Landasan Teori KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

kebudayaan tersebut. Upacara kematian merupakan upacara yang dikenal pertama kali dalam kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Upacara penguburan menimbulkan kepercayaan bahwa roh orang meninggal akan pergi ke satu tempat tidak jauh dari lingkungan di mana ia pernah tinggal semasa hidupnya, dimana sewaktu-waktu roh tersebut dapat dipanggil untuk menolong masyarakat jika ada bahaya atau kesulitan. Masyarakat Tionghoa adalah tipe masyarakat yang sangat menjunjung tinggi keharmonisan antara kehidupan manusia dengan alam itu sendiri. Bagi masyarakat Tionghoa, lahir, tua, sakit, dan mati adalah siklus yang harus dilalui oleh semua orang. Kematian bagi masyarakat Tionghoa merupakan sesuatu yang sangat tabu dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut komunitas ini, kematian berarti sesuatu yang sangat buruk, meskipun pada dasarnya mereka percaya kepada kehidupan setelah kematian, baik itu kehidupan di alam neraka ataupun terlahir kembali di dunia reinkarnasi.

2.2 Landasan Teori

Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut maka dalam sebuah penelitian membutuhkan landasan teori yang mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini penulis mempergunakan teori strukturalisme dan fungsionalisme kebudayaan. Teori strukturalisme adalah salah satu teori yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Claude Levi-Strauss. Strukturalisme adalah strategi penelitian untuk mengungkapkan struktur pikiran manusia yakni struktur dari proses pikiran manusia yang oleh kaum strukturalis dipandang sama secara lintas budaya. Strukturalisme beramsusi bahwa pikiran manusia senantiasa distrukturkan menurut oposisi binari, dan kaum strukturalis mengklaim bahwa oposisi-oposisi tersebut tercermin dalam berbagai variasi fenomena kebudayaan, termasuk bahasa, mitologi, kekerabatan dan makanan Saifuddin, 2005:64-65. Bagi Levi-Strauss, budaya pada hakikatnya adalah suatu sistem simbolik atau atau atau konfigurasi sistem perlambangan. Lebih lanjut untuk memahami sesuatu perangkat lambang budaya tertentu, orang harus lebih dulu melihatnya dalam kaitan dengan sistem keseluruhan tempat sistem perlambangan itu menjadi bagian. Akan tetapi ketika Levi-Strauss berbicara tentang fenomena kultural sebagi sesuatu yang bersifat simbolik, dia tidak memasalahkan relevan atau arti lambang secara empirik. Yang ia perhatiakan adalah pola-pola formal, bagaimana unsur-unsur simbol saling berkaitan secara logis untuk membentuk sistem keseluruhan. Pengertian struktur dalam hal ini adalah pola-pola nyata hubungan atau interaksi antara berbagai komponen masyarakat, pola-pola yang secara relatif bertahan lama karena interaksi- interksi tersebut terjadi dalam cara yang kurang-lebih terorganaisasi Kaplan dan Manners, 1999:239. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian teori tersebut penulis akan mencoba mengkaji bagaimana berlangsungnya upacara adat kematian masyarakat Tionghoa di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo dari awal hingga akhir. Selain menggunakan teori strukturalisme, dalam penelitian ini penulis juga menggunakan teori fungsionalisme untuk mengkaji fungsi dari pada pelaksanaan upacara kematian tersebut. Fungsi yang dimaksud penulis dalam hal ini adalah fungsi dari setiap upacara yang dilaksanakan dalam upacara adat kematian masyarakat Tionghoa di Kecamatan Berastagi. Teori fungsionalisme sendiri dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski. Ia mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme kebudayaan atau a funcitional theory of culture. Malinowski mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat tempat unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Pandangan Malinowski terhadap fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar Universitas Sumatera Utara atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi melahirkan keturunan, merasa enak badan bodily comfort, keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul kebutuhan jenis kedua derived needs, kebutuhan sekunder yang harus juga dipenuhi oleh kebudayaan Ember dan Ember, 1996:59-60. Model kajian fungsional memungkinkan secara pragmatik tentang suatu simbol dan untuk membuktiakan bahwa dalam realitas budaya tindakan verbal maupun tindakan yang lain menjadi jelas setelah meleui efek yang dihasilakannya. Titik terpenting dari fungsisonalisme adalah analisis budaya berdasarkan pada analogi organisme. Maksudnya, sistem fenomena budaya tak jauh berbeda dengan organisme yang bagian-bagiannya tidak sekedar saling berhubungan melainkan saling memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas dan semua sistem budaya memeiliki syarat fungsionalisme tertentu untuk memungkinkan eksistensi hidupnya Saifuddin, 2005:64. Berdasarkan defenisi tersebut, penulis akan menggunakan teori ini untuk mengkaji fungsi daripada peranan dari setiap individu yang ikut terlibat didalamnya ikut mempengaruhi hingga membentuk suatu kesatuan yang utuh dalam upacara kematian tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.3 Kajian Pustaka