penelitian  ini  berusaha  mengatasi  permasalahan  melalui  pembelajaran  terpadu  dengan pendekatan tematik dalam pembelajaran membaca menulis permulaan.
Penelitian Tindakan Kelas PTK, dipilih untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru  dalam  melaksanakan  tugas  sehari-hari.  PTK  merupakan  kolaborasi  antara  peneliti,  guru
SH, dan siswa kelas I SDN 04 Punduhsari yang memiliki perspektif berbeda-beda. Bagi siswa untuk meningkatkan  kemampuan menulis sangat penting. Kemampuan  membaca dan menulis
tersebut  akan  berpengaruh  pada  meningkatnya  prestasi  belajar.  Bagi  guru  PTK  berguna  untuk meningkatkan keprofesionalannya.
Pembelajaran dengan pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kemampuan membaca dan  menulis  permulaan  dalam  penelitian  ini  dilaksanakan  dalam  tiga  siklus.  Dalam  setiap
siklusnya  terdapat  empat  tahap,  yaitu  perencanaan,  tindakan,  pengamatan  dan  evaluasi  serta refleksi  dan  reaksi.  Dari  setiap  siklus  ditemukan  keberhasilan  dan  kekurangberhasilan  guru
dalam mengatasi masalah ketidakberhasilan perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Siklus  kesatu  dan  siklus  kedua  yang  telah  dilakukan  guru,  sudah  menunjukkan
perubahan  perbaikan.  Dari  beberapa  indikator  yang  dirumuskan  dalam  pembelajaran  siklus kesatu  dan  kedua  dapat  diketahui  terjadi  peningkatan  ketercapaian  indikator.  Berikut  ini
diuraikan tentang peningkatan kemampuan siswa dalam setiap siklusnya.
a.   Ketercapaian Peningkatan Kemampuan Siswa pada Siklus Pertama
Pada  siklus  pertama,  permasalahan  yang  ada  dalam  pembelajaran  dapat  terpecahkan. Guru  kinerjanya  sudah  baik,  langkah  mengajarnya  belum  sistematik.  Pengelompokkan  siswa
belum terbentuk. Meskipun demikian, ada hal-hal tertentu yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan, yaitu       1 Situasi pengelompokkan perlu diperbaiki. Guru perlu menata siswa
dalam  berkelompok,  agar  siswa  dapat  bekerja  secara  leluasa,  dan  semua  anggota  dapat mengerjakan  bersama.  Tiap  kelompok  dipilih  seorang  ketua.  Ketuanya  dipilih  dari  anak  yang
pandai  yang  mampu  membimbing  anggota  kelompokknya.  2  Kreatifitas  siswa  dalam
membaca  dan  menulis  perlu  ditingkatkan.  Selain  menggunakan  materi  dari  buku  hendaknya mengembangkan  materi  pembelajaran  dari  alam  sekitar.  Dari  alam  sekitar  inilah,  siswa  akan
berkembang  kreativitasnya.  3  Keberanian  bertanya  siswa  perlu  ditingkatkan.  Guru  perlu menanamkan kebiasaan bertanya pada siswa, baik bertanya pada guru maupun kepada sesama
siswa.  4  Kelancaran  pembelajaran  dengan  pembelajaran  terpadu  masih  perlu  ditingkatkan. Dalam  menyusun  rencana  pembelajaran,  guru  perlu  menyusun  lembar  penilaian.  Kelancaran
pembelajaran  ditentukan  oleh  kedua  belah  pihak,  yaitu  guru  dan  siswa.  Pembelajaran  terpadu menggunakan  prinsip-prinsip  penggalian  tema,  pelaksanaan  terpadu,  prinsip  evaluasi,  dan
prinsip  reaksi.  5  Hasil  belajar  dengan  pembelajaran  terpadu  masih  perlu  ditingkatkan  secara berkelanjutan.
Siklus  pertama,  kemampuan  yang  dicapai  adalah  kemampuan  mengenal  benda  dan namanya, melengkapi kata  yang  rumpang dengan satu huruf  yang tepat, menyusun huruf acak
menjadi  kata  bermakna,  menyusun  kata  acak,  membaca  kata  berpola  konsonan  vokal,  kata berpola  suku  kata  terbuka,  dan  menyalin  tulisan.  Sedangkan  kata-kata  yang  dijadikan  materi
bacaan adalah kata berpola konsonan vokal, kata berpola konsonan rangkap, kata berpola suku kata terbuka dan tertutup, serta kata berimbuhan.
