Analisis Data METODE PENELITIAN
berbeda-beda, sehingga Data yang tela
dengan sistem presenta
data habitat habitat.sh
Adapun alur tabulasi file
Gambar 2 Alur tabul Secara umum pr
shapefile yaitu
Plannin Cost.shp seperti yang
proses pembuatan heks units
Pu.shp, Abundan
heksagon dengan wujud Pengolahan 3 b
menghasilkan 4 buah fi Bound.dat yang menja
Conservation Land Usin data yang akan digunaka
Pembobotan Fitur Penentuan bobo
konservasi dengan bo konservasi, demikian j
Basilika, bobot nilai ber modifikasi Workshop T
dengan mempertimbang ga penalti faktor dendanya
penalty factor juga b
elah dikelompokan dimasukkan kesatuan per ntabsent
. Data konservasi yang sudah dimasukk .shp
dan data fitur biaya disebut data biaya ile data sebagai berikut :
bulasi input file data Marxan dengan Arcview dan C proses penyiapan data untuk Marxan terfokus pa
ning units Pu.shp,
Abundance Habitat.shp,
g tampak pada Gambar 2. File tersebut dihasilka ksagonal lengkap dengan proses
cropping . File
dance Habitat.shp, dan
Cost Cost.shp adalah
jud serupa namun berbeda fungsi dan isi tabelnya buah
shapefile dilakukan dengan bantuan CL
file tabular yaitu Abundance.dat, Target.dat, Un njadi
input Marxan. CLUZ merupakan singk
sing Zoning adalah
tools yang digunakan untuk m
akan sebagai input
Marxan.
bot nilai fitur konservasi dan fitur biaya sangat bobot tinggi diperhitungkan untuk memenu
juga dengan fitur biaya. Untuk Kawasan K berkisar antara 1–6 Tabel 1. Nilai tersebut be
TNC CTC 2006 in
Darmawan and Darmaw ngkan kepentingan dan kulitas data.
berbeda. perencanaan
kkan disebut a
cost.shp .
n CLUZ. pada 3 buah
, dan Cost
ilkan setelah ile
Planning lah
shapefile ya.
CLUZ akan Unit.dat dan
gkatan dari menyiapkan
at unik. Fitur nuhi target
Konservasi berdasarkan
awan 2007
Tabel 1 Kriteria skor data
Tingkat Kepentingan
Kualitas Data Nilai Skor
Tinggi Tinggi
6 Tinggi
Rendah 5
Sedang Tinggi
4 Sedang
Rendah 3
Rendah Tinggi
2 Rendah
Rendah 1
Data masing-masing fitur dimasukan dalam satuan perencanaan. Data konservasi dimasukan kedalam satuan perencanaan fitur konservasi, demikian
juga dengan fitur biaya, sehingga menghasilkan dua macam data yang bisa dianalisa lebih lanjut.
Pengaturan BLM Boundary length modifier BLM merupakan konstanta yang mengatur tingkat pengelompokan satuan
perencanaan yang terpilih dalam Marxan. Pada BLM yang rendah, satuan perencanaan yang terpilih akan menyebar karena Marxan akan terkosentrasi
pada biaya yang rendah, sedang pada BLM tinggi, satuan perencanaan yang terpilih akan mengelompok, karena Marxan akan berusaha untuk menurunkan
panjang batas dari satuan perencanaan tersebut Steward dan Possingham, 2005.
Penentuan nilai BLM akan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain J.A. Ardron
et al . 2003. Menurut Possingham 2005 nilai BLM dipilih bergantung
pada keseluruhan bentang alam dari daerah penelitian, serta tujuan dari analisis yang dilakukan. Nilai BLM untuk map unit UTM berkisar antara 0-1, sedang map
unit degree berkisar antara 0-10000 Darmawan and Barnawi, 2007. Nilai kisaran BLM tersebut sudah dapat memberikan variasi pengelompokan satuan
perencanaan yang terpilih. Berdasarkan nilai BLM yang ditetapkan dilakukan proses Marxan sehingga
menghasilkan output
berupa lima buah file yaitu output1_best, output1_mvbest,
output1_sen, output1_ssoln dan output1_sum . File
output1_sum berisi table
tentang nilai cost, pajang garis batas, dan luas area. Nilai BLM optimal diperoleh dari file
output1_sum dengan melihat hubungan antara biaya dengan panjang
batas tepi kawasan atau antara luas area dengan panjang batas tepi kawasan Stewart and Possingham, 2005.
