7 Ilmu Pengetahuan scientific menunjukkan suatu minat dalam pekerjaan
yang melibatkan rumus-rumus, persamaan, atau peralatan ilmu pengetahuan. Dewa Ketut Saukardi, 1993:118
Kemudian minat terhadap mata pelajaran menurut Dewa Ketut Saukardi 1993:119 antara lain “Pendidikan Seni, Bahasa Inggris, Bahasa Asing,
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Praktek Laboratorium, Matematika, Musik, Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Sain, Ilmu Pengetahuan Sosial Sejarah dan
Geografi dan Ketrampilan Mengetik dan Stenografi”. Siswa hanya perlu memberi nilai terhadap mata pelajaran mana saja yang paling disukai, hampir
paling disukai, agak disukai, hampir tidak disukai dan paling tidak disukai diantara mata pelajaran yang diberikan di sekolah.
Dikemukakan pula oleh Dewa Ketut Saukardi 1993:119 bahwa tingkat kemampuan yang dicakup dalm SSII adalah “1 Kemampuan akademis
academic ability, 2 Kemampuan mekanikal mechanical ability, 3 Kemampuan sosial Social ability, dan 4 Kemampuan klerikal clerical
ability”.
b. Tinjauan Tentang Bakat
1 Pengertian Bakat
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 12 Ayat 1b dicantumkan bahwa “Setiap peserta didik pada
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”. Tujuan pendidikan adalah untuk memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk mengembangkan bakatnya seoptimal mungkin sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Sifat khas yang
bersumber pada bakat besar peranannya dalam proses pendidikan, dan adalah suatu hal yang ideal jika kita dapat memberikan pendidikan yang benar-benar
sesuai dengan bakat anak didik. Menurut Sumadi Suryabrata 2004:167 “Suatu hal yang dipandang
sebagai selfevident ialah bahwa seseorang akan lebih berhasil kalau ia belajar dalam lapangan yang sesuai dengan bakatnya”. Jika seseorang belajar pada bidang
yang disesuaikan dengan bakatnya, dapat dimungkinkan bahwa kelak dikemudian hari seseorang itu akan memperoleh keberhasilan pada bidang yang dipelajarinya.
Dalam lapangan kerja, seseorang akan lebih berhasil jika ia bekerja dalam bidang pekerjaaan yang sesuai dengan bakatnya. Jadi bakat yang ada pada diri seseorang
turut menentukan keberhasilannya dimasa yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa bakat memegang peranan
penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana definisi yang jelas mengenai bakat itu sendiri. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia KKBI bakat diartikan sebagai “Dasar kepandaian, sifat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir”. Menurut Ngalim Purwanto 1995:25
berpendapat bahwa “Bakat adalah kecakapan pembawaan. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain mengenai kesanggupan-kesanggupan atau potensi-potensi
tertentu yang telah dibawa individu sejak lahir”. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 2004:82 berpendapat bahwa
“Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir”. Hal senada juga diungkapkan oleh Agus Sujanto 2001:18 yang mengatakan bahwa “Bakat
itu sifatnya herediter. Artinya telah ada dibawa sejak lahir dan merupakan kecakapan khusus yang sedikit sekali dipengaruhi oleh pengalaman”. Berdasarkan
pendapat tersebut, bakat sebenarnya dibawa sejak individu itu lahir. Seseorang sejak dilahirkan telah memiliki potensi-potensi yang sebenarnya dapat
berkembang secara optimal bila disalurkan pada bidang bakatnya. Bakat ditambah dengan banyaknya pengalaman akan menambah keoptimalan kinerja seseorang
dibidang yang digelutinya. Pengalaman ini dapat diperoleh antara lain melalui pendidikan maupun pelatihan di sekolah.
Hal senada diungkapkan oleh Muhibbin Syah 1995:136 bahwa “Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
banyak tergantung pada upaya pendidikan dan latihan”. Kemampuan individu tidak banyak mendapat pengaruh dari pendidikan dan latihan yang didapatnya.
Kemampuannya seolah-olah memang telah ada dan melekat pada dirinya. Sebagai contoh, individu yang berbakat dalam bidang kesekretarisan akan lebih mudah
menyerap informasi, pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan
bidang kesekretarisan, dibanding dengan individu yang memiliki bakat dibidang penjualan. Selanjutnya, bakat semacam ini oleh Muhibbin Syah 1995:136
disebut sebagai bakat khusus specific aptitude yang tidak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn pembawaan sejak lahir.
Berbicara mengenai bakat khusus, W.S Winkel 1996:144 berpendapat bahwa :
Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol di suatu bidang tertentu, misalnya di bidang studi matematika atau bahasa asing … . Bakat
khusus adalah sesuatu yang dibentuk dalam kurun waktu sejumlah tahun dan merupakan perpaduan dari taraf inteligensi pada umumnya general ability,
komponen inteligensi tertentu, pengaruh pendidikan dalam keluarga dan di sekolah, minat dari subyek sendiri.
