Uji Toksisitas Mutu Hedonik

serat tidak larut 0.81 . Sedangkan hasil analisis serat pangan formula kopi terpilih memiliki kadar serat pangan total 0.96, terdiri dari serat larut 0.91 dan serat tidak larut 0.05. Serat larut dapat berfungsi sebagai agen yang dapat menurunkan kolesterol, sedangkan serat pangan tidak larut dapat berfungsi mencegah konstipasi bila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup Angkasa 2011. 7. Kadar Kafein Kafein yang merupakan stimulan ringan termasuk zat psikoaktif yang paling banyak digunakan di dunia. Kafein terdapat di dalam kopi, teh, minuman ringan, kokoa, cokelat, serta berbagai resep dan obat-obat yang dijual bebas. Berdasarkan hasil uji diketahui kadar kafein serbuk ekstrak biji mahoni sebesar 2.30, dan kadar kafein pada produk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni sebesar 7.48. Kadar kafein ini dianalisis menggunakan metode GCMS gas chromatography mass spectrofotometer yang diperoleh dari area total masing-masing kromatogram. Berdasarkan area kafein yang didapat, hasil ini belum dapat dibandingkan langsung dengan kadar kafein dalam SNI kopi karena area kromatogram yang diperoleh belum dibandingkan dengan standar kafein. Kafein meningkatkan sekresi norepinefrin dan meningkatkan aktifitas syaraf pada berbagai area di otak. Studi menunjukkan bahwa resiko menderita d iabetes tipe 2 lebih rendah pada orang yang minum kopi secara teratur dibanding yang tidak. Hasil penelitian mutakhir kafein meningkatkan sensitifitas insulin dengan dimediasi oleh adrenalin dan sensitifitas insulin ini bertambah meningkat berhubungan dengan lamanya minum kopi. Kafein meningkatkan kebutuhan energi basal dan berhubungan dengan jumlah kopi yang diminum, dan kafein juga menstimulasi oxidasi lemak dan mobilisasi glikogen dari jaringan otot dan merangsang pelapasan asam lemak bebas dari jaringan perifer Suryadi 2007

