Luas Areal Jagung Pembahasan Hasil Pendugaan Model Kinerja Perdagangan Jagung

5.2. Pembahasan Hasil Pendugaan Model Kinerja Perdagangan Jagung

Model kinerja perdagangan jagung terdiri dari sembilan persamaan struktural dan tiga persamaan identitas yang terdiri dari persamaan luas areal jagung, produktivitas jagung, produksi jagung yang merupakan perkalian antara luas areal jagung dengan produktivitas jagung, permintaan jagung oleh industri pakan ternak, untuk konsumsi langsung dan oleh industri pengolahan pangan yang ketiganya dijumlahkan ke dalam persamaan permintaan jagung karena ketiga permintaan tersebutlah yang mendominasi permintaan jagung nasional. Selain itu, persamaan impor dari Amerika dan ASEAN dijumlahkan menjadi persamaan impor setelah ditambah dengan impor dari Rest of the World, persamaan ekspor dan persamaan harga jagung domestik.

5.2.1. Luas Areal Jagung

Hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi luas areal jagung disajikan pada Tabel 5. Hasil pendugaan parameter pada persamaan luas areal jagung dijelaskan oleh variabel harga jagung tahun lalu, harga kedelai tahun lalu dan harga kacang tanah tahun lalu, konversi lahan dan tren sebesar 56.49 persen. Semua arah dan besaran nilai parameter dugaan sesuai dengan harapan, namun kurang respon terhadap perubahan peubah-peubah penjelasnya. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa harga jagung tahun lalu mampu mendorong petani untuk menanam jagung sehingga meningkatkan luas areal jagung. Sebaliknya, harga kedelai dan harga kacang tanah berpengaruh negatif terhadap kenaikan luas areal jagung. Jika harga kacang tanah dan kedelai tahun lalu lebih tinggi, maka petani jagung cenderung beralih membudidayakan kedua komoditas ini. Tabel 5. Hasil Pendugaan Parameter Luas Areal Jagung PersamaanPeubah Notasi Parameter Estimasi P-value Elastisitas Persamaan Luas Areal Jagung LAJ Intersept - 4470545 0.001 - Lag harga jagung domestik LHJR 63.15459 0.108 0.235 Lag harga kacang tanah domestik LHKCR -21.2758 0.026 -0.331 Lag harga kedelai domestik LHKDR -53.3872 0.132 -0.414 Konversi lahan KL -1.27434 0.342 - Tren T 50520.15 0.023 - R² = 0.56488 Di Indonesia, kacang tanah dan kedelai tampaknya menjadi pesaing terhadap pengembangan tanaman jagung, apalagi jika dilihat pada syarat hidup tanaman kacang tanah dan kedelai yang sangat mirip kebutuhan pengairannya dengan jagung sehingga tidaklah mengherankan jika kacang tanah secara signifikan sebagai substitusi pengembangan budidaya jagung. Hasil penelitian Djulin et al. 2005 menunjukkan bahwa di lahan kering pada musim penghujan 20002001 di sentra produksi jagung Sumatera Utara, Lampung dan Nusa Tenggara Timur, komoditas pembanding yang paling relevan di tanah kering adalah kedelai dan kacang tanah. Selain itu, komoditas kacang tanah dan kedelai dipandang petani juga mampu bersaing dengan insentif yang dapat dihasilkan dari budidaya jagung meskipun mungkin produktivitas tanaman ini lebih rendah daripada jagung. Hasil penelitian Djulin et al. 2005 menunjukkan RC jagung, kedelai dan kacang tanah di beberapa sentra produksi jagung mempunyai nilai yang besarnya tidak jauh berbeda yaitu masing-masing sebesar 1.79, 1.67 dan 1.84. Sementara itu tidak ada kewenangan pemerintah untuk mengatur komodias yang harus dibudidayakan oleh petani. Meskipun demikian peranan pemerintah daerah dapat berperan dalam memberikan pengarahan atau fasilitas-fasilitas tertentu jika pemerintah memandang tanaman tersebut mampu memberikan insentif secara ekonomi terhadap pemerintah daerah seperti di Propinsi Gorontalo yang penggalakan budidaya jagung dengan cukup berhasil sehingga meningkatkan areal panen. Sementara itu konversi lahan yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah ternyata berdampak pada penurunan luas areal jagung meskipun tidak signifikan. Hal ini terutama terjadi di Pulau Jawa seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, Pulau Sumatera seperti Lampung dan Sumatera Utara yang merupakan sentra produksi jagung, dimana terjadi penurunan luas areal jagung akibat perkembangan pembangunan yang pesat yang juga berdampak pada peningkatan konversi lahan ke penggunaan nonpertanian seperti perumahan, kawasan industri, perdagangan dan sarana publik terbukti juga menjadi penyebab penurunan luas areal jagung nasional. Irawan 2005 dan Irawan 2008 menyatakan bahwa bagi ketahanan pangan nasional, konversi lahan sawah merupakan ancaman yang serius mengingat konversi lahan tersebut sulit dihindari sementara dampak yang ditimbulkan terhadap masalah pangan bersifat permanen, kumulatif dan progresif sehingga diperlukan revitalisasi kebijakan melalui pengembangan pendekatan ekonomi dan pendekatan sosial. Berbagai program pemerintah untuk mengembangkan jagung telah dilakukan. Salah satu program pemerintah adalah dengan pergeseran penggunaan jagung jenis hibrida dan komposit. Dalam program pergeseran penggunaan jenis, varietas dan benih tersebut dilakukan kegiatan seperti perbaikan produksi dan distribusi benih berkualitas, pembentukan penangkar benih berbasis komunal di pedesaan dan penerapan teknologi budidaya melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu, diantaranya varietas yang sesuai, pemupukan berdasarkan status hara tanah spesifik lokasi dan pengendalian organisme penggangu tanaman yang dibarengi dengan penerapan teknologi pasca panen untuk menjamin kualitas dan nilai tambah produksi Suryana et al. 2007. Dukungan pemerintah dengan pengadaan tenaga penyuluh lapang yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir untuk memasyarakatkan berbagai hasil penelitian dan pengembangan tersebut mampu mempengaruhi keputusan petani untuk mengembangkan budidaya jagung.

5.2.2. Produktivitas Jagung