Di  akhir  siklus  guru  mengadakan  penilaian  yang  berupa  tes  performance,  yaitu  anak membaca  satu  persatu  di  depan  kelas.  Untuk  mengukur  kemampuan  anak  dalam  membaca
menggunakan kriteria: kelancaran membaca, kejelasan lafal, dan kesesuaian tulisan dan bacaan. Sedangkan  untuk  mengukur  kemampuan  menulis,  menggunakan  kriteria  tulisan  rapi,  bentuk
tulisan benar, dan tulisan dapat dibaca orang lain. 1
Situasi  pengelompokkan  siswa  dalam  belajar  membaca  dan  menulis  permulaan  sudah menyenangkan  siswa.  Setiap  pembelajaran  dibentuk  kelompok.  Penyusunan  kelompok
secara  hiterogen  berdasarkan  atas  minat,  kemampuan  atau  senag  berkawan.  Tiap-tiap kelompok terdiri atas lima anak. Di tiap-tiap kelompok dibentuk seorang ketua, dipilih anak
yang  pandai  agar  mampu  membimbing  anggotanya  yang  mengalami  kesulitan  belajar. Ketua  kelompok  membagi  tugas  secara  adil.  Masing-masing  anggota  berperan  aktif  untuk
menyelesaikan tugas. Siswa yang mengalami kesulitan belajar mendapat kesempatan untuk belajar. Suasana dalam belajar aktif dan menyenangkan.
2 Kreatifitas  siswa  dalam  membaca  dan  menulis  berkembang.  Guru  menggunakan  alam
sekitar  sebagai  sumber  belajar.  Belajar  lebih  bermakna  jika  anak  mengalami  sendiri, mencobamerasakan apa yang ia pelajari bukan sekedar mengingat. Prosesnya berlangsung
alamiah  dalam  bentuk  aktifitas  kegiatan  secara  holistik  dan  bermakna.  Jadi,  siswa  tidak sekedar  menstranfer  pengetahuan  guru  tetapi  siswa  menemukan  dan  mengalami  sendiri.
Sesuatu  yang  baru,  dating  dari  menemukan  sendiri,  bukan  dari  “apa  kata  guru”. Pengetahuan  itu  tidak  pernah  stabil  selalu  berkembang.  Dengan  menemukan  sendiri  anak
akan  merasa  senang  belajar,  tidak  merasa  jenuh.  Dalam  pembelajaran  guru  mengambil materi kata di lingkungan sekolah. Hal ini sesuai dengan perkembangan pola berpikir anak
memahami kata yang sederhana, masih terbatas jangkauan waktu dan tempatnya. Anak akan mudah memahami kata,  jika kata yang dibahas itu meraka kenal,  mereka ketahui dan baru
saja dilihat dan didengar. Kagiatan ini membantu konstruktivisme dan inquiri dalam benak siswa.
3 Keberanian  siswa  dalam  bertanya  pada  guru  dan  teman  meningkat.  Pada  awal  penelitian
baru  sebagian  yang  berani  bertanya,  setelah  diadakan  tindakan  seluruh  siswa  berani bertanya. Dengan banyak bertanya dan diberi pertanyaan melatih anak meningkatkan daya
pikir dan bertambah pemahaman anak terhadap suatu konsep sebuah kata. Berkat penerapan tutor  sebaya  siswa  berani  bertanya  kepada  teman  dan  guru.  Siswa  tidak  lagi  takut  diolok-
olok  atau  ditertawakan  teman  jika  bertanya.  Karena  konsep  bertanya  ini  ditanamkan  oleh guru. Jika anak belum dapat membaca dan menulis, tidak tinggal diam melainkan berusaha
menanyakan proses pengerjaannya.
4 Kelancaran  pembelajaran  memaca  dan  menulis  permulaan  dengan  pembelajaran  terpadu
dapat  mengatasi  kesulitan  belajar  siswa.  Hal  ini  diterapkan  guru  untuk  dapat  menerapkan empat  komponen  utama  dalam  langkah  pembelajaran  yaitu:  holistik,  aktif,  otentik  dan
bermakna.  Pembelajaran  sudah  disampaikan  secara  sistematis.  Untuk  mengawali pembelajaran guru memberikan apersepsi yang bervariasi sehingga merangsang siswa untuk
menjawab  dan  jawabannya  beragam  serta  menyampaikan  tujuan  pembelajaran  yang  akan dipelajari  pada  hari  ini.  Guru  sudah  membuat  rencana  pembelajaran,  menyediakan  media,
menganekaragamkan  metode,  menggunakan  berbagai  sumber  belajar.  Siswa  menjadi  lebih aktif dan kritis, guru kreatif, selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Sehingga
terjadi komunikasi dua arah, yaitu antara guru dan siswa. 5
Hasil  pembelajaran  melalui  pembelajaran  terpadu  dapat  meningkatkan  kemampuan membaca dan menulis permulaan siswa kelas I SDN 04 Punduhsari.
b.  Ketercapaian Peningkatan Kemampuan Siswa pada Siklus Kedua