8. Uji Toksisitas

BSLT Brine Shrimp Letahality Test merupakan salah satu metode untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan Artemia salina Leach. Brine Shimp Lethality Test BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang toksik dari bahan alam. Metode ini menunjukkan aktifasi farmakologis yang luas, tidak spesifik dan dimanifestasikan sebagai toksisitas senyawa terhadap larva udang Artemia Salina Leach Dita 2010. Metode ini dapat dilakukan dengan cepat, murah, mudah dan cukup reproduksibel. Uji toksisitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keamanan zat yang akan di uji. Adapun sumber zat toksik dapat berasal dari bahan alam maupun sintesis. Median Lethal Dosis LD 50 adalah dosis dari sample yang diuji yang mematikan 50 dari hewan coba, sedangkan Median Lethal Concentration LC 50 adalah konsentrasi sample yang diuji yang dapat mematikan 50 dari hewan coba Dita 2010. Pada sampel serbuk ekstrak biji mahoni dan produk kopi terpilih dilakukan uji LC 50 . Penggunaan LC 50 dimaksudkan untuk pengujian toksisitas dengan perlakuan terhadap hewan coba secara inhalasi atau dengan media air. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan menentukan nilai LC 50 dari aktivitas komponen aktif sampel terhadap larva Artemia salina Leach. Chaerul 2003. Penggunaan LC 50 dimaksudkan untuk pengujian toksisitas dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melalui udara maka hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas dengan media air. Nilai LC 50 dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk memprediksi potensinya sebagai antikanker Meyer 1992. Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena larva udang merupakan general biossay sehingga semua zat dapat menembus masuk menembus dinding sel larva tersebut. Hasil analisis probit dengan menggunakan SPSS menunjukkan harga LC 50 dari serbuk ekstrak biji mahoni adalah 550.984 ppm, sedangkan nilai toksistas dari produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni sebesar 347.097 ppm. Menurut Meyer et al. 1982 melaporkan bahwa suatu ekstrak atau formula menunjukkan aktivitas toksisitas dalam uji toksisitas jika ekstrak dapat menyebabkan kematian 50 LC50 hewan uji pada konsentrasi 1000 ppm. Berdasarkan dari pernyataan tersebut maka serbuk ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni bersifat toksik. Hal ini ditunjukkan dari nilai LC50 kedua produk tersebut yang kurang dari 1000 ppm. Penelitian ini menunjukan bahwa serbuk ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni mempunyai potensi toksisitas. Hal tersebut berkaitan dengan senyawa yang terdapat dalam serbuk ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yaitu fenolik, flavonoid, terpenoid, triterpenoid dan kafein, dimana pada kadar tertentu memiliki potensi toksisitas serta dapat menyebabkan kematian larva. Mekanisme kematian larva berhubungan dengan fungsi senyawa fenolik, flavonoid, terpenoid, triterpenoid dan kafein dalam serbuk ekstrak biji mahoni dan produk terpilih kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni yang dapat menghambat daya makan larva antifedant Chaerul 2003. Menurut Cahyadi 2009 cara kerja senyawa-senyawa tersebut adalah dengan bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, bila senyawa-senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaannya akan terganggu. Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu mengenali makanannya dan larva akan mati kelaparan. Uji toksisitas metoda BSLT merupakan pengujian yang umum digunakan untuk tumbuh-tumbuhan herbal yang ada di Indonesia. Beberapa hasil uji toksisitas pada penelitian tumbuh-tumbuhan yang ada diantaranya pada ekstrak etil asetat daun pandan wangi berpotensi toksik LC 50 : 288.4 ppm. Senyawa yang terkandung dalam ekstrak etil asetat adalah senyawa terpenoid dan steroid Sukandar 2007. Uji toksisitas BSLT pada komponen bioaktif Pandanus conoideus var. conoideus Lam. atau buah merah sebesar 138.05 ppm. Kandungan senyawa yang terkandung dalam buah merah adalah tokoferol dan -karoten yang relatif tinggi Ramdhini 2010. Tumbuhan herbal lain yang dilaporkan memiliki aktivitas antidiabetes adalah benalu jenis benalu Dendrothophe of Umbullata. Benalu ini yang mempunyai aktivitas toksisitas dengan LC 50 407.4 ppm dan memiliki kandungan flavonoid yang tinggi Sundowo 2010. Karakteristik Bahan Aktif Ekstrak Biji Mahoni dan Kopi-Mahoni Analisis bahan aktif pada serbuk ekstrak biji mahoni dan kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni menggunakan alat kromatografi gas. Kromatografi gas saat ini sangat penting dalam metoda analisis senyawa organik untuk pengukuran substansi individual dalam campuran kompleks. Mass Spectrofotmetry adalah metode pendeteksi yang memberikan hasil data dari substansi molekul. Prinsip GC-MS adalah terdiri dari dua blok bangunan utama yaitu kromatografi gas dan spektrometer massa. Kromatografi gas menggunakan kolom kapiler yang tergantung pada dimensi kolom itu panjang, diameter, ketebalan film serta sifat fase misalnya fenil polisiloksan5. Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekul yang berbeda dalam suatu campuran dipisahkan dari molekul dengan melewatkan sampel sepanjang kolom. Molekul-molekul memerlukan jumlah waktu yang berbeda disebut waktu retensi untuk keluar dari kromatografi gas, dan ini memungkinkan spektrometer massa untuk menangkap, ionisasi, mempercepat, membelokkan, dan mendeteksi molekul terionisasi secara terpisah. Spektrometer massa melakukan hal ini dengan memecah masing-masing molekul menjadi terionisasi dan mendeteksi fragmen menggunakan massa untuk mengisi rasio Hans-Joachim Hübschmann 2009. Hasil analisis GCMS pada serbuk ekstrak biji mahoni dan formula kopi terpilih sebagai berikut Tabel 5. Tabel 5 hasil analisis GCMS ekstrak biji mahoni dan kopi-mahoni terpilih Serbuk ekstrak biji mahoni Formula Kopi-Mahoni Komponen Aktif area Komponen Aktif area Caffeine 2.30 Caffeine 7.48 Hexadecanoic acid, methyl ester 0.86 Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 15.02 n-Hexadecanoic acid 10.95 Octanoic acid, 1,2,3- propanetriyl ester 46.22 9,12-Octadecadienoic acid Z,Z-, methyl ester 1.86 Ester Dodecanoic acid, 1-hydroxymethyl-1,2- ethanediyl 31.28 12-Octadecenoic acid, methyl ester 2.39 9,12-Octadecadienoic acid Z,Z- 24.70 Erucic acid 43.26 Octadecanoic acid 13.68 Total 100.0 Total 100 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa senyawa-senyawa penyusun ekstrak biji mahoni n-Hexadecoic acid 10.95area dan n-Hexadecanoic acid methyl ester 0.86area. Kedua senyawa ini merupakan jenis asam lemak dengan nama lain asam Palmitat dengan jumlah rantai karbon sebanyak 16 NIST 2011. Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak lainnya. Asam palmitat terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati seperti : minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak inti sawit, minyak avokat, minyak kelapa, minyak biji kapas, minyak kacang kedelai, minyak bunga matahari, dan lain-lain. Asam palmitat juga terdapat dalam lemak sapi Brahmana 1998. Minyak tersebut merupakan ester gliserol palmitat maupun ester gliserol lainnya yang apabila disabunkan dengan suatu basa kuat, kemudian ditambahkan dengan suatu asam akan menghasilkan gliserol, asam palmitat disamping asam lemak lainnya. Selain asam palmitat, hasil analisis GCMS dari ekstrak biji mahoni adalah 9,12-Octadecadienoic acid Z,Z-, methyl ester 1.86area, 12-Octadecenoic acid, methyl ester 2.39area, dan 9,12-Octadecadienoic acid Z,Z- 24.70area. Menurut NIST 2011 senyawa-senyawa tersebut merupakan nama lain dari asam linoleat dengan jumlah rantai karbon sebanyak 18. Octadecanoic acid 13.58area atau nama lain dari asam sterat juga ditemukan dalam ekstrak ini. Sama seperti asam linoleat, asam stearat merupakan asam lemak yang terdiri dari 18 rantai karbon. Pembeda dari asam stearat dan asam linolenat adalah tidak adanya ikatan rangkap dalam susunan rumus molekul dari asam stearat. Asam erusat juga ditemukan dalam analisis GCMS ekstrak biji mahoni dan merupakan penyusun terbanyak dari serbuk ekstrak biji mahoni. Erucid Acid atau asam erusat adalah 22-karbon asam lemak tak jenuh tunggal dengan ikatan rangkap tunggal pada posisi omega 9. Asam erusat menyusun sekitar 30-60 dari total asam lemak ekstrak biji-bijian seperti biji sawi dan biji bunga matahari. Asam erusat juga ditemukan dibeberapa minyak hewan laut. Asam erusat, sebagai asam lemak, dicerna, diserap dan dimetabolisme, untuk sebagian besar, seperti asam lemak lainnya. Setelah diserap, asam lemak didistribusikan ke jaringan terikat pada albumin serum. Dalam hati, kehadiran asam erusat tampaknya menginduksi sistem -oksidasi peroxisomal, yang mengarah ke penurunan bertahap akumulasi asam erusat dan juga mengurangi penghambatan oksidasi asam lemak. Hal ini diduga untuk mengurangi masuknya