Estimasi Abatement Cost Dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (Rtp) Cold Rolling Mill (Crm) Pt.Krakatau Steel Cilegon.

(1)

ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD

ROLLING MILL (CRM)PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

AIDA FITRIANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Aida Fitriani


(4)

(5)

ABSTRAK

AIDA FITRIANI.Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair

Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.

Meningkatnya jumlah industri di Indonesia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu kontrol untuk mencegah pencemaran lingkungan. CRM PT.Krakatau Steel bertanggung jawab untuk mengurangi tingkat polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pengendalian lingkungan adalah membangun sistem pengolahan limbah cair.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pengolahan air limbah dan analisis abatement cost meliputi total abatement cost, average abatement cost dan marginal abatement cost. Berdasarkan hasil penelitian semua parameter limbah cair sudah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan. Total abatement cost yang paling rendah adalah parameter TSS sebesar Rp 4.209.361 dan total abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter COD sebesar Rp 10.283.610. Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling rendah yaitu parameter TDS sebesar Rp 1.457 dan Rp. 288.

Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter temperatur sebesar Rp 356.249 dan Rp 70.443.


(6)

ABSTRACT

AIDA FITRIANI. Estimates Abatement Cost and Efficiency Wastewater Processing Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

The increasing number of industries in Indonesia has negative impact to the environment. Therefore, there should be a control in order to prevent the environmental pollution. CRM PT.Krakatau Steel is in charge to responsible for reducing the level of pollutants produced by the production process. The form of corporate responsibility towards the environmental control is building the wastewater treatment system. The goal of this study is to analyze the efficiency of wastewater treatment process and to analyse the abatement cost, including the total abametent cost, average abatement cost and marginal abatement cost. According to the result of the study, it shows that all parameters of waste water has fit in the standard of environmental quality. The lowest total abatement cost is TSS paramater which amounting to Rp 4.209.361. Meanwhile COD parameter, as the highest total abatement cost is Rp 10. 283.610. The lowest of average and marginal abatement cost are TDS parameter (Rp 1.457 and Rp 288, respectively). On the contrary, the highest of average and marginal abatement cost are temperature parameter amounting to Rp 356.249 and Rp 70.443 respectively. Keywords: abatement cost, eficiency, wastewater.


(7)

ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD ROLLING MILL (CRM)PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

AIDA FITRIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta Ummatnya hingga akhir masa. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Maret 2015 ini adalah Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Ayahanda tercinta (Heru Yuwono), Ibunda tercinta (Nurlaila), Kakak dan adik tersayang (Rifqi, Yusrina, Afiqah), serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis.

2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, inspirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Rizal Bahtiar, S.pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Nuva, Sp, M.Sc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas kritik dan saran sebagai penyempurna skripsi ini

4. Prof.Dr.IrTridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing Akademik. 5. Seluruh dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) atas

ilmu yang telah diberikan.

6. PT.Krakatau Steel yang telah membantu dalam proses pengambilan data (Bapak Arif, Bapak Syafrudin, Bapak Istianto, Bapak Basuki, Bapak Sandy, Bapak Adjat dll)

7. Teman satu bimbingan (Campina, Erlin, Anis, Gitta, Tommi, Relita, dan Nurul) atas dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.

8. Sahabatku tercinta (Tiara, widi, ira dan acit) dan Keluarga besar ESL 48 9. Arrajih Fiddarain atas segala doa, dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama

menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.

10. Keluarga Wisma Arundina (Putri, Farah, Indah, Rili, Zahra, Kak Egeng, Kak nindya, Kak Uum, Kak Lola, Kak Mira, Kak Fani)

11. Seluruh staff kependidikan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (Mba Aam, Mba Putri, Mba Angga, Pak Erwin, Pak Husein, Ibu Kokom, dan Ibu Odah) yang membantu penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan studi.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, Juni 2015


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II Tinjauan Pustaka ... 7

2.1 Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan ... 7

2.2 Efisiensi Pengendalian Limbah ... 7

2.3 Peran Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan ... 7

2.4 Eksternalitas ... 8

2.5 Ekonomi Pencemaran ... 9

2.6 Biaya Penanggulangan Cemaran ... 11

2.7 Abatement Cost ... 12

2.8 Penelitian Terdahulu ... 16

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 23

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23

4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair ... 24

4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement Cost ... 26

V GAMBARAN UMUM... 29

5.1 Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel... 29

5.1.1 Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel ... 29


(14)