Berdasarkan pendapat diatas, bakat khusus merupakan kemampuan seseorang yang tampak menonjol pada suatu bidang studi tertentu. Bakat ini
terbentuk selama kurun waktu tertentu dan merupakan perpaduan dari inteligensi serta mendapat pengaruh dari dalam diri subyek sendiri minat maupun
lingkungan keluarga dan sekolah. Bakat yang ada pada diri mahasiswa dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar mahasiswa pada mata pelajaran tertentu. Suatu hal yang tidak
bijaksana apabila
orang tua
memaksakan kehendaknya
untuk menyekolahkan anaknya pada bidang keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih
dahulu bakat yang dimiliki anak tersebut. Adanya pemaksaan kehendak terhadap individu dan ketidaksadaran individu terhadap bakatnya dalam memilih bidang
keahlian akan berdampak pada buruknya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
Berdasarkan pada uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa bakat adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, merupakan kecakapan khusus dibidang tertentu
dan turut menentukan keberhasilan seseorang dimasa yang akan datang. Seseorang sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang sebenarnya dapat
berkembang secara optimal bila disalurkan pada bidang yang sesuai dengan bakatnya.
2 Kelompok Bakat
Bakat itu sendiri ada dua macam yaitu bakat sekolah dan bakat pekerjaan. Penjelasannya demikian :
a Bakat sekolah terutama berkenaan dengan bidang akademis individu
yaitu kaitannya dengan kapasitas dasar individu untuk menguasai pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan yang sedang dijalaninya.
b Bakat pekerjaan berkaitan dengan kemampuan individu pada jenis
lapangan pekerjaan tertentu yanag menjadi pilihannya. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Nana Syaodih Sukmadinata
2002:102 bahwa : Ada dua kelompok bakat yang dimiliki individu yaitu bakat sekolah dan
bakat pekerjaan. Bakat sekolah atau scholastic aptitude, merupakan bakat yang dimiliki seseorang yang mendukung penyelesaian tugas-tugas atau
perkembangan sekolah atau pendidikan. Bakat pekerjaan atau vocational aptitude, merupakan bakat yang dimilliki seseorang berkenaan bidang
pekerjaan atau jabatan tertentu, seperti bakat di bidang pertanian, ekonomi, hukum dsb.
Garis pemisah antara kedua bakat tersebut memang tidak begitu jelas, sebab pada dasarnya sekolah merupakan persiapan kearah bekerja. Dengan
demikian bakat sekolah juga secara tidak langsung merupakan bagian dari bakat pekerjaan.
3 Aspek-aspek Bakat
Bakat merupakan satu sifat khas pada individu yang besar peranannya dalam mendapatkan pendidikan. Bakat menyebabkan setiap individu memiliki
kecenderungan potensi tertentu yang lebih menonjol dari yang lainnya. Pengidentifikasian terhadap bakat mahasiswa sangat penting agar pendidik dapat
memberikan program belajar yang sesuai dengan bakat masing-masing mahasiswa. Suatu hal yang ideal bila program studi dapat memberikan pendidikan
yang sesuai dengan bakat anak didiknya. Pendidik harus mampu mengenal bakat para peserta didiknya, karena fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan
potensi yang ada pada peserta didik.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Conny Semiawan 1995:1 bahwa :
Pendidikan antar lain berfungsi mengembangkan potensi ini, dan tidak semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang sifatnya hafalan
materi belaka. Sekolah-sekolah kita seyogyanya dapat mewujudkan lingkungan yang baru penuh kekayaan pengalaman yang bersifat human,
namun juga bersifat fleksibel dan mengandung tantangan untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap individu, sesuai dengan jenjang dan perbedaan
kemampuannya.
Mengenai aspek-aspek dalam bakat, menurut Guilford dalam Sumadi Suryabrata 2004:169-170 mengemukakan bahwa “Aptitude itu mencakup 3
dimensi psikologis yaitu : 1 dimensi perseptual, 2 dimensi psikomotor, dan 3 dimensi intelektual”. Penjelasannya demikian :
1 Dimensi Perseptual
Dimensi perseptual meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor antara lain :
a. kepekaaan indera,
b. perhatian,
c. orientasi ruang,
d. orientasi waktu,
e. luasnya daerah persepsi,
f. kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2 Dimensi Psikomotor
Dimensi psikomotor ini mencakup enam faktor, yaitu : a.
faktor kekuatan, b.
faktor impuls, c.
faktor kecepatan gerak, d.