asam erusat ke jantung. Asam erusat tidak termetabolisme dapat ditemukan dalam kotoran. Asam erusat, juga dikenal sebagai asam cis-13 docosenoic. Asam cis-13 docosenoic adalah asam lemak tidak bercabang tak jenuh tunggal dengan panjang rantai 22-karbon dan ikatan rangkap tunggal dalam omega 9 posisi Food Standards Australia New Zealand 2003. Sama seperti ekstrak biji sawi dan biji bunga matahari yang memiliki kadar asam erusat antara 30-60, ekstrak biji mahoni memiliki kadar asam erusat sebanyak 43.26. Hasil analisis GCMS dari ekstrak biji mahoni tidak terlalu berbeda dengan hasil analisi Mustofa et.al 2011 yang menganalis komposisi asam lemak dari minyak biji mahoni menggunakan gas chromatography dan diiketahui bahwa asam lemak tersebut mengandung 48 senyawa yang teridentifikasi. Konstitusi utama dari asam lemak adalah asam linoleat 26.00, asam elaidat 24.39, asam stearat 14.32, asam palmitat 12.97, 10-metil-10-Nonadecanol 5,24, asam ecosanoic 2.48, 3-heptyne-2,5-diol, 6- metil-5-1-metiletil 2.03, 9,10,12- trimetoksi asam oktadekanoat 1,90; 1,3- dioxalane, 4 etil-4-metil-2-pentadecyl 1,89 dan asam 2-furapentanoic 1,03. Hal ini juga membuktikan bahwa minyak dari biji mahoni dapat digunakan sebagai sumber asam lemak tak jenuh yang baik. Namun karena rasa minyak yang dihasilkan cenderung pahit, minyak biji mahoni lebih banyak digunakan pada industri kimia sebagai bahan tambahan untuk sabun dan produk kebersihan dan kesehatan lainnya M. Mostafa et al. 2011. Penelitian dari Maiti et al. 2009 biji mahoni mengandung senyawa swietenine yang memiliki efek hipoglikemik dan dapat menurunkan kadar glukosa darah. Selain senyawa swietenine, biji mahoni juga mengandung flavonoid, alkaloid, terpenoid, antraquinon, saponin, dan minyak volatil yang terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan ini mampu menangkap radikal bebas yang menyebabkan perbaikan pada kerusakan sel beta pankreas. Dengan adanya perbaikan ini maka akan terjadi peningkatan jumlah insulin didalam tubuh sehingga glukosa akan masuk kedalam sel dan terjadi penurunan glukosa darah dalam tubuh. Selain itu hasil penelitian Li et al. 2005 menyebutkan ekstrak biji mahoni mengandung kandungan agonist dengan PPAR . Kandungan dalam ekstrak biji mahoni dapat bertindak sebagai ligan yang berikatan dengan PPAR . PPAR adalah reseptor ligan yang terletak didalam inti dan merupakan faktor transkripsi gen-gen yang mempengaruhi fungsi insulin sehingga sekresi insulin dalam pulau langerhans dapat bekerja dengan baik. Hasil analisis GCMS dari poduk kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih diketahui mengandung senyawa caffeine 7.48area, Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 15.02area, Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 46.22area, dan Ester Dodecanoic acid, 1-hydroxymethyl-1,2-ethanediyl 31.28area. Hasil analisis GCMS ini selanjutnya dibandingkan dengan penelitian mengenai senyawa yang terkandung dalamminyak kopi yang diidentifikasi dengan GCMS. Minyak kopi coffee bean oil merupakan suatu senyawa yang sebagian besar mengandung triasigliserol dengan sejumlah konstituen senyawa aromatik Aziz et al. 2009. Seyawa-senyawa kimia pada biji kopi dapat dibedakan atas senyawa volatil dan non volatil. Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap, terutama jika terjadi kenaikan suhu. Senyawa volatil yang berpengaruh terhadap aroma kopi antara lain golongan aldehid, keton dan alkohol. Senyawa non volatil yang berpengaruh terhadap mutu kopi antara lain kafein, asam klorogenat dan senyawa-senyawa nutrisi. Biji Kopi mengandung 10-15 minyak kopi dimana minyak ini dihasilkan dari biji kopi yang telah disangrai. Adapun kandungan senyawa dan asam lemak total pada minyak kopi diantaanya caffeine, diphenylsulfone hexadecanoic acid Palmitic acid, cis-9, cis-12-octadecadienoic acid Linoleic acid, octadecanoic acid Stearic acid, 2-vinyl-2,3- dihydrobenzofuran, 2,3-dimethylbenzofuran, 3-buten-2-none, 4-phenyl 2-phenyl- 3-4-methoxyphenylindene, 2-[1-2,4-dimethoxyphenylvinyl ]phenol, dan 12- methoxy-3-methylcholanthrene. Adapun fungsi atau kegunaan utama minyak kopi ialah sebagai sumber aroma kopi terutama pada kopi instant dengan cara fogging penyemprotan Aziz et al. 2009. Penelitian Anugrahati 2010 melaporkan kopi mengandung flavonoid, asam klorogenat dan asam kafeat . Senyawa-senyawa tersebut dapat menghambat aktivitas α-glukosidase. α-glukosidase merupakan