Analisis Perbedaan Tingkat Kecemasaan Post Test Kelompok Intervensi Dan Kontrol

Progressive Muscle Relaxation menurunkan konsumsi oksigen tubuh, metabolisme tubuh, frekuensi nafas, ketegangan otot, kontraksi ventrikel yang tidak sempurna, tekanan darah sistolik dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alpha otak. Latihan PMR memberikan dampak pada kecemasan pasien yang menjalani HD. Terlihat dari distribusi frekuensi kecemasan yang turun pada kelompok intervensi dan munculkan kondisi tidak cemas pasien dan kecemasan berat tidak memiliki angka kejadian sama sekali. Manifestasi yang mengalami pengaruh yang cukup signifikan menurun dari kondisi sebelum pemberian latihan PMR menunjukkan pengaruh yang besar yang diberikan latihan PMR kepada tingkat kecemasan pasien yang menjalani HD. Sesuai dengan tujuan dari PMR Snyder, Pestka Bly, 2006 yaitu: • Menurunkan ketegangan otot • Merilekskan otot • Meningkatkan aliran darah ke otak • Meningkatkan produksi hormon Endorphin dan enkefalin • Meningkatkan imunitas tubuh • Meningkatkan kesadaran fisiologis • Mengatasi gangguan fisik • Menyeimbangkan hemodinamik tubuh

5.3 Analisis Perbedaan Tingkat Kecemasaan Post Test Kelompok Intervensi Dan Kontrol

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan PMR yang dilakukan pada pasien sebanyak 6 sesi latihan selama 3 minggu yang dilakukan dua kali dalam Universitas Sumatera Utara satu minggu yang setiap sesinya terdiri dari 15 menit latihan yang dilakukan sebelum pasien menjalani hemodialisa menunjukkan perbedaan nilai rerata tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pemberian PMR pada kelompok intervensi p 0,000 p0,005 sedangkan pada kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap perubahan kecemasan p 0,356 p0,05. Pemberian PMR memberikan dampak pada penurunan tingkat kecemasan pasien hemodialisa. Perbandingan nilai rerata kecemasan kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada skor post test menunjukkan nilai rerata post test kelompok intervensi 15,96 dan nilai rerata kelompok kontrol 23,08 dengan t hitung = - 5,779 hal ini menunjukkan ada perbedaan nilai rerata kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kesimpulannya menerima Ha yaitu: ada pengaruh pemberian latihan PMR terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien penyakit ginjal kronis yag menjalani hemodialisa. Nilai t negatif memberi makna bahwa nilai rerata kelompok intervensi lebih rendah dari nilai rerata kelompok kontrol. Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa Progressive Muscle Relaxation merupakan komponen dari terapi komplementer yang digunakan untuk menurunkan angka kecemasan dan memberikan kenyamanan Snyder, Pestka Bly, 2006. Sebagai contoh, relaksasi otot sering menjadi bagian dari guided imagery. Mekanisme PMR dalam menurunkan angka kecemasan pada seorang individu hal yang penting dikenali adalah tegangan otot ketika otot berkontraksi tegang maka rangsangan akan disampaikan ke otot Universitas Sumatera Utara melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah pemanjangan dari serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi ketegangan setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang, kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks. Ini merupakan sebuah prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi ketegangan, relaksasi dan merasakan perbedaan antara keadaan tegang tension dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama. Dengan demikian, dalam Progressive Muscle Relaxationdiajarkan untuk mengendalikan otot-otot rangka sehingga memungkinkan setiap bagian merasakan sensasi tegang dan relaks secara sistematis Mc Guigan dan Lehrer, 2005. Dalam hal ini, saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Beberapa organ dipengaruhi oleh kedua sistem saraf ini. Walaupun demikian, terdapat perbedaan antara efek sistem saraf simpatis dan para simpatis yang berasal dari otak dan saraf tulang belakang Andreassi, 2000 dalam Conrad dan Roth, 2006. Antara simpatik dan para simpatik bekerja saling timbal balik. Aktifasi dari sistem saraf simpatik disebut juga erotropic atau respon figh or flight Cannon, 1929 dalam conrad dan Roth, 2006 dimana organ diaktifitas untuk keadaan stress. Respon ini memerlukan energi yang cepat, sehingga hati lebih banyak melepaskan glukosa untuk menjadi bahan bakar otot sehingga metabolisme juga meningkatkan Erliana, 2009. Cannon 1929 mengobservasi efek dari saraf simpatis, yaitu meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, hiperglikemia, dan dilatasi pupil, pernafasan meningkatkan, serta otot menjadi Universitas Sumatera Utara tegang. Hal ini sesuai dengan manifestasi yang ditimbulkan dari kecemasan pasien saat menjalani hemodialisa yang mencakup tanda dan gejala fisiologis, kognitif dan perilaku. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sigh 2009 latihan PMR yang diberikan pada pasien penyakit COPD memberikan dampak penurunan angka kecemasan terhadap penyakitnya sehingga memberikan dampak positif terhadap perjalanan proses penyembuhannya. Wilk dan Turkoski 2001 menggunakan Progressive Muscle Relaxationpada pasien rehabilitasi pasca operasi jantung dan berhasil mencegah terjadinya kecemasan pada pasien. Di Indonesia sendiri penelitian tentang penggunaan PMR dilakukan oleh Duma 2012 Progressive Muscle Relaxation memberikan efek penurunan kecemasan pada pasien kanker. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari latihan PMR dalam menurunkan manifestasi klinis baik fisiologis, kognitif maupun perilaku kecemasan pasien yang menjalani hemodialisa sesui dengan yang diungkapkan oleh Davis 1995 bahwa Progressive Muscle Relaxation memberikan hasil yang memuaskan dalam program terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan kecemasan, memfasilitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri pada leher dan pungung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia ringan, serta meningkatkan konsentrasi.

5.4 Analisis Data Individual