Kadar Abu Kusnandar et al. 2011 Penetapan kadar protein dengan metode Mikro Kjeldahl Kusnandar et al.

LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Fisik Muchtadi Sugiono 1989 1. Densitas Kamba Masukan bahan ke dalam gelas ukur sampai volumenya mencapai 100 ml. Usahakan pengisian sampai benar-benar padat. Keluarkan semua bahan dari gelas ukur dan timbang beratnya. Nyat densitas kamba dalam grml. Densitas kamba = Berat contoh Volume contoh 2. Kelarutan Kelarutan diukur dengan melarutkan sampel dalam air kemudian disaring dengan kertas Whatman no 42, lalu kertas saring dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 o C sampai bobotnya tetap. Setelah itu, kelarutan dalam air diukur dengan membagi bobot kertas saring akhir g yang dikurangi bobot kertas saring awal g dengan bobot sampel kering g dikali 100. Lampiran 2. Prosedur Analisis Karakterisitik Kimia 1. Kadar Air Kusnandar et al. 2011 a. Bahan yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui beratnya. b. Bahan yang dikeringkan dalam oven suhu 100-105 C selama 3-5 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Bahan kemudian dikeringkan lagi dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan. c. Dihitung kadar airnya dengan rumus: Kadar air bk = berat awal – berat setelah pengeringan `x100 berat awal

2. Kadar Abu Kusnandar et al. 2011

Metode yang digunakan untuk menganalisis kadar abu adalah metode pengabuan kering. Metode ini dilakukan dengan cara mendestruksi pengabuan komponen organik sampel dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat konstan terjadi. Sampel yang digun pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang dianalisis. Suhu pengabuan yang dianggap aman dari kehilangan sejumlah mineral karena penguapan adalah 500˚C. Kadar abu dalam sampel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Abu = W2 - W0 x 100 W1 - W0 Keterangan: W 2 = Berat cawan dan sampel setelah pengabuan g W = Berat cawan kosong konstan g W 1 = Berat cawan dan sampel sebelum pengabuan g

3. Penetapan kadar protein dengan metode Mikro Kjeldahl Kusnandar et al.

2011 Contoh yang digunakan untuk analisis protein merupakan padatan yang berupa serbuk. sebanyak 1-3 gram contoh ditimbang. Contoh tersebut dimasukan kedalam labu Kjeldahl. Berturut-turut dimasukan juga sekitar 1 ujung sudip selenium mi, 25 ml H 2 SO 4 dan beberapa butir batu didih untuk mencegah terbentuknya gelembung. Labu Kjeldahl tersebut kemudian didihkan di atas pemanas listrik selama 1-1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Pembentukan cairan jernih menunjukan bahwa semua komponen organik yang terdapat didalam contoh sudah dihancurkan, dan nitrogen sudah terbebas. Setelah didinginkan, lalu ditambahkan sejumlah kecil air secara perlahan-lahan. Pada saat penambahan air harus hati-hati, karena larutan menjadi panas. Setelah larutan dalam labu dingin kembali, larutan tersebut dituangkan ke dalam alat destilasi. Labu Kjeldahl dibilas dengan air 5-6 kali dengan menambahkan air untuk memastikan bahwa tidak ada larutan hasil destruksi yang tertinggal. Pada alat destilasi di bawah kondensor kemudian dipasangkan erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 mL lautan H 3 BO 3 dan 2 tetes indikator MM- MB. Tambahkan juga air untuk memastikan ujung dari alat destilator terendam larutan asam borat. Kemudian tambahkan 20 ml larutan NaOH 30 ke dalam alat destilasi, lalu dilakukan proses destilasi sehingga tertampung kira-kira 75 mL destilat dalam erlenmeyer. Destilat yang tertampung didalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan menggun larutan HCl 0,1 N yang sebelumnya telah distandarisasi menggun boraks sampai terjadi perubahan warna menjadi merah seulas yang menand titik akhir titrasi. Persen nitrogen dan persen protein pada contoh dapat dihitung dengan menggun rumus sebagai berikut : N = ml HCL contoh – blangko x Normalitas x 14,007 x 100 mg contoh Protein = N x F, dimana F = faktor konversi = 100N dalam protein contoh

4. Penetapan kadar lemak dengan metode Ekstraksi Soxhlet

Dokumen yang terkait

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Isolasi Senyawa Terpenoida Dari Kulit Buah Mahoni ( Swietenia Mahagoni (L.) Jacq. )

5 52 68

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahogani Jacq)

11 84 62

Inhibisi Senyawa Aktif dari Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) sebagai Uji Anti Kanker

0 10 1

Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) yang Berpotensi sebagai Antioksidan

1 3 42

Kopi anti-diabetes “goni coffee” : kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (swietenia mahagoni jacq.) Sebagai minuman fungsional penurun kadar glukosa darah untuk penderita diabetes melitus

2 8 25

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes

1 15 25

Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

0 3 32

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yan

0 1 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yang

0 0 15