Standar  kompetensi  menulis  tersebut  diuraikan  menjadi  5  kompetensi  dasar  Untuk  lebih jelasnya  berikut  ini  dikutipkan  kompetensi  dasar,  hasil  belajar,  indikator,  dan  materi  pokok
keterampilan menulis kelas I Sekolah Dasar.
Tabel 5. Silabus Keterampilan Menulis Kelas I
Kompetensi Dasar
Hasil Belajar Indikator
Materi Pokok
Membiasakan sikap menulis
yang benar memegang dan
menggunakan alat tulis
Bersikap benar dalam menulis
§  Garis putus-putus §  Garis lurus
§  Garis lengkung §  Lingkaran
§  Garis pembentuk
huruf §  Menggerakkan telunjuk
untuk membuat berbagai bentuk garis dan lingkaran
§  Memegang alat tulis dan menggunakannya dengan
benar §  Mewarnai
§  Gambar putus- putus
§  Garis lurus §  Garis lengkung
§  Lingakaran garis pembentuk hurf
Menjiplak dan menebalkan
Menjiplak dan menebalkan
§  Gambar §  Lingkaran
§  Bentuk huruf Menjiplak dan menebalkan
berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf
§  Gambar §  Lingkaran
§  Bentuk huruf
Menyalin Menyalin
§  Huuf §  Suku kata
§  Kata §  Kalimat
§  Kalimat atau
beberapa kalimat §  Menyalin atau mencotoh
huruf, kata atau kalimat dari buku atau papan tulis
dengan benar. §  Menyalin kalimat dari buku
atau papan tulis dan menulisnya dengan benar.
§  Huruf §  Suku kata
§  Kata §  Kalimat
§  Kalimat atau
beberapa kalimat Menulis
Permulaan Menulis huruf, kala
dan kalimat sederhana dengan huruf lepas
§  Menulis huruf, kata dan kalimat sederhana
§  Menuliskan huruf, kata atau kalimat sederhana dengan
benardan dapat dibaca orang lain
§  Membuat label untuk benda-benda dalam kelas
§  Membuat kalimat berdasarkan gambar
§  Menulis nama diri, umur, tempat tinggal
§  Penulisan huruf, kata dan kalimat
§  Label dan nama benda
§  Gambar sederhana
§  Identitas diri
Menulis permulaan
beberapa kalimat dengan huruf
sambung Menulis beberapa
kalimat sederhana  3-5 kata dengan huruf
sambung Menuliskan pikiran dan
pengalaman dengan huruf sambung dengan rapi yang
mudah orang lain. Kalimat sederhana
terdiri 3-5 kata dengan huruf
sambung
c.  Metode dan Media Pembelajaran
Berdasarkan  kompetensi  dasar  tersebut  maka  seorang  guru  dalam  membuat  rencana pembelajaran dengan ide kreatif untuk membuat pembelajaran efektif dan efisien dituangkan pada
rencana  pembelajaran  tersebut.  Siswa  sebagai  subyek  master  harus  benar-benar  diberdayakan dalam pembelajaran. Guru harus menentukan metode yang cocok dengan materi dan kondisi siswa.
Metode dan media yang ditentukan untuk mendukung tercapainya kompetensi dasar. Selain itu juga agar  dapat  menjalankan  perannya  sebagai  pemimpin  belajar,  fasilitator,  motivator,  dan  evaluator
belajar. Dalam  penyusunan  rencana  pembelajaran  guru  harus  memperhatikan    hal  -hal    sebagai
berikut: 1 memilih tema, 2 menentukan tujuan yang sesuai tema, 3 menjabarkan tujuan kelas, 3 menjabarkan tujuan kelas menjadi tujuan pembelajaran yang lebih khusus, 4 menentukan langkah-
langkah  pembelajaran,  5  dan  alokasi  waktu,  metode,  sumber,  media,  dan  evaluasi  Damyati Zuchdi,  2001:  66.  Sedangkan  menurut  Onco  Mulyasa  2003:  97-98  terdapat  beberapa  prinsip
yang  harus  diperhatikan  antara  lain:  1  mengidentifikasi  dan  mengelompokkkan  kompetensi  yang ingin  dicapai,  2  mengembangkan  materi  standar,  3  menentukan  metode,  dan  4  merencanakan
penilaian. Berdasarkan  kedua  pandapat  tentang  rencana  atau  persiapan  mengajar  tersebut,  peneliti
mengacu  pada  pendapat  Enco  Mulyasa.  Hal  ini  dikarenakan  pelaksanaan  pembelajaran  di  SD sekarang ini mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pembelajaran membaca menulis permulaan merupakan pengajaran  yang menekankan pada siswa  agar dapat  membaca dan  menulis  kata-kata  dan  kalimat sederhana  dengan lancar dan  tepat.
