KJKS yang dengan serba instan membuka jaringan secara tergesa-gesa, merekrut dan mendidik SDM-nya secara kurang cermat sabar, dan tidak berorientasi pada kualitas dan kompetensi, maka dengan segala konsekuensi harus dihadapi kemudian apabila koperasi jasa keuangan syariah menemui berbagai masalah, seperti: manipulasi informasi, hadiah dalam rangka pencarian pembiayaan, merubah akad secara sepihak, dan bahkan memberikan pelayanan yang rendah mutunya. Dalam menjalankan kegiatannya KJKS Berkah Madani Cimanggis dihadapkan pada kendala berupa kelemahan dan ancaman yang ditimbulkan oleh faktor-fakor lingkungan, baik itu internal maupun eksternal. Kelemahan tersebut berupa belum adanya sanksi yang tegas kepada para nasabah yang telat dalam pembayaran, rendahnya tingkat kedisiplinan dan kesadaran diri sumberdaya manusia koperasi dalam mengelola unit usaha, kompetitor usaha sejenis, kurangnya kontroling pengurus terhadap pengelola, pengurus kurang membantu pengelola dan regulasi pemerintah mengenai lembaga keuangan mikro syariah. Ada hal yang menyebabkan terhambatnya perkembangan koperasi ini yaitu terjadinya kredit macet. Kredit macet ini melanda para nasabah yang bergerak dibidang usaha agribisnis khususnya agribisnis bagian on farm. Hal ini terjadi pada saat pembayaran petani baru bisa dilakukan di saat panen, namun ternyata di saat panen nasabah mengalami gagal panen. Contoh hal nyata terjadi pada nasabah KJKS Berkah Madani Cimanggis yang bekerja di sektor perikanan yang 6 pada saat itu mengalami gagal panen, hal ini mengakibatkan KJKS harus menanggung seluruh biaya kreditnya. 2 . Oleh sebab itu KJKS Berkah Madani Cimanggis memfokuskan kegiatan pembiayaan kredit pada jenis usaha agribisnis bagian off farm. Jenis pembiayaan off farm lebih banyak pada sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan yang memiliki risiko kredit macet lebih rendah daripada agribisnis bagian on farm . Namun kenyataannya, kredit macet ini tetap terjadi pada jenis usaha agribisnis bagian off farm Tabel 3. Kredit macet terjadi kemungkinan disebabkan oleh kelalaian nasabah dan juga pengelola KJKS. Nasabah yang memakai uang tidak untuk usaha produktif melainkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akan menyebabkan kredit macet. Kesalahan dalam menganalisis tentang 5C karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan kolateral dari calon nasabah akan menyebabkan penyaluran pembiayaan pada nasabah yang tidak tepat, sehingga menyebabkan kredit macet. Pengurus dan pengelola berupaya untuk melakukan perubahan menuju kearah perbaikan mulai dari pengarahan perjanjian pinjaman yang lebih produkif dan selektif. Tabel 3. Data Pengembalian Kredit KJKS Berkah Madani Cimanggis 2007-2009 Tahun Golongan Lancar Kurang lancar Diragukan Macet 2007 86,85 6.31 2,15 4,69 2008 74,71 8,31 4,95 12,03 2009 75,50 6,85 3,05 14,69 Sumber: KJKS Berkah Madani Cimanggis, 2010 Berdasarkan Tabel 3, golongan macet terus meningkat tiap tahunnya mulai dari tahun 2007 sebesar 4,69 persen, tahun 2008 sebesar 12,03 persen dan Risiko kredit terjadi pada KJKS Berkah Madani Cimanggis karena adanya keterlambatan pembayaran angsuran para nasabah yang meminjam dan juga kurangnya analisis nasabah sebelum melakukan pinjaman oleh pengelola KJKS Berkah Madani Cimanggis. 2 Hasil wawancara dengan Manager Tanggal 10 Maret 2011 di KJKS Berkah Madani Cimanggis 7 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam koperasi ini yaitu: 1. Bagaimana kondisi faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan KJKS Berkah Madani Cimanggis? 2. Alternatif strategi apa saja yang dapat dilakukan KJKS Berkah Madani Cimanggis?

1.3. Tujuan Penelitian