5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakter Kawasan Basilika
Kondisi pulau di kawasan Basilika merupakan pulau karang yang dengan ketinggian mencapai 40 meter dari permukaan laut. Kondisi pantai di wilayah ini
yang tidak jauh berbeda. Untuk Pulau Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua memiliki struktur pantai yang hampir sama yaitu didominasi dinding batu cadas
yang cukup luas, sedang pantai berpasir putih hanya sebagian kecil. Keadaan ekosistem perairan merupakan faktor kunci dalam mendukung
kehidupan flora dan founa dalam perairan tersebut. Keadaan ekosistem ini akan digunakan sebagai fitur konservasi dalam marxan. Sedang keadaan sosial yang
mencakup pemanfaatan sumberdaya digunakan sebagai fitur biaya.
5.1.1. Fitur Konservasi
Fitur konservasi merupakan data tentang keanekaragaman biofisik yang akan dilindungi meliputi ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu
karang. Masing-masing ekosistem mempunyai hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Untuk di kawasan Basilika, ekosistem mangrove tidak
ditemukan, hal ini karena wilayah pesisir Basilika tidak terdapat habitat yang cocok untuk ekosistem mangrove. Ekosistem yang ada hanya ekosistem padang
lamun dan terumbu karang.
a. Ekosistem Terumbu Karang
Untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal bagi terumbu karang, maka diperlukan perairan yang jernih dengan suhu perairan yang hangat antara 25 –
30 , gelombang yang besar dan arus yang mendatangkan makanan berupa
plankton Nontji, 2002. Kecerahan perairan akan mempengaruhi pigmen fotosintesis yang terdapat dalam alga simbion dan senyawa penyerap cahaya
yang terdapat dalam jaringan karang Salih et al
. 2000; Dove et al
. 2001. Sedangkan sedimentasi dapat mempengaruhi kepadatan simbion yang terdapat
dalam jaringan karang Nugues and Roberts 2003 yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan karang.
Terumbu karang kawasan Basilika tersebar hampir semua wilayah pesisirnya. Keberadaan terumbu karang ini menjadi tumpuan hidup sebagian
masyakarat pesisir di sekitar kawasan ini. Terumbu karang mempunyai manfaat
langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat. Manfaat langsung dari terumbu karang adalah sebagai habitat bagi sumberdaya ikan, pariwisata dan
sebagai obyek penelitian. Sedang manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi, keanekaragaman hayati dan lain-lain.
Tipe terumbu karang di kawasan ini adalah terumbu karang tepi fringing
reef dengan luas 2.329,53 hektar. Ada beberapa
pinnacle ditemukan. Namun
karena keberadaannya cukup dalam dan data sebelumnya belum ada sehingga belum dapat diidentifikasi.
Pengamatan terumbu karang di kawasan ini dilakukan pada 15 stasiun yang terdiri dari Batauga 3 stasiun, Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua masing-
masing 4 stasiun. Data terumbu karang di Batauga merupakan data sekunder diperoleh dari hasil penelitian Coremap II Buton pada tahun 2008, sedang data
Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua merupakan data primer yang diperoleh pada saat penelitian Tabel 5.
Tabel 6 Persentase penutupan karang di lokasi pengamatan
LokasiStasiun Tutupan Kategori Karang
Karang Keras
Karang Lunak
Biota Lain
Karang Mati
Abiotik Batauga
ST1 33,60
15,63 14,70
36,07 ST2
11,14 14,12
12,82 61,92
ST3 11,38
37,62 36,90
14,10 Rata2
18,71 15,79
18,14 37,36
Siompu ST1
42,00 2,00
2,17 18,67
35,17 ST2
18,67 7,50
5,50 55,33
13,00 ST3
0,67 99,33
ST4 23,05
1,40 5,00
24,95 45,60
Rata2 21,10
2,73 3,17
24,74 48,28
Liwutongkidi ST1
10,33 1,33
12,50 75,83
ST2 48,83
44,00 7,17
ST3 50,67
5,33 21,50
22,50 ST4
44,17 37,50
18,33 Rata2
38,50 0,33
1,33 28,88
30,96 Kadatua
ST1 36,67
1,33 6,67
37,67 17,67
ST2 43,53
4,33 28,00
24,13 ST3
29,33 1,67
33,67 35,33
ST4 35,80
3,50 12,50
41,70 6,50
Rata2 36,33
2,71 4,79
35,26 20,91
Data sekunder Coremap 2008
Kondisi terumbu karang di kawasan ini berkisar dalam kategori buruk sampai baik dengan persentase penutupan karang hidup dari 0,70 – 50,70.
Secara umum persentase penutupan karang hidup yang paling baik dari keempat lokasi ini adalah Liwutongkidi yaitu pada stasiun 3 sebesar 50,70 Tabel 5.