Nilai statistik U bermanfaat untuk mengetahui kemampuan model untuk analisis simulasi peramalan. Nilai koefisien Theil U berkisar antara 1 dan 0.
Jika U=0 maka pendugaan model sempurna, jika U=1 maka pendugaan model naif.
Untuk melihat keeratan arah slope antara aktual dengan hasil yang disimulasi dilihat dari nilai koefisien determinasinya R
2
. Pada dasarnya makin kecil nilai RMSPE dan U-Theil’s dan makin besar nilai R
2
, maka pendugaan model semakin baik.
4.6. Simulasi Model
Setelah model divalidasi dan memenuhi kriteria secara statistik, maka model tersebut dapat dijadikan sebagai model dasar simulasi. Analisis simulasi
dilakukan untuk mengetahui dampak perubahan faktor-faktor eksternal dan kebijakan terhadap variabel-variabel endogen. Sesuai dengan tujuan penelitian
ini, simulasi yang akan digunakan adalah simulasi historis ex-post simulation. Alternatif kebijakan yang akan dievaluasi dampaknya terdiri dari simulasi tunggal
dan simulasi kombinasi sebagai berikut.
4.6.1. Dampak Perdagangan Bebas Regional ASEAN
Implementasi liberalisasi
perdagangan terus
berkembang dan
pelaksanaannya dimulai pada tahun 2003 untuk negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia melalui kesepakatan AFTA sesuai dengan kesepakatan
penerapan CEPT, padahal kesepakatan AFTA telah dimulai sejak tahun 1993. Sementara itu tarif impor jagung dari negara-negara di luar ASEAN masih
dikenakan sesuai dengan tarif MFN sampai sekarang. Hal ini diduga menyebabkan adanya pengalihan impor jagung dari Amerika ke negara-negara
ASEAN dan terjadinya peningkatan ekspor ke negara-negara ASEAN karena selain tarif impor, ada berbagai kemudahan perdagangan antar negara anggota
AFTA seperti adanya harmonisasi standar produk, standar
sanitary, phytosanitary
, serta nomenklatur produk dan penyederhanaan prosedur
perdagangan. Oleh karena itu perlu dilakukan simulasi perdagangan bebas regional ASEAN yaitu dengan penghapusan tarif impor CEPT mulai dari tahun
1993 untuk melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan dengan penerapan CEPT pada kinerja perdagangan jagung Indonesia baik dari sisi produksi,
permintaan, impor, ekspor dan harga domestik.
4.6.2. Dampak Perdagangan Bebas Unilateral
Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kesepakatan perdagangan baik bilateral, regional maupun internasional mengharuskan Indonesia untuk membuka
perdagangannya dengan menurunkan tarif impor maupun ekspornya. Oleh karena itu
simulasi pemberlakuan liberalisasi perdagangan unilateral dengan menghapuskan tarif impor jagung, baik CEPT maupun MFN sangat penting
dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel-variabel dalam kinerja perdagangan jagung di Indonesia.
Perdagangan jagung pernah dibuka pada tahun 1995 sampai 2004, namun tarif impor MFN mulai tahun 2005
diberlakukan sebesar lima persen sementara itu tarif impor jagung untuk negara- negara ASEAN sudah nol sesuai dengan kesepakatan pemberlakuan CEPT. Hal
ini tidak menutup kemungkinan suatu saat semua tarif impor jagung dihilangkan sama sekali sesuai dengan adanya agenda reformasi perdagangan di sektor
pertanian oleh WTO yang telah menghasilkan dokumen kompromi untuk membuka perdagangan dari berbagai distorsi mulai tahun 2020.
Setelah dilakukan simulasi diharapkan dapat diketahui kesiapan petani jagung dalam menghadapi persaingan akibat penurunan harga karena selama ini
beberapa negara maju masih melakukan proteksi yang besar terhadap produk pertanian yang dihasilkan oleh negara berkembang yang diekspor ke negara maju
dan sebaliknya, memberikan subsidi ekspor bagi kelebihan produksi pertanian yang dihasilkan negara-negara maju tersebut. Sementara itu Indonesia tidak
memiliki dukungan dari sektor produksi yang khusus untuk petani jagung. Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana dampaknya terhadap permintaan industri
pakan dan pengolahan pangan yang sebagian besar bahan baku jagungnya berasal dari impor.
4.6.3. Dampak Depresiasi Rupiah Sebesar 20 Persen