enzim yang menghidrolisis pati dari arah luar rantai ujung nonreduktif sehingga menghasilkan glukosa. Enzim ini bekerja dengan menghidrolisis pati menjadi glukosa agar dapat diserap oleh usus. Inhibitor α-glukosidase merupakan senyawa yang menghambat kerja enzim α- glukosidase yang terdapat pada dinding usus halus sehingga mengurangi pencernaan karbohidrat kompleks dan penyerapannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Serbuk ekstrak biji mahoni ditambahkan kedalam formula kopi dengan 3 taraf konsentrasi berbeda dan dilakukan uji organoleptik. Berdasarkan hasil uji hedonik atribut keseluruhan diketahui minuman kopi fungsional dengan penambahan 100 mg pertakaran saji ekstrak biji mahoni atau 0.7 merupakan minuman fungsional yang paling banyak dipilih oleh panelis p0.05. Minuman ini memiliki odor, warna, aroma kopi, aroma asing, rasa manis dan rasa just about right , sedangkan rasa pahit, mouthfeel, flavour dan after taste agak kuat. Serbuk ekstrak biji mahoni memiliki nilai kelarutan 93.51 dan densitas kamba 0.8271 gmL. Hasil analisis kimia ekstrak biji mahoni mengandung kadar air 5.28, kadar abu 0.64, kadar lemak 18.51, kadar protein 0.59, kadar karbohidrat 74.98, kadar serat pangan total 2.30, kadar kafein 2.30 dan nilai toksisitas 440.984 ppm. Hasil analisis GCMS diketehui senyawa yang terkandung dalam ekstrak biji mahoni diantaranya n-Hexadecoic acid 10.95area, n- Hexadecanoic acid methyl ester 0.86area, 9,12-Octadecadienoic acid Z,Z-, methyl ester 1.86area, 12-Octadecenoic acid, methyl ester 2.39area, 9,12- Octadecadienoic acid Z,Z- 24.70area, Octadecanoic acid 13.58area, dan asam erusat sebanyak 43.26area. Kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni terpilih hasil uji organoleptik memiliki kelarutan 97.38 dan densitas kamba sebesar 0.4854 gmL. Hasil analisis kimia dari produk kopi terpilih tersebut memiliki kadar air 2.80, kadar abu 5.88, kadar lemak 1.08, kadar protein 6.04 , kadar karbohidrat 84.20, kadar serat pangan total 0.96, kadar kafein 7.48 dan nilai toksisitas 347.097 ppm. Hasil analisis GCMS diketehui senyawa yang terkandung dalam kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni diantaranya Dodecanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 15.02area, Octanoic acid, 1,2,3-propanetriyl ester 46.22area, dan Ester Dodecanoic acid, 1-hydroxymethyl-1,2-ethanediyl 31.28area. Saran Reformulasi dapat dilakukan untuk mencari formula terbaik demi pencapaian nilai organoleptik yang lebih baik. Reformulasi dapat dilakukan pada tahapan pembuatan serbuk ekstrak biji mahoni maupun formula kopi yang terbentuk. Selain itu perlu dilakukan uji screaning fitokimia untuk melihat zat aktif penyusun dari ekstrak biji mahoni yang memiliki reaktifitas tinggi terhadap nilai toksisitas LC50 sehingga dapat diketahui kemanan yang lebih mendalam dari serbuk ekstrak biji mahoni dan formula produk kopi terpilih. DAFTAR PUSTAKA Ade B, Akinwande, Bolarinwa, dan Adebiyi. 2009. Evaluation of tigernut Cyperus esculentus-wheat composite flour and bread. African Journal of Food Science. 2:087-091. Andini S, Akhmad Darmawan, Sofa Fajriah, dan Nina Artanti. 2010. Aktivitas Antidiabetes dan Toksisitas Beberapa Jenis Benalu. Tanggerang ID : Pusat Penelitian Kimia – Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. Kawasan PUSPIPTEK Serpong Anggirasti, Purwiyatno Hariyadi, Nuri Andarwulan, dan Tri Haryati. 2008. Gliserolisis RBDPO Efine B Leached Eodorize Palm Oil dengan Lipase untuk Sintesis MDAG Mono-Diasil Gliserol. Bogor ID : Departemen ilu dan teknologi pangan, Institut Pertanian Bogor Angkasa D. 2011. Pengembangan Minuman Fungsional Sumber Serat dan Antikoksidan dari Daun Hantap Sterculia oblongata R. Brown [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor Anugrahati NA, Lucky Golden, dan Broto Kardono. 2010. Potensi Beberapa Kopi Lo kal Indonesia sebagai Inhibitor α-glukosidase. Jurnal ilmu dan Teknologi Pangan. Vol. 81 Aziz Tamzil, Ratih Cindo K N, dan Asima Fresca. 2009. Pengaruh Pelarut Hekasana dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Jurusan Teknik Kimia Faklutas Teknik Universitas Sriwijaya. Jurnal Tekni Kimia, 1 Vol 161 Biofarmaka ipb. 2011. Pengujian Toksisitas Metode BSLT. diambil dari prosedur tetap pengujian toksistas di laboratorium terpadu biofarmaka ipb. Bogor ID : Biofarmaka Institut Pertanian Bogor Brown AC 2007. Understanding food: principles and preparation. 