Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian

Proses ini dapat dilakukan secara manual, tapi akan lebih efisien bila dilakukan dengan perangkat lunak software. Salah satu metode yang saat ini mulai banyak digunakan dalam penentuan kawasan konsevasi adalah dengan aplikasi Marxan Ball dan Possingham, 2000. Marxan adalah sebuah perangat lunak yang dapat membantu untuk merancang sebuah kawasan konservasi dengan skenario yang kita tetapkan dan tujuan yang dicapai berdasarkan biaya terendah. Dengan aplikasi ini diharapkan kawasan konservasi laut yang dibentuk dapat dikelolah dengan baik, sehingga dapat menyumbang sebagai salah satu lahan konservasi di Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Buton melalui Surat Keputusan Bupati Buton Nomor 1578 Tahun 2006 telah menetapkan Pulau Liwutongkidi sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD. Namu wilayahnya sangat kecil yaitu hanya meliputi wilayah Pulau Liwutongkidi. Hal ini tidak sesuai dengan konsep KKLD yang terdiri dari beberapa zona. Pada Tahun 2008, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia kajian ulang Kawasan Konservasi Laut Daerah, dan memperluas wilayah kajian tersebut menjadi sembilan kecamatan, yaitu Batu Atas, Sampolawa, Batauga, Siompu, Siompu Barat, Kadatua, Mawasangka , Mawasangka Timur dan Talaga Raya.. Zona inti dalam kajian ini meliputi DPL bentukan masyarakat dan seluruh wilayah Pulau Liwutongkidi. Hal ini akan bertentangan dengan masyarakat karena Pulau Liwutongkidi merupakan kebun milik masyarakat setempat sehingga tidak memungkinkan untuk ditutup. Disamping itu, Pulau Liwutongkidi merupakan tujuan wisata masyarakat. Saat ini Pemerintah Kabupaten Buton melalui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD merekomendasikan pemekaran sebagian wilayah KKLD menjadi kabupaten baru yaitu Kabupaten Buton Selatan. Oleh karena itu perlu penataan kembali zonasi KKLD tersebut. Merujuk permasalahan diatas maka perlu dilakukan kajian ulang tentang zonasi Kawasan Konservasi Laut di Kabupaten Buton, khususnya di Kawasan Batauga, Siompu, Liwutongkidi dan Kadatua Basilika.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan antara lain : 1. Untuk mengetahui potensi dan kondisi terkini dari sumberdaya pesisir di perairan kawasan Basilika. 2. Menata ulang zonasi kawasan konservasi laut daerah dengan aplikasi Marxan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah adanya penataan ulang zonasi kawasan konservasi laut daerah di kawasan Basilika yang diperoleh dengan aplikasi Marxan yang merupakan pendekatan metode berbasis spasial ekologi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi pemerintah daerah setelah adanya pemekaran.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengelolaan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir coastal zone merupakan daerah yang unik, karena pada daerah ini hanya bisa dijumpai daerah pasang surut, hutan bakau, terumbu karang, hempasan gelombang, perairan pantai, dan pulau-pulau penghalang pantai. Akibat dari keberagaman dan perubahan yang sering terjadi di wilayah pesisir, kebanyakan negara menyatakan bahwa daerah pesisir merupakan daerah yang memerlukan perhatian khusus. Lebih jauh disebutkan pula bahwa, sebagai daerah transisi antara daratan dan lautan, wilayah pesisir merupakan daerah yang memiliki beberapa habitat yang produktif dan berharga dari biosfer, seperti estuari, laguna, lahan basah pesisir, dan ekosistem terumbu karang. Daerah ini juga merupakan daerah yang memiliki dinamika sumberdaya alam yang besar dimana proses transfer energi alami banyak terjadi dan kelimpahan yang besar dari organisme alami juga dapat ditemukan di wilayah ini Clark, 1996.

2.2. Pengertian Wilayah Pesisir

Pendefinisian wilayah pesisir dilakukan atas tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekologis, pendekatan administratif, dan pendekatan perencanaan. Dilihat dari aspek ekologis, wilayah pesisir adalah wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses kelautan, dimana ke arah laut mencakup wilayah yang masih dipengaruhi oleh proses-proses daratan seperti sedimentasi. Ketchum, 1972 in Kay 1999 mendefinisikan wilayah pesisir sebagai sabuk daratan yang berbatasan dengan lautan dimana proses dan penggunaan lahan di darat secara langsung dipengaruhi oleh proses lautan dan sebaliknya. Dilihat dari aspek administratif, wilayah pesisir adalah wilayah yang secara administrasi pemerintahan mempunyai batas terluar sebelah hulu dari Kabupaten atau Kota yang mempunyai hulu, dan kearah laut sejauh 12 mil dari garis pantai untuk Provinsi atau 13 dari 12 mil untuk KabupatenKota. Dilihat dari aspek perencanaan, wilayah pesisir adalah wilayah perencanaan pengelolaan dan difokuskan pada penanganan isu yang akan ditangani secara bertanggung jawab Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir, 2001. Berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bahwa Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut dan Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km 2 beserta kesatuan ekosistemnya. Sedangkan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antarsektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2.2.1. Sumberdaya di Wilayah Pesisir

Potensi sumberdaya yang terdapat di pulau kecil akan tergantung pada proses terbentuknya pulau serta posisi atau letak pulau tersebut, sehingga secara geologis pulau-pulau tersebut memiliki formasi struktur yang berbeda, dan dalam proses selanjutnya pulau-pulau tersebut juga akan memiliki kondisi spesifik dan spesies endemik serta keanekaragaman yang tipikal Bengen, 2002. Secara umum, sumberdaya alam yang terdapat di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas sumberdaya dapat pulih renewable resources , sumberdaya tidak dapat pulih non-renewable resources . Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, plankton, benthos, moluska, mamalia laut, rumput laut seaweed , lamun seagrass , mangrove, terumbu karang, krustasea atau udang, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut mariculture . Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi minyak bumi dan gas, mineral, bahan tambanggalian seperti biji besi, pasir, timah, bauksit, serta bahan tambang lainnya. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut adalah pariwisata dan perhubungan laut. Ekosistem Terumbu Karang Sumberdaya ikan di kawasan pulau-pulau kecil terkenal sangat tinggi, hal ini didukung oleh ekosistem yang kompleks dan sangat beragam. Perairan karang merupakan ekosistem yang subur yang banyak dihuni oleh beranekaragam sumberdaya hayati. Selain itu ekosistem terumbu karang dengan keunikan dan keindahannya juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata bahari Bengen, 2002. Ekosistem terumbu karang adalah suatu ekosistem di dalam laut tropis yang dibangun oleh biota laut penghasil kapur, khususnya karang batu stony