5.1.3 Kepegawaian dan Jam Kerja ... 32

5.1.4 Struktur Organisasi ... 33

5.2 Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel ... 34

5.2.1 Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 34

5.3 Divisi Helath Safety and Environment (HSE) ... 38

VI Hasil dan Pembahasan ... 41

6.1 Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 41

6.2 Abatement Cost Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel... 48

6.2.1 Total Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 49

6.2.2 Abatement Cost COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 50

6.2.3 Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 52

6.2.4 Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 54

6.2.5 Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 56

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

7.1 Kesimpulan ... 59

7.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

RIWAYAT HIDUP ... 79

DAFTAR TABEL 1.1 Baku Mutu Limbah Cair Industri ... 4

4.1 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 24


(15)

4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu

Masing-masing Parameter... 26

5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 34

6.1 Efisiensi masing-masing parameter limbah cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 ... 45

6.2 Penentuan Beban Pencemar Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 ... 46

6.3 Hasil uji-t Penurunan per Parameter Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 47

6.4 Hasil Uji-t Pencapaian per Parameter Limbah Cair dengan Standar Baku Mutu Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 48

6.5 Total Abatement CostLimbah Cair Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-20144 ... 50

6.6 Perhitungan Total Abatement Cost Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 51

6.7 Perhitungan Total Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 53

6.8 Perhitungan Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 55

6.9 Perhitungan Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 57

6.10 Total Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Marginal Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014... 58

DAFTAR GAMBAR 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal ... 10

2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal ... 11

2.3 Representasi Marginal Abtement Cost Function ... 13

2.4 Anatomi Marginal Abatement Cost Curve ... 14


(16)

3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 21 5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold

Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 38 6.1 Perbandingan konsentrasi paremeter COD limbah cair RTP CRM

PT.Krakatau Steel ... 42 6.2 Perbandingan konsentrasi parameter temperatur limbah cair RTP CRM

PT.Krakatau Steel ... 42 6.3 Perbandingan konsentrasi parameter TDS limbah cair RTP CRM

PT.Krakatau Steel ... 43 6.4 Perbandingan konsentrasi parameter TSS limbah cair RTP CRM

PT.Krakatau Steel ... 44

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar

Maksimum Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 64 2 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar

Maksimum Parameter Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 65

3 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar

Maksimum Parameter TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 66 4 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar

Maksimum Parameter TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 67 5 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling

Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l ... 68 6 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik outlet dan Baku Mutu Limbah Cair Reject

Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l ... 69 7 Total Abatement Cost CODReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill


(17)

8 Total Abatement Cost TemperaturReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 71 9 Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 72 10 Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 73 11 Total Abatement Costkeseluruhan pengolahan limbah Reject Treatment Plant

(RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 74 12Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana antara Penurunan Konsentrasi dengan

Biaya Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 75 13 Dokumentasi Penelitian ... 78


(18)

(19)

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan bagian penting dalam pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan ekonomi yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat diukur salah satunya dari tingkat pendapatan perkapita. Pembangunan merupakan upaya untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.Salah satu indikator keberhasilan pambangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negara, semakin tinggi pula taraf hidup masyarakat tersebut. Pada masa sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen pada lima tahun terkahir (BPS, 2014).

Salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam peningkatan PDB Indonesia adalah sektor industri pengolahan atau industri manufaktur. Hal ini dapat dilihat dari Pertumbuhan jumlah industri dari pada tahun 2012 sebanyak 23.592 industri dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 23.941 industri (BPS, 2014)

Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian nasional. Pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh karenanya perlu lebih dikembangan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumberdaya alam, manusia dan dana yang tersedia (UU No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian).

Disisi lain pertumbuhan sektor industri juga membawa dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan yaitu semakin meningkatnya jumlah industri akan berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Kegiatan industri bisa dipastikan menimbulkan eksternalitas. Eksternalitas yaitu keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar (Mangkoesoebroto, 1997). Eksternalitas tersebut dapat


(20)

bersifat positif maupun negatif. eksternalitas positif membawa dampak terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan antara lain adalah dampak limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut.

Upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari adanya air limbah adalah setiap perusahaan diwajibkan untuk mengolah air limbahnya. Upaya pengendalian ini dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya dengan memasang perangkat kendali berupa IPAL. Perusahaan dalam kegiatan operasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat berdiri dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk meminimalisasi daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi. Industri harus menggunakan teknologi pengolahan limbah yang best practicable agar dapat memenuhi standar konsentrasi (baku mutu) dan kandungan polutan seperti Biochemical Oxgen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand

(COD), Total Suspenden Solid (TSS), Total Disolve Solid (TDS) (KepMen LH No.3 Tahun 1998).

Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, pabrik

Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan produksi dengan mendirikan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang biasa disebut dengan nama Reject Treatment Plant (RTP). Fungsi didirikannya RTP adalah mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam air limbah, agar saat air limbah di buang ke lingkungan tidak mencemari perairan.

Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel merupakan unit pabrik yang membuat baja lembaran. Dalam proses produksi mengolah batang baja menjadi lembaran baja, divisi ini banyak membutuhkan air sebagai proses pendinginan baja (coolant). Dalam proses produksi, baja ditipiskan dengan suhu yang sangat tinggi yaitu 500 °C-700 °C, untuk itu dibutuhkan air yang digunakan sebagai pendingin baja lembaran yang telah ditipiskan. Air yang digunakan untuk proses pendinginan limbah tersebut langsung dialirkan menuju RTP untuk diolah. Keberadaan limbah cair tersebut, apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat


(21)

karena mereka merasakan dampak buruknya berupa penurunan kualitas lingkungan.

1.2Perumusan Masalah

Permasalahan yang mendasar mengenai limbah adalah pengolahannya dan dampak yang akan terjadi apabila limbah tidak dikelola dengan baik atau bahkan tidak dikelola sama sekali. Salah satu dampak yang akan terjadi adalah meningkatnya pencemaran, menurunnya kualitas lingkungan dan kesehatan yang kemudian akan merugikan masyarakat.Industri menghasilkan beragam limbah, seperti: limbah cair, padat dan gas. Limbah-limbah ini biasanya langsung dibuang ke lingkungan, tanpa melalui proses pengolahan dan penanganan. Industri umumnya langsung membuang limbah cair ke badan air, seperti laut, sungai atau danau. Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran air.

Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam kaitanya dengan pembangunaan berwawasan lingkungan bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara, memasang perangkat kendali pencemaran air berupa IPAL. Perusahaan dalamoperasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat berdirinya dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk meminimalkan daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan produksi.

Pemerintah telah berupaya untuk melindungi dan memperbaiki kualitas air serta melakukan pencegahan terhadap pencemaran air, yaitu melalui pangaturan perijinan pembuangan limbah cair. Hal ini dilakukan karena air merupakan sumberdaya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satu upaya pemerintah adalah dengan mengeluarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang isinya antara lain mengalihkan wewenang pengaturan perijinan pembuangan limbah cair dari Gubernur kepada Bupati/Walikota.

Mengingat Peraturan Pemerintah tersebut, pemerintah Kota Cilegon telah menetapkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri, yaitu :


(22)

Tabel 1.1Baku mutu limbah cair Industri Kota Cilegon

No. Parameter Satuan Baku Mutu

FISIKA

1. Temperatur C 40

2. Zat padat terlarut mg/l 4000

3. Zat padat tersuspensi mg/l 400

KIMIA :