3rd ed. Belmonth . CA: Cengage Learning. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI No. 4444:2009 creamer nabati bubuk. [internet]. [diunduh pada 25 September 2014]. diakses pada: www.bsn.go.id . [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI Kopi Instan No. 2983:2014 creamer nabati bubuk. [internet]. [diunduh pada 25 September 2014]. diakses pada: www.bsn.go.id Cahyadi, dan Wisnu. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta ID: Bumi Aksara Cahyadi R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare Momordica charantia L Terhadap larva Artemia salina Leachdengan metodeBrine shrimp lethality test BST. Semarang ID : Universitas Dipenogoro Repository 5: 1-8. Chaerul. 2003. Pengujian Nilai Peroksida POV dan Sitotoksik Ekstrak Etanol Beberapa Tumbuhan Obat dari Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Bidang Botani-Pusat Penelitian Biologi- LIPI. Hal 28. Chandra Devi, R Hanung Ismono, dan Eka Kasymir. 2012. Prospek Perdagangan Kopi Robusta Indonesia di Pasar Internasional. Lampung ID : Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 10-15 De D, Chatterjee K, Ali KM, Bera TK, dan Ghosh D. 2011. Antidiabetic potentiality of the aqueous-methanolic extract of seed of Swietenia mahagoni l. jacq. in streptozotocin-induced diabetic male albino rat: a correlative and evidence-based approach with antioxidative and antihyperlipidemic activities. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine 2011:1-11 [Depkes] Departemen Kesehatan Indonesia. 2010. Penyakit Tidak Menular PTM. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. [internet]. [Diakses pada 16 juni 2014]. Dapat diunduh pada: www.depkes.go.id Dita mutiah. 2010.Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur Vitis vinifera terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test BST [Skripsi]. Semarang ID : Universitas Diponegoro Divyal Khare, Pradeep H, Kumar K, Hari Venkatesh K, dan Jyothi. 2012. Herbal Drug Swietenia Mahagoni Jacq. - A Review. Global J Res. Med. Plants Indigen. Med.. Volume 1, Issue 10. October 2012. 557 –567 Fennema, Owen R. 1996. Food Chemistry Third Edition. New York USA : Marcel Dekker,Inc. [FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2003. Erucic Acid In Food:a Toxicological Review and Risk Assessment . Technical Report Series No. 21. [Internet]. [Diunduh pada 18 September 2014]. Dapat diakses pada: Http:Www.Foodstandards.Gov.Au Hans-Joachim Hübschmann. 2009. Handbook of GCMS: Fundamentals and Apllications. Second Edition. Weinbeirn USA : Wiley –VCH Verbag GmbH Co. GaA. Hajli Z. 2011. Isolasi senyawa golongan flavonoid biji mahoni Swietenia mahagoni Jacq. yang berpotensi sebagai antioksidan [skripsi]. Bogor ID: Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Hartono A. 2005. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta ID: Buku Kedokteran EGC. Hastuti Purwanti Widhy. 2010. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. [Internet]. [diakses pada 17 September 2014]. Tersedia pada: http:staff.uny.ac.id Hui, Y.H., 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology. New York USA : Jhon Wiley and Sons Inc [IDF] International Diabetes Federation. 2013. The global burden [Internet]. [diakses pada 2013 Oktober 7]. Tersedia pada: http:www.idf.orgdiabetesatlas Kumar EK, Ramesh, dan Kasiviswanath. 2005. Hypoglicemic and Anthihyperglicemic Effect of Gmelina asiatica Linn. in Normal and in Alloxan Induced Diabetic Rats. Andhara Pradesh India: Departmen of Pharmaceutical Sciences. Page 729 Kusnandar F, Andrawulan N, dan Herawati D. 2011. Analisis Pangan. Jakarta : Dian Rakyat. Li DD, Chen JH, dan Chen Q. 2005. Swetenia Mahagony Extract Shows Agonistic Avtivity to PPARγ and Gives Ameliorative Effects on Diabetic dbdb mice. Acta Pharmacol Sinica. 262: 220-222 Lewis Neal A. 1980. Solvent extraction by alcohol having 1 to 3 carbon atoms; flavor and odor enhancement. Publication number : US 4234613 A Maiti AS, Dewanjee, dan Sahu R. 2009. Isolation of Hypoglycemic Phytoconstituent from Swietenia macrophylla Seeds. American Journal Nutrition 2312: 1731-1733. Meilgaard M, G.V. Civille dan B.T. Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques. 3rd edition. New York USA: CRC Press Meyer B.N, Ferrigni N.R, Putnam J.E, Jacobsen L.B, Nichols D.E, dan McLaughin, J.L. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituent, Planta Medica. 