Reject Treatment Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT.
Parameter ketiga yang dinilai dalam penelitian ini adalah TDS. Rata-rata inlet TDS dari limbah cair RTP CTM PT. Krakatau Steel adalah 7619 MgL.
Setelah dilakukan pengolahan, besar konsentrasi rata-rata TDS adalah 2059,1 MgL, nilai outlet parameter TDS berada dibawah baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 4000 MgL. Dengan hasil tersebut, TDS limbah cair RTP CTM PT. Krakatau Steel tidak membahayakan dan badan air yang menerimanya.
Secara grafis, perbandingan inlet, baku mutu dan outlet TDS dapat dilihat di Gambar 6.3.
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 diolah.
Gambar 6.3 Perbandingan Konsentrasi Parameter TDS Limbah Cair RTP CRM
PT. Krakatau Steel. Parameter selanjutnya yang dinilai dalam penelitian ini adalah parameter
TSS. Nilai rata-rat inlet jauh diatas baku mutu limbah cair yaitu sebesar 1100 MgL. Setelah dilakukan pengolahan nilai outlet limbah cair sebesar 99,1 MgL,
dimana nilai tersebut sudah berada dibawah baku mutu limbah cair yaitu sebesar 400 MgL. Penurunan tersebut menunjukan bahwa Reject Treatment Plant RTP
bekerja dengan baik, dengan hasil tersebut maka air limbah dapat dibuang ke badan air dan tidak membahayakan. Secara grafis, perbandingan inlet, baku mutu
dan outlet parameter TSS dapat dilihat di Gambar 6.4.
5000 10000
inlet baku
mutu oulet
MgL
Sumber : Data pengujian RTP CRM PT. Krakatau Steel 2012 -2014 diolah.
Gambar 6.4 Perbandingan Konsentrasi Parameter TSS Limbah Cair RTP CRM PT. Krakatau Steel.
Kualitas limbah cair tergantung pada kemampuan fisik RTP dan salah satu cara mengukur hal tersebut adalah dengan menggunakan standar perhitungan
efisiensi yaitu dengan membandingkan inlet, baku mutu dan outlet masing-masing parameter. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini hanya menghitung
empatparameter, yaitu parameter COD, Temperratur, TDS dan TSS. Keempat parameter tersebut merupakan parameter kunci dalam pengolahan limbah cair di
Reject Treatment Plant RTP. Nilai yang dimasukan dalam perhitungan efisiensi adalah nilai rata-rata inlet dan outlet masing-masing parameter, yaitu sebesar 400
MgL, 125,4 MgL untuk parameter COD, 60 °C dan 36,5°C untuk parameter
Temperatur, 7619 MgL dan 2059 MgL untuk parameter TDS dan 1100 MgL dan 99,1 MgL untuk parameter TSS. Fluktuasi nilai inlet dari masing-masing
parameter dari waktu ke waktu tidak terlalu signifikan. Hal ini berbeda dengan apa yang ada di outlet. Nilai outlet berfluktuasi cukup signifikan dari waktu ke
waktu. Fluktuasi nilai outlet dipengaruhi oleh debit limbah, kinerja alat atau mesin, bahan baku yang digunakan untuk menurunkan setiap parameter dan
kinerja tenaga kerja. Apabila debit limbah tinggi, maka kapasitas mesin dalam mengolah limbah akan meningkat.
Berdasarkan data laboratorium mengenai uji limbah, diperoleh rata-rata nilai efisiensi untuk keempat parameter yaitu parameter COD, Temperatur, TDS dan
TSS.68,6 persen untuk parameter COD,72,9 persen untuk parameter TDS dan 90,9 persen untuk parameter TSS dan 39,1 persen untuk parameter
temperatur.Berdasarkan hasil data efisiensi pengolahan limbah dari empat
500 1000
1500
inlet baku
mutu outlet
MgL
parameter, parameter TSS merupakan parameter yang memiliki nilai efisiensi paling besar, hal ini disebabkan hasil outlet sangat jauh dari baku mutu limbah
cair, artinya perusahaan lebih efisien menurunkan tingkat konsentrasi TSS dibandingkan dengan parameter lainya. Tetapi, pada parameter temperatur dapat
dikatakan kurang efisien dalam mengolah, hal itu disebabkan karena hasil outlet parameter temperatur sangat mendekati baku mutu limbah cair. Berdasarkan hasil
perhitungan efisiensi pengolahan limbah cair, parameter temperatur dapat dikatakan kurang efisien dikarenakan menurunnya efektivitas proses pendinginan
di cooling tower.Efisiensi keseluruhan parameter dapat dilihat dalam Tabel 6.1 Tabel 6.1 Efisiensi Masing-Masing Parameter Limbah Cair Reject Treatment
Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014.