Penerapan metode pembelajaran membaca permulaan bagi siswa kelas rendah  I dan II , penting sekali  guru  menggunakan  metode  membaca.    Depdiknas  2000:  4  menawarkan  berbagai  metode
yang  diperuntukkan  bagi  siswa  permulaan,  antara  lain:  metode  ejabunyi,  metode  kata  lembaga, metode global, dan metode SAS.
Selaras  pendapat  di  atas  metode  pembelajaran  membaca  dan  menulis  permulaan  menurut Darmiyati  Zuchdi  2001:  61,  antara  lain  :  1  metode  abjad,    2  metode  bunyi,  3  metode  kupas
rangkai suku kata, 4 metode kata lembaga,     5 metode global dan 6 metode SAS. Berikut  ini  diuraikan  beberapa  metode  pembelajaran  tersebut  di  atas,  diantaranya:  Metode
eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam  metode  eja  adalah  pendekatan  harafiah.  Siswa  mulai  diperkenalkan  dengan  lambang-
lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode kata lembaga didasarkan atas pendekatan kata,
yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata. Sedangkan  metode  global  Purwanto  1997:  32,  mendefinisikan  bahwa  metode  global
adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah seorang ahli  ilmu  jiwa  dan  ahli  pendidikan  bangsa  Belgia  yang  bernama  Decroly.”  Kemudian  Depdiknas
2000: 6 mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat utuh. Metode global  ini  didasarkan  pada  pendekatan  kalimat.  Caranya  ialah  guru  mengajarkan  membaca  dan
menulis  dengan  menampilkan  kalimat  di  bawah  gambar.  Metode  global  dapat  juga  diterapkan dengan kalimat tanpa gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan
kata  menjadi  suku  kata,  dan  menguraiakan  suku  kata  menjadi  huruf.    Metode  global  merupakan kegiatan belajar membaca kalimat secara utuh, yang menggunakan pendekatan kalimat.
Sedangkan dalam metode pembelajaran Strutural Analisis Sintetik SAS anak lebih dahulu diperkenalkan pada suatu unit bahasa terkecil kalimat. Kalimat dirinci menjadi kata-kata, kemudian
dipisah lagi menjadi suku kata, suku  kata dan selanjutnya menjadi huruf. Dari huruf disintesiskan kembali menjadi  suku  kata,  kata,  dan  berakhir  menjadi  kalimat  Malik Tachir A, 2003: 6.
Hal ini selaras pendapat di atas Mulyono Abdurrahman, 2003: 216 mendefinisikan metode SAS  didasarkan  pada  asumsi  bahwa  pengalaman  awal  dimulai  dari  keseluruhan  gestalt  dan
kemudian  ke  bagian-bagian.  Anak  diajak  memecahkan  kode  tulisan  pendek  sebagau  unit  bahasa
yang  utuh.  Selanjutnya  anak  diajak  menganalisis  menjadi  kata,  kata  menjadi  suku  kata,  dan  suku kata  menjadi  huruf-huruf.  Kemudian  anak  mensintesiskan  kembali  dari  huruf  menjadi  suku  kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat. Dari  beberapa  metode  pembelajaran  di  atas,  Guru  diharapkan  memilih  salah  satu  metode
yang  cocok  dan  sesuai  untuk  diterapkan  pada  siswa.  Dalam  pemilihan  metode  pembelajaran sebaiknya guru mempertimbangkan hal-hal  sebagai berikut :
1. Dapat menyenangkan siswa
2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3. Bila dilaksanakan lebih efektif dan efisien
4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit.