45:31-34. Mostafa M, Ismet Ara Jahan, M. Riaz, Hemayet Hossain, Ishrat Nimmi, A. Sattar Miah, dan J. U. Chowdhury. 2011. Comprehensive Analysis of the Composition of Seed Cake and its Fatty Oil from Swietenia mahagoni Jacq. Growing in Bangladesh. Dhaka Univ. J. Pharm. Sci. 101: 49 –52. Nagalakshmi MAH, Thangadurai D, Muralidara D, dan Pullaiah RT. 2001. Phytochemical and antimicrobial study of Chukrasia tabularis leaves. Fitoterapia 72, 62 –64. [NIST] National Institute of Standards and Technology. 2011. Material Measurement Laboratory [Internet]. [diakses pada 17 September 2014]. Dapat diunduh pada: http:webbook.nist.govcgicbook . Paynter N.P, H-C Yeh, S. Voutilainen, M.I Schmidt, G. Heissm, A.R Folsom, F.L Brancati, dan WHL Kao. 2006. More support for coffe antiadiabetes benefits, nutraingredient. In American Journal of Epidemiology. Hal: 1075-1084. Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Organoleptik. Bogor ID: Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB Ramdhini RN. 2010. Uji Toksisitas Terhadap Artemia Salina Leach. dan Toksisitas Akut Komponen Bioaktif Pandanus Conoideus Var. Conoideus Lam. sebagai Kandidat Antikanker [Skripsi]. Surakarta ID: Universitas Sebelas Maret Jurusan Biologi FMIPA Rejo Amin, Sri Rahayu, dan Tamaria Panggabean. 2012. Karakteristik Mutu Biji Kopi pada Proses Dekafeinasi. Palembang ID: Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Safitri F, Yunianta, dan Purwatiningrum. 2013. Pengaruh Penambahan Pati Termodifikasi pada Non Dairy Creamer terhadap Stabilitas Emulsifikasi dan Efisiensi Sodium Casseinat. Jurnal Pangan dan Agroindustri 11:1-14 Sahgal G, Ramanathan S, Sasidharan S, Mordi MN, Ismail S, dan Masnsor SM. 2009. Phytochemucal and antimicrobial activitu of Swetenia magoni Crude Methanolic Seed Extract. Tropical Biologi 26 : 274-279. Setyaningsih Dwi, Apriyantono Anton, dan Puspita Sari Maya. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor ID: IPB Press Soekarto S. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta : Bharata Karya Aksara Sukandar D, Hermanto, dan Emi Lestari. 2007. Uji toksisitas Ekstrak Daun Pandan Wangi Pandanus amaryllifolius Roxb. dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Jakarta ID : Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Subroto, Ahkam. 2006. Ramuan Herbal untuk Diabetes Mellitus. Depok : Penebar Swadaya Sulistyowati. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Citarasa Seduhan Kopi. Pelatihan Uji citarasa Kopi. Jakarta : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Suryadi, Tjekyan. 2007. Risiko Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kalangan Peminum Kopi di Kotamadya Palembang Tahun 2006-2007. Makara, Kesehatan, Vol. 112: 54-60 Suryani N, Tinny Endang H, dan Aulanni’am. β01γ. Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Mahoni terhadap Peningkatan Kadar Insulin, Penurunan Ekspresi TNF- α dan Perbaikan Jaringan Pankreas Tikus Diabetes. Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 273 Winarno F.G, dan Fardiaz S. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wiranatakususmah M.A, Kamaruddin, dan A. M. Syarief. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor ID: Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Fisik Muchtadi Sugiono 1989 1. Densitas Kamba Masukan bahan ke dalam gelas ukur sampai volumenya mencapai 100 ml. Usahakan pengisian sampai benar-benar padat. Keluarkan semua bahan dari gelas ukur dan timbang beratnya. Nyat densitas kamba dalam grml. Densitas kamba = Berat contoh Volume contoh 2. Kelarutan Kelarutan diukur dengan melarutkan sampel dalam air kemudian disaring dengan kertas Whatman no 42, lalu kertas saring dikeringkan dalam oven dengan suhu 105 o C sampai bobotnya tetap. Setelah itu, kelarutan dalam air diukur dengan membagi bobot kertas saring akhir g yang dikurangi bobot kertas saring awal g dengan bobot sampel kering g dikali 100. Lampiran 2. Prosedur Analisis Karakterisitik Kimia 1. Kadar Air Kusnandar et al. 2011 a. Bahan yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan kedalam cawan yang telah diketahui beratnya. b. Bahan yang dikeringkan dalam oven suhu 100-105 C selama 3-5 jam, selanjutnya didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Bahan kemudian dikeringkan lagi dalam oven selama 30 menit, didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan. c. Dihitung kadar airnya dengan rumus: Kadar air bk = berat awal – berat setelah pengeringan `x100 berat awal