faktor ketelitianketepatan, yang terdiri atas dua macam, yaitu : 1
faktor kecepatan statis, yang menitik beratkan pada posisi, 2
faktor kecepatan dinamis, yang menitik beratkan pada gerakan. e.
faktor koordinasi f.
faktor keluwesan flexibility 3
Dimensi Intelektual Dimensi inilah yang umumnya mendapat perhatian secara luas,
karena memang dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu :
a. faktor ingatan, yang mencakup
1 faktor ingatan mengenai substansi,
2 faktor ingatan mengenai relasi,
3 faktor ingatan mengenai sistem.
b. faktor pengenalan, yang mencakup :
1 pengenalan terhadap keseluruhan informasi,
2 pengenalan terhadap golongan kelas,
3 pengenalan terhadap hubungan-hubungan,
4 pengenalan terhadap bentuk atau struktur,
5 pengenalan terhadap kesimpulan.
c. faktor evaluatif, yang mencakup :
1 evaluasi mengenai identitas,
2 evaluasi mengenai relasi-relasi,
3 evaluasi terhadap sistem,
4 evaluasi terhadap penting tidaknya problem kepekaan terhadap
problem yang dihadapi. d.
faktor berfikir konvergen, yang mencakup : 1
faktor untuk menghasilkan nama-nama, 2
faktor untuk menghasilkan hubungan-hubungan, 3
faktor untuk menghasilkan sistem-sistem, 4
faktor untuk menghasilkan transformasi, 5
faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik. e.
faktor berfikir divergen, yang mencakup : 1
faktor untuk menghasilkan unit-unit, seperti word fluency, ideational fluency,
2 faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan,
3 faktor kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan
4 faktor untuk menghasilkan sistem, seperti : expressional fluency,
5 faktor untuk transformasi divergen,
6 faktor untuk menyusun bagian-bagian garis besar atau kerangka.
Sesuatu bakat dibentuk oleh kombinasi-kombinasi dari aspek-aspek tersebut. Tinggi rendahnya suatu bakat yang dimiliki oleh seseorang tidak hanya
ditentukan oleh kualitas dari tiap aspek yang mendukung bakat tersebut, tetapi juga oleh keterpaduan antara aspek-aspek tersebut.
4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bakat
Sebagaimana telah dijelaskan pada uraian sebelumnya, bakat lebih banyak dipengaruhi oleh pembawaan dan tidak terlalu bergantung pada
pengalaman, pendidikan dan latihan. Hal ini menegaskan bahwa bakat tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intern semata namun juga dipengaruhi oleh faktor ekstern,
meskipun hanya sedikit pengaruhnya. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 2004:49 berpendapat
bahwa ada tiga aliran pemikiran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi bakat, yaitu aliran nativisme, empirisme dan konvergensi. Aliran nativisme
berpendapat segala perkembangan manusia itu telah ada pada waktu dilahirkan, itulah yang akan menentukan hasil perkembangannya. Jadi setiap anak sejak
dilahirkan sudah mempunyai pembawaan masing-masing. Dan faktor pembawaan akan lebih kuat daripada faktor yang datang dari luar. Bakat yang sudah ada sejak
lahir pada diri seseorang akan sulit untuk dihilangkan. Pembawaan anak itu ada yang baik dan ada yang buruk, bagaimana manusia itu akan berkembang
tergantung dari pembawaannya. Bila pembawaannya pandai, maka ia akan menjadi manusia yang pandai, begitu juga sebaliknya.
Aliran nativisme didukung oleh aliran naturalisme, yang ditulis oleh Agus Sujanto 1995:4 yang menyatakan bahwa “Segala yang suci dari tangan
Tuhan, rusak ditangan manusia”. Seorang anak pada saat dilahirkan dalam keadaan suci tetapi karena didikan manusia maka anak tersebut menjadi rusak.
Sebagai contoh anak yang sejak kecil tumbuh di tengah-tengah komunitas penipu maka kelak akan tumbuh menjadi penipu juga.
Dinyatakan oleh Abu Ahmadi 1991:94 aliran empirisme yang dipelopori oleh John Locke berpendapat bahwa “Bayi ketika ia lahir itu seperti
kertas yang masih putih bersih, ibarat tabularasa dalam jiwanya dan akan tumbuh berkembang, menjadi apa anak itu kelak kemudian hari tergantung dari pengaruh
luar yang datang”. Ketika dilahirkan ia masih bersih dan baru dapat berisi bila ia menerima sesuatu dari luar lewat alat inderanya. Proses perkembangannya
menjadi manusia dewasa akan ditentukan oleh lingkungan atau pendidikan dan pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Jadi pengaruh dari luar lebih kuat
daripada pembawaan manusia. Sedangkan
menurut Stern
dalam Bimo
Walgito 2004:94
mengemukakan dalam teorinya yang dikenal sebagai teori konvergensi, “Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir
faktor endogen maupun faktor lingkungan faktor eksogen”. Baik pembawaan maupun lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan individu.