Namun  metode  pembelajaran  yang  banyak  digunakan  di  Indonesia  yang  sesuai  dengan pembelajaran membaca menulis di Indonesia adalah metode SAS Strutural Analisis Sintetik SAS.
Hal ini dijelaskan pula dalam Buku Petunjuk Guru SD Kelas I “Pandai Membaca dan Menulis I”, bahwa  kegiatan  membaca  dikembangkan  dengan metode  SAS  Malik Tachir, 1993: 6.
Metode  SAS  didasarkan  pada  asumsi  bahwa  pengalaman  awal  dimulai  dari  keseluruhan gestalt dan  kemudian  ke bagian-bagian. Anak  diajak memecahkan  kode  kalimat pendek sebagai
unit bahasa yang utuh. Selanjutnya anak diajak menganalisis menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan  huruf  menjadi  suku  kata,  suku  kata  menjadi  kata,  dan  kata  menjadi  kalimat  Mulyono
Abdurrahman, 2003: 216. Sedangkan  pelaksanaan  pembelajaran  metode  SAS  menurut  Darmiyati  Zuchdi  2001:  63-
66  dibagi  dalam  dua  tahap,  yakni  1  tahap  tanpa  buku,  dan  2  tahap  menggunakan  buku.  Pada tahap tanpa buku dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut :
a Merekam bahasa siswa. Bahasa yang digunakan oleh siswa direkam sebagai bahan bacaan.
b Menunjukkan  gambar  sambil  bercerita.  Guru  memperlihatkan  gambar  pada  siswa  sambil
bercerita  sesuai  dengan  gambar  tersebut.  Kalimat  dalam  cerita  guru  dapat  dijadikan  bahan bacaa.
c Membaca gambar. Cara ini hampir sama dengan cara di atas hanya saja singkat.
d Membaca  gambar dengan kartu hurufkartu kata. Guru menempelkan kartu huruf  atau kartu
kata di bawah gambar. Untuk itu perlu papan tempel, kartu huruf, kartu kata dan gambar. e
Membaca  kalimat  secara  struktural  S.  Sedikit  demi  sedikit  gambar  dihilangkan,  sehingga anak dapat membaca tanpa bantuan gambar.
f Proses Analitik A. Siswa diajak menganalisis kalimat menjadi kata, menjadi suku kata, dan
suku kata menjadi huruf, misalnya ini mina
ini mina
i    ni         mi   na i   n   i             m    i    n    a
g Proses  Sintesis  S.  Huruf-huruf  itu  disintesiskan  kembali  menjadi  suku  kata,  suku  kata
menjadi kata, dan kata menjadi kalimat, misalnya i   n   i             m    i    n    a
i    ni         mi   na ini
mina ini mina
Dalam penelitian ini metode yang digunakan lebih mengacu pada metode  pelaksanaan SAS dengan pertimbangan langkah-langkahnya mudah diikuti. Selain itu dapat memberi peluang siswa
untuk belajar mengkonstruksi ilmu yang dipelajari. Untuk  mempermudah  pemahaman  siswa  dalam  bermain  kata-kata  perlu  adanya  media.