1. pH 6-9

2. Besi terlarut (Fe) mg/l 10

3. Mangan terlarut (Mn) mg/l 5

4. Barium (Ba) mg/l 3

5. Tembaga (Cu) mg/l 3

6. Seng (Zn) mg/l 10

7. Krom heksvalen(Cr6+) mg/l 0.5

8. Krom Total (Ct) mg/l 1

9. Cadmium (Cd) mg/l 0.1

10. Raksa (Hg) mg/l 0.005

11. Timbal (Pb) mg/l 1

12. Stanum (Sn) mg/l 3

13. Arsen (As) mg/l 0.5

14. Selenium (Se) mg/l 0.5

15. Nikel (Ni) mg/l 0.5

16. Kobalt (Co) mg/l 0.6

17. Sianida (CN) mg/l 0.5

18. Sulfida (H2�) mg/l 0.1

19. Flourida (F) mg/l 3

20. Klorin bebas (C�2) mg/l 2

21. Amoniak bebas(NH3N) mg/l 5

22. Nitrat (NO3N) mg/l 30

23. Nitrit (NO2N) mg/l 3

24. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

mg/l 150

25. Kebutuhan Oksigen Kimia (COD)

mg/l 300

26. Senyawa aktif biru metilen mg/l 10

27. Fenol mg/l 1

28. Minyak Nabati mg/l 10

29. Minyak Mineral mg/l 50

Sumber : Keputusan Walikota Cilegon No 4 tahun 2002

Kualitas limbah cair dilihat dari baku mutu setiap parameter baik fisika, kimia dan biologi. Baku mutu setiap parameter mengacu pada aturan pemerintah yang berlaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah cair yang dihasilkan oleh industri diantaranya kinerja IPAL yang digunakan, biaya operasional, Standard Operational Procedure (SOP) dan kualitas Sumberdaya


(23)

Manusia (SDM). Namun sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi pengelolaan limbah belum begitu diperhatikan. Sejauh mana keefektifan dari hasil pengelolaan limbah industri belum diketahui. Hal ini terlihat dengan sedikitnya penelitian yang mengkaji hal tersebut.

Pemilihan pabrik CRM PT. Krakatau Steel untuk dijadikan tempat penelitian dikarenakan divisi tersebut menghasilkan limbah cair dari kegiatan produksinya dan pabrik tersebut memiliki sarana pengolahan limbah cair, namun belum melakukan evaluasi terkait permasalahan efisiensi pengolahan limbah cair dan pembiayaan. Limbah cair sebagai eksternalitas negatif membutuhkan pengolahan yang membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya sosial sehingga keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh industri bukan hanya biaya swasta melainkan juga biaya sosial. Selama ini, pembiayaan pengolahan limbah cair belum diperhatikan oleh perusahaan.Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah cair adalah biaya penanggulangan cemaran yang yang merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi volume limbah cair yang dibuang ke lingkungan. Misalnya dalam industri bubur kayu (pulp) dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk organik dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke sungai, maka cara tercepat dan termurah adalah membuang limbah ke sungai (Suparmoko, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana efisiensi Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steeldalam mengolah limbah cair industri?

2. Berapa Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalis efisiensi Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel dalam mengolah limbah cair industri


(24)

2. Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel

1.4Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal, yaitu:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai pengolahan lingkungan hidup terutama dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat semakin berkembangnya industri.

2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengolahan limbah cair industri, biaya pengolahan limbah cair dan persepsi masyarakat terhadap limbah cair.

3. Sebagai informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada penggunaan RTP CRM PT. Krakatau Steel dalam pengolahan limbah cair.

4. Sebagai bahan rujukan bagi akademisi dan peneliti yang melakukan penelitian mengenai topik yang terkait agar dapat memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di RTP pabrik CRM PT. Krakatau Steel Cilegon Banten

2. Penlitian ini hanya melihat empat parameter saja, yaitu parameter COD, Temperatur, TDS dan TSS. Karena keempat parameter tersebut merupakan parameter kunci dalam pengolahan limbah di RTP CRM.

3. Permasalahan teknis yang dibahas dalam penelitian ini hanya mengenai evaluasi kemampuan RTP.

4. Permasalahan ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini adalah estimasi

Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement Cost


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan

Pencemaran industri adalah kegiatan industri yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan karena masuknya zat-zat pencemar yang dihasilkan ke suatu lingkungan. Dampak limbah industri terhadap lingkungan telah terbukti besar pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Disamping menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan industri juga dapat menyebabkan timbulnya bau, bising, panas dan radiasi. Dampak limbah industri cair terhadap lingkungan antara lain perubahan sistem ekologi, perubahan sifat-sifat air dan kematian pada organisme akuatik (Supraptini, 2002).