Pengaturan Zonasi Pengaturan kawasan konservasi dalam Marxan dapat dilakukan dengan
sistem zonasi yang mengacu pada PP No 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, zona perikanan
berkelanjutan dan zona lain yang diatur sesuai kebutuhan dan kondisi setempat. Pembagian zonasi tersebut, dalam Marxan dilakukan dengan membagi frekuensi
yang terdapat dalam file output1_ssoln
kedalam empat kelas dengan interval yang sama. Dalam file ini berisi frekuensi suatu daerah akan terpilih menjadi
kawasan konservasi berdasarkan 100 kali ulangan. Nilai frekuensi tersebut berkisar antara 0-100 dan dibagi kedalam 4 kelas yaitu 76-100 sebagai zona inti,
51-75 sebagai zona pemanfaatan, 26-50 sebagai zona perikanan berkelanjutan dan 0-25 sebagai zona lainnya.
Konektivitas Marxan belum bisa menjelaskan secara rinci tentang konektivitas secara
ekologi, karena Marxan mengidentifikasi wilayah hanya berdasarkan biaya terendah. Untuk mengatasi hal tersebut,ada beberapa cara yang bisa dilakukan
Smith et al.
2009 yaitu meningkatkan nilai BLM secara bertahap sampai daerah yang terpilih cukup untuk menjamin tingkat konektivitas yang tinggi, menambah
zona inti diantara zona sebelumnya, membagi wilayah perencanaan terhadap target yang ditetapkan untuk mewakili setiap spesies.
Tingkat konektivitas dapat dinilai dengan menggunakan model biofisik yang baik mampu memperkirakan lintasan larva dari daerah pemijahan ke
daerah pembesaran bagi beberapa spesies yang termasuk sebagai target fitur konservasi Van der Molen
et al . 2007. Menurut Palumbi, 2004 bahwa
konektivitas dapat dilihat dilihat dengan mengetahui jarak lintasan yang dapat dilalui oleh telur dan larva ikan, serta daerah jelajah biota tersebut Tabel 2
Tabel 2 Perkiraan pergerakan larva dan dewasa Palumbi, 2004
Jarak km Dewasa
Larva
1000 Species migrasi besar
Banyak Spesies 100-1000
Ikan pelagis besar Beberapa spesies
10-100 Hampir semua ikan dasar, ikan
pelagis kecil Hampir semua ikan, dan
invertebrata 1-10
Ikan dasar kecil, beberapa invertebrata dasar
Alga, plankton, beberapa ikan
1 Species yg menetap, spesies dgn
karakteristik habitat khusus Invertebrata dasar yg
berasosiasi langsung
.
4. KEADAAN UMUM KAWASAN BASILIKA 4.1.
Kondisi Umum 4.1.1. Keadaan Geografis
Wilayah penelitian meliputi sebagian wilayah Kabupaten Buton bagian barat yang meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Batauga, Siompu, Siompu
Barat dan Kecamatan Kadatua dengan luas wilayah 79.145 ha, yang terdiri dari daratan seluas 21.702.ha dan lautan seluas 57.443 ha. Secara geografis terletak
antara . 5 28-5
45 LS dan 122 23-122
43 BT. Gambaran umum wilayah dapat dilihat pada Gambar 1.
Secara adiministratif kawasan Basilika memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara :
Kecatan Lakudo dan Mawasangka Sebelah selatan
: Laut Flores
Sebelah Barat :
Kecamatan Talaga Raya Sebelah Timur
: Kecamatan Sampolawa