Ikan Karang HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakter Kawasan Basilika

Mulidae, Siganidae Labridae Cheilinus, Himygymnus, choerodon dan Haemulidae Gamabar 6a. 2. Ikan Indikator, adalah ikan penentu untuk terumbu karang karena ikan ini erat hubunganya dengan kesuburan terumbu karang yaitu ikan dari Famili Chaetodontidae Gambar 6b. 3. Ikan Mayor mayor group, adalah ikan ini umumnya dalam jumlah banyak dan banyak dijadikan ikan hias air laut Pomacentridae, Caesionidae, Scaridae, Pomacanthidae Labridae, Apogonidae dll. Gambar 4 Kondisi dasar perairan yang berpasir Gambar 5 Faktor Penyebab Kerusakan Karang. a Bubu. b Acanthaster planci Gambar 6 Jenis Ikan yang ditemukan dilokasi pengamatan. a Ikan target Lutjanus kasmira b Ikan indikator Chaetodon trifascialis a b a b Berdasarkan pengamatan diperairan kawasan BASILIKA ditemukan ikan karang dengan terklasifikasi dalam 43 famili, 182 spesies dan 4116 individu Tabel 7. Secara rinci, jenis ikan yang ditemukan dikawasan ini dicantumkan pada Lampiran 3. Tabel 7 Jenis ikan karang yang ditemukan dilokasi pengamatan No Lokasi Stasiun Jumlah Kelimpahan indvHa Individu 350 m 2 Species Famili 1 Batauga ST1 255 24 13 7.286 ST2 95 17 10 2.714 ST3 342 31 15 9.771 2 Siompu ST1 395 77 27 11.286 ST2 178 29 17 5.086 ST3 127 15 6 3.629 ST4 202 42 20 5.771 3 Liwutongkidi ST1 336 42 17 9.600 ST2 312 45 19 8.914 ST3 263 53 24 7.514 ST4 220 46 23 6.286 4 Kadatua ST1 311 58 22 8.886 ST2 416 101 33 11.886 ST3 219 53 23 6.257 ST4 265 43 20 7.571 Total 4116 182 43 Secara umum stasiun pengamatan di Kadatua merupakan stasiun pengamatan yang mempunyai kelimpahan ikan yang paling banyak dengan jumlah 11.886 individu perhektar yang terdiri dari 101 spesies dan 33 famili terdapat pada stasiun 2. Pada stasiun 2 Batauga mempunyai kelimpahan ikan paling kecil yaitu 2.714 individu perhektar. Perbedaan jumlah spesies dan famili ikan berhubungan dengan kondisi subtrat dasar dan kondisi fisik perairan Bouchon-Navaro et al, 2005, juga bisa disebabkab kondisi subtrat dasar dimana subrat pasir, batu dan lumpur mempengaruhi komposisi ikan dasar di perairan Pihl Wennhage, 2002. Hal ini sesuai dengan kondisi terumbu karang di Batauga yang mempunyai persen penutupan paling kecil, dan juga kondisi dasar perairannya lebih keruh dari daerah lain.

c. Ekosistem Lamun

Lamun adalah ekosistem perairan dangkal yang menyebar diseluruh dunia di daerah tropis dan subtropis Green Short, 2003. Keberadaan lamun di Kawasan Basilika tidak ditemukan disemua tempat. Untuk Pulau Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua hanya ditemukan di beberapa tempat yang agak terlindung dan dasar perairan yang bersedimen, karena lamun dapat berkembang dengan baik dari arah pantai sampai kedalaman 50 meter pada subtrat sediment Den Hartog Phillips, 2001; Green Short 2003. Dari hasil pengamatan ditemukan 3 - 5 jenis lamun. Lokasi yang paling banyak ditemukan jenisnya adalah pesisir Batauga, untuk Pulau Siompu dan Kadatua ditemukan 4 jenis, sedang di Pulau Liwutongkidi ditemukan 4 jenis. Secara rinci persentase penutupan dan jenis lamun yang ditemukan dilokasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan dari persentase penutupan lamun, yang paling padat ditemukan di Pulau Siompu Gambar 7, namun umumnya keberadaan lamun untuk di daerah kepulauan hanya ada beberapa tempat. Sedangkan yang paling sedikit pesentase penutupannya ada di Kadatua dan Batauga. Namun ekosistem lamun hampir merata ditemukan disemua tempat perairan dangkal di Batauga. Hal ini karena di Batauga ditemukan beberapa sungai kecil yang menyuplai nutrient ke perairan tersebut. Gambar 7 Grafik Persentase Penutupan Lamun.

d. Biota Lain

Di kawasan Basilika saat ini sudah menjadi daerah tujuan wisata. Disamping karena lokasinya dekat dengan pusat kota yang dapat dicapai dengan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 ST1 ST2 ST3 ST1 ST2 Batauga Siompu Liwutongkidi Kadatua P e rs e n ta se mudah, juga terdapat obyek wisata yang menarik bagi wisatawan. Biota tersebut antara lain: lumba-lumba, ikan pari, dan ikan katak Gambar 8. Dalam analisa untuk konservasi, biota terebut dapat merupakan parameter dalam penentuan zonasi.

5.1.2. Fitur Biaya

Fitur biaya yang diperoleh pada penelitian ini adalah daerah penangkapan, alur pelayaran dan pelabuhan. Kegiatan tersebut masuk ke dalam fitur biaya sebab ketiganya memiliki dampak terhadap fitur konservasi yang ditargetkan seperti ekosistem perairan khususnya ekosistem terumbu karang, dan padang lamun. a. b. Gambar 8 Biota yang menarik bagi wisatawan. a Ikan pari Aeotobatus narinari . b Ikan katak Antennarius commersonii .

5.2. Penetapan Zonasi Kawasan Konservasi

Menetapkan target konservasi merupakan hal yang sangat penting dalam sistematis perencanaan konservasi, dan sejauh mana sistem konservasi akan tergantung sangat pada titik referensi ini. Namun penentuan target konservasi merupakan hal yang agak sulit dan kadang kurang ilmiah. Untuk itu ada beberapa contoh yang dapat diadopsi yang dapat meningkatkan defensibility ilmiah individu target seperti perkiraan populasi minimum dapat digunakan untuk menetapkan spesies target Cabeza and Moilanen, 2001. Oleh karena itu, species target yang kurang informasinya ditetapkan dengan nilai yang rendah, sedang data yang akurat dapat dinilai lebih tinggi.

5.2.1. Daerah Kajian dan Satuan Perencanaan

Daerah kajian kawasaan konservasi ini adalah daerah laut kawasan Basilika dengan radius 4 mil laut dari daratan, berdasarkan pada kewenangan yang dimiliki oleh daerah yaitu 4 mil laut Undang-undang nomor 32 tahun 2004