Media  yang  dianggap  cocok  untuk  siswa  dalam  menyusun  katakalimat  menggunakan  kartu hurufkartu kata. Selain itu diperlukan juga gambar-gambar benda yang digunakan membantu daya
pikir  anak  dalam  membaca  dengan  melihat  gambar.  Hanya  sebagian  kecil  kegiatan  membaca  itu
bersifat visual, selebihnya karena sumbangan pembaca yang mampu menghubungkan antara bentuk grafis  dalam  hal  ini  tulisan  dengan  konsep  yang  sudah  ada  dalam  memorinya.  Siswa  akan
berusaha  menerima  konsep tentang tulisan  yang  dibaca dengan  melihat  gambar disamping tulisan dengan  cara  menghubungkan  dengan  pengetahuan  dan  pengalaman  yang  siswa  miliki.  Dari
kegiatan ini guru dapat memberikan peniliaian yang sebenarnyaotentik. Penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan
informasi  tentang  hasil  belajar  siswa  dengan  menerapkan  prinsip-prinsip  penilaian,  pelaksanaan berkelanjutan,  bukti-bukti  otentik,  akurat,  dan  konsisten  sebagai  akuntabilitas  publik.  Disebut
penilaian  berbasis  kelas  karena  penialian  ini  dilaksanakan  secara  terpadu  dengan  kegiatan  belajar mengajar di kelas.
Penilaian  berbasis  kelas  dilaksanakan  dengan  pengumpulan  kerja  siswa  portofolio,  hasil karya produk, kinerja performance, dan tes tertulis PBK Puskur Balitbang Depdiknas, 2002: 2.
Di dalam pelaksanaan penilaian, guru dapat menggunakan teknik tes dan nontes. Dengan teknik tes guru dapat mengetahui tingkat kemampuan kognitif siswa, sedangkan dengan teknik nontes untuk
mengetahui tingkat psikomotor dan afektif siswa. Darmiyati Zuchdi, 2001: 38. Berkaitan  dengan  penelitian  ini,  maka  penilaian  yang  diterapkan  baik  dengan  tes  maupun
nontes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca dan menulis permulaan khususnya siswa kelas  I  SD.  Dari  kompetensi  dasar,  hasil  belajar,  indikator  yang  telah  diuraiakn  di  bagian  awal,
untuk kemampuan membaca permulaan menekankan pada aspek membaca teknis. Oleh karena itu penilaian  yang  digunakan  haruslah  yang  dapat  mengukur  kemampuan-kemampuan  itu.  Di
antaranya  mengenal  huruf  dan  membacanya  sebagai  suku  kata,  kata  dan  kalimat  sederhana, membaca nyaring kalimat sederhana dengan intonasi yang tepat.
Namun  dalam  pelaksanaannya  guru  terkadang  sering  mengalami  kesulitan  dalam    menilai bagaimana  lafal  dan  intonasi  yang  tepat,  karena  tidak  ada  pedoman  yang  jelas  mengenai  hal  ini.
Oleh karena itu, yang dipakai sebagai pedoman ialah kewajaran Darmiyati Zuchdi, 200: 140.
Berdasarkan  penyataan  di  atas.  ada  beberapa  hal  yang  perlu  diperhatikan  dalam  menilai pembelajaran membaca permulaan kelas I, yaitu: 1 ketepatan menyuarakan tulisan, 2 kewajaran
lafal,  3  kewajaran  intonasi,  4  kelancaran,  5  kejelasan  suara,  dan  6  pemahaman  isi  bacaan. Kemampuan nomer 1 sampai 5 dapat dinilai secara nontes, tetapi untuk kemampuan 6 guru harus
membuat pertanyaan dengan teknis tes. Sementara  itu,  untuk  mengetahui  kemampuan  menulis  permulaan,  kompetensi  dasar  yang
harus  dicapai  dalam  pembelajaran  menulis  kelas  I  di  antaranya  menyalin  atau  mencontoh  huruf, kata,  kalimat  dari  bukupapan  tulis.  Menuliskan  label  nama  banda  di  dalam  kelas  melengkapi
kalimat yang belum selesai berdasarkan gambar dan menulis kata yang didektekan guru. Di  sisi  lain  guru  harus  dapat  mengantarkan  anak  didiknya  untuk  menguasai  kompetensi-
kompetensi  yang  telah  tercantum  dalam  kurikulum  2004  maupun  kurikulum  pengembangannya yaitu  kurikulum  tingkat  satuan  pendidikan.  Diantaranya  kompetensi  Bahasa  Indonesia  kelas  I
khususnya  membaca dan menulis dicantumkan bahwa  membaca bersuara dan menulis huruf, kata dan kalimat.