Parameter Inlet
Outlet Baku
Mutu Efisiensi
Keterangan COD
400 mgl 125,4 mgl
300 mgl 68,6
Efisien Temperatur
60°C 36,5 °C
40°C 39,1
Kurang Efisien
TDS 7619 mgl
2059,1 mgl 4000 mgl
72,9 Efisien
TSS 1100 mgl
99,1 mgl 400 mgl
90,9 Sangat
Efisien Sumber : data sekunder diolah
Nilai lain yang perlu diperhitungkan dalam pengolahan limbah selain efisiensi adalah beban pencemar limbah. Nilai beban pencemar menunjukan
berapa besar nilai masing-masing parameter limbah setiap harinya. Berdasarkan standar baku mutu limbah cair industri yang ada dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No.03MENLH1998 mengenai Perhitungan Beban Pencemar Maksimum dan Beban Pencemar Aktual Limbah Cair Industri. Beban Pencemar
MaksimumBPM dapat dihitung dengan mengalikan standar baku mutu masing- masing parameter dengan debit limbah, sedangkan Beban Pencemar Aktual
BPA dapat dihitung dengan mengalikan parameter outlet dengan debit limbah.Perhitungan Beban pencemrar hanya dilakukan pada parameter yang
memiliki massa. Beban pencemar dihitung untuk mengetahui apakah beban pencemar yang dihasilkan dari proses pengolahan limbah akan mencemari atau
tidak mencemari. Hasil perhitungan Beban Pencemar AktualBPA dan Beban
Pencemar Maksimum BPMReject Treatment Plant RTP dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Penentuan Beban Pencemar Limbah Cair Reject Treatment Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014.
Parameter BPA kghari
BPM kghari Keterangan
COD 14,8
34,4 Tidak Mencemari Temperatur
- - -
TDS 240,7
458,2 Tidak Mencemari TSS
11,2 45,8 Tidak Mencemari
Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan hasil Perhitungan yang ada, konsentrasi dari parameter-
parameter limbah yang disyaratkan dalam KepMen No.03MENLH1998 limbah dikatakan tidak mencemari lingkungan apabila Beban Pencemar Aktual BPA
berada dibawah Beban Pencemar Maksimal Beban Pencemar MaksimumBPM. Parameter COD, TDS dan TSS dapat dikatakan tidak mencemari atau Beban
Pencemar Aktual BPA berada dibawah Beban Pencemar MaksimumBPM. Nilai beban pencemar dapat digunakan untuk mengetahui apakah beban pencemar
masing-masing parameter masih dapat diterima oleh lingkungan atau tidak melebihi beban pencemaran yang ditentukan.
Rata-rata beban pencemar yang paling tinggi yaitu parameter TDS sebesar 240,7 kghari, artinya dalam rata-rata debit limbah yang dibuang setiap harinya
terdapat 240,7 kghari beban pencemar TDS, nilai beban pencemar maksimum dari parameter TDS yaitu sebesar 458,2 kghari artinya dalam debit limbah cair
yang dibuang setiap harinya beban pencemar TDS tidak boleh melebihi sebesar 458,2 kghari. Beban pencemar yang paling rendah yaitu parameter TSS sebesar
11,2 kghari artinya setiap debit limbah yang dibuang ke lingkungan setiap harinya terdapat 11,2 kghari beban pencemar TSS. Beban pencemar TSS dapak
dikatakan tidak mencemar karena nilai beban pencemar aktual TSS tidak melebihi nilai beban pencemar maksimum.
Kemampuan Reject Treatment Plant RTP dalam mengolah limbah dapat dinilai dengan signifikansi penurunan konsentrasi limbah, yaitu dengan melihat
selisih inlet dan outlet. Penurunan konsentrasi limbah yang signifikan menunjukan kemampuan yang baik dalam mengolah limbah. Signifikansi penurunan
konsentrasi limbah didapat dengan menguji 36 data outlet limbah berdasarkan uji laboraturium Health, Safety and Environment PT. Krakatau Steel.
Uji-t yang dilakukan menggunakan taraf nyata 5 persen. P-value dari uji-t yang dilakukan untuk semua parameter yang diuji, yaitu COD, temperatur, TDS
dan TSS adalah 0,000. P-value yang nilainya kurang dari taraf nyata 5 persen, menunjukan bahwa penurunan konsentrasi limbah cair RTP CRM adalah
signifikan. Tabel 6.3 Hasil Uji-t Penurunan per Parameter Limbah Cair Reject Treatment
Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steel Tahun 2012-2014.
No. Indikator
Observasi Uji Statistik: T-
Paired Mean
Std Dev T-Value
P- Value
1 COD
Inlet 400.0
22.21 0.000 Outlet
125.4 74,2
2 Temperatur Inlet
60.0 43.93 0.000
Outlet 36.5
3.212 3
TDS Inlet
7619 31.58 0.000
Outlet 2059.1
181.4 4
TSS Inlet
1100.0 33.10 0.000
Outlet 99.1
1056
Keterangan : = signifikansi pada taraf nyata 5 persen. Sumber : data sekunder diolah
Kualitas yang diharapkan dalam mengolah limbah cair adalah bukan hanya penurunan konsentrasi secara signifikan melainkan juga pemenuhan standar baku
mutu yang disyaratkan. Digunakan uji-t dengan menggunakan outlet sebanyak 36 titik untuk mengetahui apakah pemenuhan kualitas masing-masing parameter
dengan standar baku mutu tercapai dengan uji statistik. Sama halnya dengan uji-t untuk mengetahui signifikansi penurunan konsentrasi limbah, taraf nyata yang
digunakan adalah sebesar 5 persen.