sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu:
2.1.1 Kebudayaan
Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut
Kroeber dan Kluckhohn 1952, dengan mengumpulkan berpuluh-puluh defenisi yang dibuat ahli-ahli antropologi. Membagi kebudayaan atas 6 golongan, yaitu:
“1 Deskriptif, yang menekan unsur-unsur kebudayaan, 2 Historis, yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan, 3
Normatif , yang menekankan hakekat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku, 4 Psikologis, yang menekankan kegunaan kebudayaan dalam
penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup, 5 Struktural, yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang
berpola dan teratur, 6 Genetika, yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia.”
Kebudayaan Tionghoa adalah karya orang Tionghoa dalam sejarah
perkembangannya yang sangat panjang dan merupakan kristalisasi kecerdasan serta daya cipta orang Tionghoa. Dalam sejarah selama ribuan tahun, budaya Tionghoa
selalu bersinar, dan memiliki pengaruh yang luar biasa bagi orang-orang Tionghoa baik masa lalu maupun sekarang. Disamping itu, dengan setelah adanya jalur sutera
pada zaman dinasti Han, budaya Tionghoa juga menyumbang dan berpengaruh terhadap sejarah dan kebudayaan barat. Terlebih pada saat ini, dimana komunikasi
secara global tidak menemui halangan, maka penyebarannya sangat cepat dan pengaruhnya juga semakin luas bagi dunia. Saat ini, orang-orang semakin tertarik
Universitas Sumatera Utara
terhadap budaya Tionghoa, misalnya untuk mempelajari bahasa Mandarin. Semakin banyaknya sekolah, kursus ataupun kelas untuk belajar bahasa Mandarin yang dibuka
adalah salah satu contoh dari segi bahasa, juga aspek-aspek lain seperti masakan tradisional, seni pertunjukan, karya sastra seperti buku seni perang Sun ziSunzi
Bingfa 子兵法, kisah tiga kerajaan san guo yanyi
演 , dan lainnya.
2.1.2 Masyarakat Tionghoa
Suku bangsa Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnik di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang Hokkien, Tengnang
Tiochiu, atau Thongnyin Hakka. Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tang ren orang Tang. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia
mayoritas berasal dari China selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara yang berasal dari China utara menyebut diri mereka sebagai Han ren
orang Han. Leluhur orang Tionghoa Indonesia migrasi secara bergelombang sejak ribuan
tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan
terbentuk. Catatan-catatan dari Tiongkok menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di
Tiongkok. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Tiongkok ke Nusantara dan sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarga- negaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional
Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Tionghoa adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan
China di Indonesia, yang berasal dari kata zhong hua dalam Bahasa Mandarin. Zhong hua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Tionghoa dialek Hokkien dari kata 中华 [中華], yang berarti Bangsa Tengah, dalam Bahasa Mandarin ejaan pinyin, kata ini dibaca zhong hua merupakan
sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Tiongkok di Indonesia. Kata ini dalam bahasa Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata China yang kini
memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. Kata ini juga dapat merujuk kepada orang-orang keturunan Tiongkok yang tinggal di luar
Republik Rakyat China seperti, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan.
Populasi masyarakat Tionghoa sendiri di Indonesia berdasarkan volkstelling sensus di masa Hindia Belanda, mencapai 1.233.000 2,03 dari penduduk
Indonesia di tahun 1930. Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi
Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 2,5 pada tahun 1961.
Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya
Universitas Sumatera Utara
responden sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1 dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang
dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4 - 5 dari seluruh jumlah populasi Indonesia.
2.1.3 Upacara Adat Kematian