2.2Efisiensi Pengendalian Limbah

Limbah adalah sisa dari kegiatan produksi, konsumsi maupun distribusi. Limbah ini mau tidak mau harus dikembalikan ke dalam lingkungan alami. Berhubung keberadaan limbah dalam lingkungan alami dapat mengurangi pelayanan (service) yang dapat diberikan oleh lingkungan tersebut, maka alokasi faktor produksi yang optimal harus memperhitungkan limbah buangan itu sebagai unsur dalam biaya produksi. Inilah yang dimaksud dengan memasukan biaya eksternal menjadi biaya produksi. Alokasi limbah yang efisien akan ditentukan oleh macam dan sifat limbah yang bersangkutan (Suparmoko, 2011).

2.3Peranan Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Strategi dan kebijaksanaan lingkungan lebih diarahkan untuk sektor produsen dan kadang tidak menguntungkan secara ekonomi, dukungan pelaku ekonomi produsen adalah salah satu kunci utama dalam kesuksesan pembangunan berwawasan lingkungan. Masalah lingkungan timbul karena aktifitas ekonomi selama ini memperhitungkan biaya lingkungan atau sosial sebagai dampak dari aktifitasnya. Limbah industri dan pertanian misalnya memberikan kontribusi penting terhadap masalah lingkungan. Orientasi sektor ini dititikberatkan pada orientasi ekonomi, sedangkan pencegahan masalah ekonomi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka agak sulit bagi industri untuk melaksanakan upaya pengendalian lingkungan. Untuk memperlancar pelaksanaan perlu dibuat peraturan dan undang-undang yang membatasi terjadinya polusi atau kompensasi


(26)

terhadap polusi yang ditimbulkan, serta diterapkan sanksi yang berat jika terjadi pelanggaran dan diperkenalkan mekanisme pasar atau instrumen ekonomi agar memberikan hasil yang maksimal (Yakin, 1997)

2.4Eksternalitas

Hufschmidt (1987) mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh industri terhadap lingkungan disebut dengan “dampak eksternal”. Dampak eksternal timbul bila fungsi kegunaan (manfaat) atau produksi sesorang tergantung pada kegiatan orang lain. Contoh eksternalitas adalah limbah yang dibuang oleh industri makanan yang merugikan kesehatan masyarakat. Eksternalitas muncul bila dampak terhadap lingkungan yang mengakibatkan biaya dan manfaat sosial tidak dipertimbangkan oleh orang atau sekelompok orang yang mengakibatkan dempak tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan pasar, kegagalan pasar terjadi karena pasar mengkomunikasikan keinginan secara tepat dan keputusan individual yang berdasarkan informasi harga tidak menimbulkan alokasi sumberdaya yang efisien (Fauzi, 2006). Peranan pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar adalah dengan melakukan command and control yaitu dengan mengadakan regulasi dan menetapkan ambang batas pencemaran limbah yang diperbolehkan. Jika pemerintah tidak mengatasi kegagalan pasar dengan beberapa kebijakan dan regulasi yang diterapkan maka akan terjadi kegagalan pemerintah. Kegagalan pemerintah terjadi karena pemerintah tidak dapat mengatasi kegagalan pasar setelah melakukan kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Kegagalan pasar dapat menyebabkan sistem pasar dan harga menjadi tidak efisien.

Sementara itu, Mangkoesobroto (1997), membagi eksternalitas atas dampaknya menjadi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif apabila dampaknya bagi oranglain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Contoh eksternalitas negatif adalah limbah industri yang dibuang ke sungai dan mempengaruhi kesehatan masyarakat.


(27)

2.5Ekonomi Pencemaran

Pencemaran adalah masuknya aliran resdiual (residual flow) yang diakibatkan oleh perilaku manusia ke dalam sistem lingkungan. Redisual merupakan bagian intrinsik atau bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas tersebut.Dalam perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat. Dampak residual tersebut tidak secara eksplisit diakomodasikan dalam model produksi dan konsumsi. Padahal, dengan mengabaikan dampak eksternalitas tersebut, bukan saja syarat optimalitas produksi dan konsumsi tidak bisa terpenuhi, namun juga mengabaikan biaya sosial yang sebenarnya harus ditanggung oleh masyarakat (Fauzi, 2006).