Untuk  mencapai  hasil  pembelajaran  yang  diharapkan,  maka  saat  ini  diterapkan  metode pembelajaran terpadu dengan pendekatan tematik yang relevan dengan tuntutan kurikulum KTSP.
Agar  siswa  dapat  mempraktekkan  secara  langsung  apa  saja  yang  dipelajarinya  mereka  mencoba dengan  mempraktikkan  sehingga  menemukannya  sendiri  dan  siswa  lebih  tahu  mengingatnya  atau
bermakna  dalam  kehidupannya.  Dalam  pembelajaran  terpadu  guru  tidak  hanya  menyampaikan materi  berupa  hafalan  tetapi  mengatur  lingkungan  kelas,  dan  memilih  strategi  pembelajaran  yang
memungkinkan siswa  giat belajar. Pembelajaran terpadu sebenarnya sudah terlaksana sejak dahulu, hanya guru sendiri belum
mengetahui  secara  khusus  prinsip-prinsip  pembelajaran  terpadu.  Padahal  setiap  prinsipnya pembelajaran  terpadu  tercermin  dalam  beberapa  sikap  yang  dapat  meningkatkan  kemampuan  dan
keterampilan  siswa.  Dalam  pembelajaran  bahasa  siswa  dilatih  untuk  dapat  mengkonstruksi  dan
menemukan sendiri pengetahuan dengan pengalaman secara langsung atau riil, dan memilih model. contoh  yang  diperoleh  baik  dari  guru  maupun  dari  pengalaman  belajar.  Untuk  itu  guru  perlu
memilih kata-kata yang sudah dikenal siswa di lingkungannya. Penilaian secara nontes guru dapat membuat  catatananekdot  berdasarkan  pengamatan  saat  siswa  disuruh  membaca  dan  menulis,
pengetahuan tentang bunyi tulisan, kata yang dikenal, konsep tentang tulisan diamati secara cermat. Apabila rencana pembelajaran yang telah disusun itu dapat dilaksanakan oleh guru dengan
baik, maka hasil yang dicapai juga akan baik atau tidak terlalu mengecewakan. Apabila mengalami kegagalan, guru perlu menengok kembali rencana pembelajaran yang dibuatnya.
B.  Penelitian  yang Relevan 1.   Penelitian Rina Iriani S.R
Rina  Iriani  dalam  penelitiannya  berjudul  “Penerapan  Model  Tutor  Sebaya  dalam Pembelajaran  Membaca  Permulaan Pelajaran Bahasa  Indonesia“  menyimpulkan bahwa  penerapan
tutor  sebaya  memberikan  sumbangan  yang  efektif  bagi  proses  membaca  permulaan.  Dalam pelaksanaannya  semua  siswa  terlibat  dalam  kegiatan  belajar,  sehingga  siswa  yang  sudah  bisa
membaca      menjadi  tutor  sebaya    temannya  yang  mengalami  kesulitan  belajar  membaca.  Ini memberi  motivasi  kepada  anak  yang  semula  malu  berbicara  atau  bertanya  menjadi  dapat
berkomunikasi  secara  aktif  dengan  teman  lainnya,  sehingga  proses  pembelajaran  terasa  sangat menyenangkan.
Kesesuaian  penelitian  ini  adalah  penerapan  tutor  sebaya,  kerena  objek  utama  penelitian adalah siswa dan guru kelas I. Komponen utama pembelajaran terpadu adalah berpusat pada siswa,
memberikan  pengalaman  langsung,  menyajikan  konsep  dan  proses  serta  bersifat  luwes.  Hasil pembelajaran  dapat  dikembangkan  sesuai  dengan  minat  dan  kebutuhan  siswa.  Sementara  itu
perbedaan terlihat pada kemampuan membaca siswa kelas I.
2.   Penelitian  Parjiati