Tingkat Kecemasan Kecemasan .1 Definisi Kecemasan

Reski, 2009. Berdasarkan etiologi, gangguan kecemasan pasien hemodialisa dapat disebabkan oleh faktor genetik, gangguan neurobiokimiawi, aspek kepribadian, dan penyakit fisik Nutt Balenger, 2007. Dikenal adanya tujuh jenis gangguan cemas, yaitu gangguan panik dengan atau tanpa agorafobia, agorafobia dengan atau tanpa gangguan panik, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma posttraumatic stress disorderPTSD, dan gangguan kecemasan umum Romadhon, 2002. Seperti halnya pada sakit fisik lainnya, kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronik stadium terminal sering dianggap sebagai kondisi yang wajar terjadi. Penyakit ginjal kronik PGK stadium terminal menyebabkan pasien harus menjalani hemodialisis. Selain oleh karena penyakit PGK itu sendiri, biaya hemodialisis yang cukup mahal mengakibatkan kecemasan maupun depresi pada pasien bertambah, sehingga sangat dibutuhkan dukungan sosial terhadap para penderita ini Njah, Nasr Ben, 2001.

2.1.4 Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart 2009 ada 4 tingkat kecemasan yaitu: a. Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. b. Kecemasan Sedang Universitas Sumatera Utara Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. c. Kecemasan Berat Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. d. Panik Kecemasan Sangat Berat Berhubungan dengan ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Kecemasan yang dialami akan memberikan berbagai respon yang dapat dimanifestasikan pada respon fisiologis, respon kognitif dan respon perilaku yang tergambar pada tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Tingkat respon kecemasan Stuart, 2009 Tingkat Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik Fisiologis Tekanan Darah TD TD Tidak ada perubahan TD meningkat TD Meningkat TD meningkat kemudian menurun Nadi Nadi tidak berubah Nadi cepat Nadi cepat Nadi cepat kemudian lambat Pernafasan Pernafasan tidak ada perubahan Pernafasan meningkat Pernafasan meningkat Pernafasan cepat dan dangkal Ketegangan Otot Rileks Wajah tampak tegang Rahang menegang, menggertakkan gigi Wajah menyeringai, mulut ternganga Pola makan Masih ada nafsu makan Meningkatmenurun Kehilangan nafsu makan Mual dan muntah Pola tidur Pola tidur teratur Sulit mengawali tidur Sering terjaga Insomnia Pola eliminasi Teratur Frekuensi BAB dan BAK meningkat Frekuensi BAB dan BAK meningkat Retensi urin, konstipasi Kulit Tidak ada keluhan Mulai berkeringat, Keringat berlebihan Keringat berlebihan. Universitas Sumatera Utara akral dingin dan pucat Kulit teraba panas dingin Kognitif Fokus perhatian Cepat berespon terhadap stimulasi Fokus pada hal yang penting Fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik Fokus perhatian terpecah Proses belajar Motivasi belajar tinggi Perlu arahan Perlu banyak arahan Tidak bisa berfikir Orientasi Baik Ingatan menurun pelupa Disorientasi waktu, orang dan tempat Perilaku Motorik Rileks Gerakan mulai tidak terarah Agitasi Aktivitas motorik kasar dan meningkat Komunikasi Koheren Koheren Bicara cepat Inkoheren Produktivitas Kreatif Menurun Bicara cepat Tidak produktif Interaksi sosial Memerlukan orang lain Memerlukan orang lain Interaksi kurang Menarik diri

2.1.5 Manajemen Kecemasan