1. Software MARXAN dapat dengan mudah terintegrasi dengan program Arcview,
dengan tersedianya
ekstensi-ekstensi yang memudahkan
pembuatan planning unit, file-file yang diperlukan MARXAN serta otomatisasi pembuatan shapefile hasil perhitungannya.
2. Mempunyai skenario luas dan terbuka, berbagai skenario dapat dikembangkan agar tercipta sebuah bentuk kawasan konservasi yang sesuai
dengan yang diinginkan. 3. Transparan, seluruh proses dilakukan secara algoritma matematis, sehingga
alurnya dapat diikuti dalam kerangka ilmiah. Selain itu juga berbagai faktor, baik ekologi maupun sosial dapat menjadi input dalam perhitungan.
4. Bisa mengadopsi penataan zonasi menurut PP No. 60 Tahun 2007 dan Permen No. 17 Tahun 2008
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2010. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data
terumbu karang, ikan karang, lamun, daerah spesies tertentu dan wilayah tangkapan nelayan. Data sekunder meliputi data sosial masyakat meliputi jumlah
penduduk, luas wilayah, dan mata pencaharian penduduk. Penelitian dilaksanakan Kawasan Basilika Batauga, Siompu, Liwutongkidi dan
Kadatua yang merupakan wilayah Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara Gambar 1. Secara administratif lokasi penelitian mencakup 4 empat
kecamatan yaitu Kecamatan Batauga, Siompu, Siompu Barat dan Kadatua.
3.2. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan Marxan untuk menganalisa zonasi kawasan konservasi laut. Metode ini menggunakan 2 macam input data yaitu
data fitur konservasi dan data fitur biaya cost
. Fitur konservasi yang mewakili keadaan ekologi seperti terumbu karang, padang lamun, mangrove dan lain-lain
serta statusnya sedang fitur biaya adalah data sosial ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya.
3.2.1. Fitur Konservasi
Fitur konservasi adalah fitur yang mencakup keanekaragaman hayati pesisir Basilika diantaranya adalah terumbu karang, ikan karang, padang lamun
dan lain-lain. Untuk mengetahui lebih jauh tentang potensi sumberdaya tersebut, perlu adanya data, baik berupa data primer maupun data sekunder.
a. Data Karang
Metode penelitian penilaian kondisi terumbu karang yang digunakan yaitu dengan Metode
Line Intercept Transect LIT English
et. al , 1994
yang berpedoman pada bentuk pertumbuhan karang. Penelitian dilakukan pada kedalaman tertentu yang mewakili kondisi karang di lokasi tersebut.
Pengamatan dilakukan dengan menyelam menggunakan peralatan SCUBA mulai dari 0 – 10 m, 30 – 40 m dan 60 – 70 m.
16
Gambar 1 Peta lokasi penelitian