Minimisasi limbah (waste minimization) yang digunakan di Indonesia adalah upaya mengurangi jumlah, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi atau kegaiatan dengan jalan reduksi pada sumbernya dan pemanfaatan limbah (Bapedal, 1992). Beberapa cara untuk minimisasi limbah yaitu :

1. Reduksi pada sumbernya (source reduction) dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan modifikasi bahan.

2. Reuseatau penggunaan kembali. Penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan menggunakan kembali untuk keperluan yang sama, tanpa mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk.

3. Recycle atau daur ulang. Daur ulang adalah pemanfaatan kembali limbah melalui pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang sama atau produk lain.

4. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan memprosesnya guna memperoleh kembali salah satu atau lebih komponen yang terkandung didalamnya. Contohnya limbah yang mengandung logam berharga, misalnya perak dapat diolah guna diambil kembali peraknya.


(28)

Proses minimisasi limbah industri bertujuan untuk memperbaiki kualitas lingkungan dan memperbaiki keuntungan ekonomi antara lain :

1. Mengurangi biaya investasi atau modal dan biaya operasi untuk pengolahan limbah yang dilakukan di perusahaan yang bersangkutan.

2. Mengurangi biaya penanggulangan kerusakan lingkungan.

3. Mengurangi biaya biaya transportasi untuk pengolahan limbah diluar fasilitas IPAL.

4. Menjamin kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat karena terhindar dari kerugian yang ditimbulkan dari limbah.

Limbah merupakan eksternalitas negatif dari adanya suatu produksi atau kegiatan, limbah dapat diminimisasi dengan suatu pengolahan yang membutuhkan biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi eksternalitas negatif atau mengkompensasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi disebut dengan

External Cost. Biaya tersebut adalah biaya diluar biaya swasta (Private Cost) yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain, keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha yang mencakup biaya eksternal disebut dengan biaya sosial (Sosial Cost). Besarnya biaya akan berubah sejalan dengan adanya perubahan aktivitas produksi dari suatu unit usaha. Perubahan biaya tersebut adalah biaya marjinal.

Gambar 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal. Sumber : Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan Departemen ESL (Eka, et.al, 2010)

Sesuai dengan konsep biaya sosial yang lebih besar dari biaya swasta, besar

Marginal Sosial Cost (MSC) juga lebih besar daripada Marginal Private Cost

(MPC) karena merupakan penambahan MPC dengan MEC (Marginal External Cost).

Jumlah Produksi Rp MSC = MPC + MEC


(29)

2.6Biaya Penanggulangan Cemaran

Biaya penanggulangan cemaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi volume limbah yang dibuang ke lingkungan, atau untuk memperkecil konsentrasi ambien. Misalnya dalam hal industri bubur kayu (pulp). Dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk limbah organik dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke sungai, maka cara cepat dan termurah adalah membuang limbah tersebut ke sungai.

Namun dalam masa sekarang ini banyak perusahaan besar yang sudah menggunakan manajemen teknologi pengolahan limbah untuk mengurangi bunagan limbahnya. Biaya kegiatan pengolahan limbah dan manajemennya disebut dengan biaya penanggulangan limbah (abatement cost). Biaya penanggulangan ini akan berbeda dari jenis limbahnya yang satu ke jenis limbah yang lain, ataupun antara jenis teknologi yang satu dengan jenis teknologi yang lainya meskipun jenis limbahnya sama. Penanggulangan limbah mencakup semua jenis kegiatan seperti perubahan teknologi produksi, penggantian masukan atau bahan mentah (input), pendaur ulangan limbah, pengolahan limbah dan memindah lokasi penampungan untuk limbah. Lebih jelasnya akan dilukiskan hubungan antara volume limbah (pencemar) dan jumlah rupiah atau dolar sebagai nilai biaya penanggulangan limbah. Dalam gambar 2.2 dilukiskan pada sumbu horizontal volume limbah yang terbuang dan pada sumbu vertikal jumlah rupiah yang dikeluarkan (Suparmoko, 2011)