2. Kadar Abu Kusnandar et al. 2011

Dokumen yang terkait

Daya Hambat Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Bakteri Enterococcus faecalis Sebagai Alternatif Bahan Medikamen Saluran Akar (In Vitro)

3 289 97

Isolasi Senyawa Terpenoida Dari Kulit Buah Mahoni ( Swietenia Mahagoni (L.) Jacq. )

5 52 68

Isolasi Senyawa Alkaloida Dari Biji Tumbuhan Mahoni (Swietenia mahogani Jacq)

11 84 62

Inhibisi Senyawa Aktif dari Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) sebagai Uji Anti Kanker

0 10 1

Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) yang Berpotensi sebagai Antioksidan

1 3 42

Kopi anti-diabetes “goni coffee” : kopi dengan penambahan ekstrak biji mahoni (swietenia mahagoni jacq.) Sebagai minuman fungsional penurun kadar glukosa darah untuk penderita diabetes melitus

2 8 25

Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) sebagai Kandidat Obat Antidiabetes

1 15 25

Pemberian Minuman Kopi dengan Penambahan Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) pada Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksan

0 3 32

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yan

0 1 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 70% BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq) TERHADAP KADAR ALT Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 70% Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Kadar Alt (Alanin aminotransferase) Tikus Putih ( Rattus norvegicus ) Yang

0 0 15