Kekuatan mana yang akan menentukan tergantung pada faktor mana yang lebih kuat dari kedua faktor tersebut. Bakat kemungkinan tidak akan berkembang kalau
tidak dipengaruhi oleh segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian
sebaliknya, pengaruh dari lingkungan tidak akan bermanfaat apabila tidak mendapat respon dari jiwa manusia.
Bakat telah ada pada masing-masing individu, akan tetapi bakat yang sudah ada itu masih perlu untuk menemukan lingkungan yang mendukung supaya
dapat berkembang. Misalnya individu yang berbakat di bidang perdagangan perlu mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang ilmu penjualan agar bakatnya
dapat berkembang secara optimal. Individu yang tidak berbakat di bidang penjualan, jika kepadanya diajarkan tentang bagaimana ilmu penjualan, ia tetap
tidak akan tertarik dan tidak akan mampu mendalaminya, sehingga ia tidak dapat menghasilkan prestasi yang memuaskan.
Berdasarkan pada uraian tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pada intinya bakat seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi bakat seseorang yang datangnya dari dalam diri individu yang bersangkutan. Faktor internal mencakup
faktor pembawaan, yaitu segala sesuatu yang telah ada sejak lahir. Pembawaan merupakan segala ciri, sifat, potensi dan segala sesuatu yang dibawa anak sejak
lahir. Ciri, sifat, dan kemampuan-kemampuan tersebut dibawa individu dari kelahirannya dan diterima sebagai keturunan dari kedua orang tuanya.
2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu, meliputi faktor lingkungan, yaitu segala sesuatu yang ada diluar diri manusia baik
yang hidup atau mati. Jadi selain faktor pembawaan terdapat pula pengaruh dari lingkungan dimana orang tersebut tumbuh dan berkembang.
5 Cara-Cara Untuk Mengetahui Bakat
Usaha pengenalan bakat pada awalnya terjadi pada bidang pekerjaan, namun kemudian merambat pada bidang pendidikan. Pada setiap individu
sebenarnya terdapat semua faktor bakat yang diperlukan untuk berbagai macam pendidikan. Perbedaaanya terletak pada tingkat kombinasi dan intensitas yang
berbeda-beda. Sehubungan dengan hal tersebut, yang biasa dilakukan dalam
diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan bakat pada setiap individu. Prosedur yang ditempuh adalah :
a. melakukan analisis jabatan job-analysis atau analisis lapangan studi
untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut;
b. dari hasil analisis itu dibuat pencandraan jabatan job-description atau
pencandraan lapangan studi; c.
dari pencandraan jabatan atau pencandraan lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya individu dapat lebih berhasil
dalam lapangan tertentu; d.
dari persyaratan itu sebagai landasan disusun alat pengungkapnya alat pengungkap bakat yang biasanya berwujud test. Sumadi Suryabrata,
2004:175 Alat untuk mengukur bakat disebut tes bakat Aptitude test. Dewa Ketut
Saukardi 1997:108 membagi tes bakat menjadi dua, yaitu tes bakat umum dan tes bakat khusus sebagai berikut :
“Tes bakat umum dirancang untuk mengungkap bakat dalam jangkauan yang lebih luas, terutama sekali ini penting dalam kaitan tugaspekerjaan
sekolah. Tes bakat dalam bidang khusus termasuk di antaranya tes bakat musik, seni, mekanikal dan sebagainya”.
Sedangkan menurut WS. Winkel 1996:142 intelegensi atau bakat dapat diketahui dengan suatu tes. Tes yang biasanya dilakukan terbagi atas dua
kelompok, yaitu : 1
Tes Intelegensi Umum General Ability Test: disajikan soal-soal berpikir di bidang penggunaan bahasa, bilangan-bilangan dan pengamatan ruang.
Hasil testing akan dilaporkan dalam bentuk IQ yang mencerminkan kemampuan intelektual pada umumnya. Komponen intelegensi yang
ditonjolkan adalah komponen intelegensi teoritis.
2 Tes Intelegensi Khusus Specific Ability Test;Specific Aptitude Test:
disajikan soal-soal yang terarah untuk menyelidiki apakah siswa mempunyai bakat khusus di bidang tertentu misalnya dibidang
matematika, bahasa, ketajaman pengamatan dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tes bakat yang digunakan untuk mengukur bakat seseorang ada dua jenis yaitu tes bakat umum
yang jangkauannya lebih luas disajikan dengan soal-soal berpikir, dan tes bakat khusus disajikan dengan soal-soal yang terarah untuk menyelidiki apakah
seseorang memiliki bakat khusus dibidang tertentu.
4. Tinjauan Tentang Kemampuan Awal