Gambar 2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal Sumber : Ekonomika Lingkungan (Suparmoko, 2011)

Rp BPM 0 BPM 1


(30)

Seperti biasa akan digunakan kurva biaya penanggulangan marginal yaitu tambahan biaya untuk mengurangi satu unit volume cemaran. Pada sumbu horizontal kurva biaya penanggulangan cemaran dimulai dari tingkat emisi yang tidak terkendalikan, yaitu tingkat emisi sebelum ada kegiatan penaggulangan cemaran sama sekali. Oleh karena itu kurva ini miring dari kanan ke kiri atas yang menggambarkan peningkatan biaya marginal penanggulangan cemaran.

Pada umunya dengan penemuan teknologi baru akan menekan biaya penanggulangan cemaran. Oleh karena itu akan dapat dihitung berapa perubahan biaya penanggulangan cemaran apabila terjadi penemuan teknologi baru yang mengurangi cemaran seperti pada teknologi pengolahan air limbah (IPAL). Analisis semacam ini akan penting artinya pada saat kita meneliti berbagai macam kebijakan penanggulangan cemaran. Perlu dipertimbangkan pula adakah teknologi itu memberikan insentif dalam bentuk pengurangan biaya pengolahan limbah sehingga mendorong perusahaan atau pemerintah mengembangkan penelitian guna mendapatkan teknologi baru baik dalam pengolahan limbah industri maupun limbah rumah tangga (Suparmoko, 2011).

Menurut Kristanto 2004, biaya pengendalian dan penanggulangan pencemaran terdiri dari:

1.Biaya pengadaan lokasi 2.Biaya pengadaan pearalatan

3.Biaya tenaga listrik dan tenaga kerja 4.Biaya bahan penolong

5.Biaya pemeliharaan

6.Biaya instalasi, bangunan dan trasnportasi 2.7Abatement Cost

Menurut eka, et.al, (2010) Abatement Cost merupakan biayapengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi

ambient, sebagai contoh: perusahaan umumnya memiliki upaya teknis dan manajerial untuk mengurangi daya cemar limbah. Besarnya biaya akan berbeda-beda sesuai dengan banyaknya limbah, jenis limbah dan teknis pengolahan limbahnya. Teknis operasional, abatement digunakan dengan konotasi yang luas dan mencakup berbagai kemungkinan upaya pengurangan limbah, perubahan


(31)

dalam teknologi produksi, penggantian input, pengolahan ulang limbah, perawatan dan sebagainya.

Pemahaman Marginal Abatement Cost (MAC) dalam beberapa literatur lebih mudah digunakan daripada Abatement Cost. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah effluent sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai moneter. MAC pencemaran menggambarkan biaya tambahan untuk mencapai pengurangan tingkat pencemaran sebanyak satu satuan atau bisa juga dilihat sebagai biaya yang dihemat ketika pencemaran meningkat sebesar satu satuan. Tingkat biaya yang ditanggung ketika melaksanakan berbagai kegiatan tergantung pada teknologi yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan itu dan kemampuan manajerial yang diterapkan. Secara umum grafik melandai ke kiri, menggambarkan kenaikan MAC.

Gambar 2.3. Representasi MarginalAbatement Cost Function

Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam Eka, et. al, 2010)

• Grafik (a) menggambarkan MAC yang meningkat perlahan seiring dimulainya pengurangan limbah lalu kemudian meningkat sangat cepat seiring dengan jumlah limbah yang relatif semakin sedikit.

• Gambar (b) menggambarkan MAC yang meningkat semakin tajam sejak awal • Gambar (c) menggambarkan kurva MAC yang mengandung tahap penuruna

awal diikuti oleh peningkatan nilai.

Marginal abatement cost dimulai pada tingkat limbah e (tingkat limbah yang tak terkendalikan), seiring pengurangan tingkat limbah, biaya marjinal untuk mencapai pengurangan selanjutnya akan semakin meningka. Semakin luas pengurangan limbah semakin besar biaya marjinal untuk menghasilkan

Rp Rp Rp

Effluent Effluent

Effluent


(32)

a b

pengurangan selanjutnya. Hal ini menghasilkan MAC yang semakin tajam seiring pengurangan limbah.

Ada batas tertinggi bagi abatement cost ini. Pilihan ekstrim untuk sebuah cabang atau sumber limbah adalah dengan menghentikan kegiatannya sehingga akan menghasilkan limbah sama dengan nol (0). Biaya pelaksanaan kegiatannya tergantung pada kondisi yang dihadapi. Jika sumbernya hanya sebuah unit dari industri besar yang terdiri dari banyak unit, biaya untuk penutupan unit tersebut tidak akan begitu besar dan pengaruhnya akan kecil. Sebaliknya, jika kita berbicara tentang biaya perbaikan marjinal untuk keseluruhan industri produksi energi listrik di Amerika Tengah misalnya pilihan penghentian produksi dan untuk mencapai tingkat limbah sama dengan nol akan mengandung biaya yang besar. Analisis Marginal Abatement Cost (MAC) ini penting ketika kita mempelajari berbagai jenis kebijakan pengendalian pencemaran dan dampak yang diakibatkan karena pencemaran lingkungan dan polusi.

Gambar 2.4 Anantomi Marginal Abatement Cost Curve.

Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et. al, 2010)

Faktor-faktor yang membedakan MAC2 dan MAC1 adalah :

1. MAC2 dan MAC1 berhubungan dengan effluent dan sumber yang sama, namun periode waktu yang berbeda. Gambar yang lebih rendah menggambarkan situasi setelah dikembangkan teknologi pengendalian pencemaran baru.

2. Sebelum perusahaan mengadopsi teknologi baru, Total Abatement Cost

(TAC) mencapai tingkat e = (a + b) per tahun, sedangkan setelah perubahan maka TAC adalah sebesar b per tahun.

MAC₂ MAC

c₁ c₂

Effluent (ton/tahun) e₁

e

MAC MAC₂

Effluent (ton/tahun) e₁


(33)

3. Nilai penghematan tahunan yang didapat dari perubahan teknologi sebesar a. Agregat Marginal Abatement Cost

Umumnya kebijakan lingkungan (tingkat Negara), bertujuan untuk mengendalikan pencemaran dari sejumlah sumber polusi, bukan hanya satu sumber saja. Fungsi Agregat MAC untuk sekelompok perusahaan diperoleh dengan menggabungkan kurva MAC masing-maasing. Konsep dasar dari

abatement cost ini menunjukkan pembiayaan minimal dalam mencapai pengurangan pencemaran bagi sebuah perusahaan jika terfokus pada fungsi MAC tunggal, atau untuk sejumlah sumber effluent jika kita tertarik pada agregat fungsi MAC.

Gambar 2.5 Agregat Abatement Cost

Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et.al, 2010)

Gambar 2.4 menunjukkan dua fungsi MAC tunggal yang diberi nama sumber A dan sumber B, dimana sumber B adalah tempat yang lebih modern dengan alternatif teknologi pengendalian pencemaran yang lebih fleksibel. Agregat kurva MAC merupakan penggabungan dari kedua hubungan tunggal ini. Permasalahannya adalah ketika ada dua sumber dengan abatement cost yang berbeda maka biaya totalnya akan tergantung pada bagaimana mengalokasikan total pencemaran pada berbagai sumber yang berbeda tersebut. Cara tepat untuk melakukannya adalah dengan menggabungkan keduanya secara horizontal.

Rp/mg Rp/mg Rp/mg

Emisi A (ton/mg)

(a) (b) (c)

Emisi B (ton/mg)

Total Emisi (ton/mg)


(34)

2.8Penelitian Terdahulu

Septiviani (2009) meneliti tentang penetapan pajak lingkungan industri tekstil (studi kasus PT. Unitex, Bogor). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengestimasi tambahan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi satu-satuan konsentrasi parameter limbah cair (MAC/Marginal Abatement Cost).

Mengestimasi tambahan biaya kerusakan yang diterima masyarakat akibat pencemaran air sungai (MD/Marginal Damage). Mengestimasi nilai pajak lingkungan yang optimal terhadap pencemaran limbah cair industri tekstil berdasarkan Polluter Pays Principle. Untuk mengestimasi MAC (Marginal Abatement Cost) dilakukan pendekatan dengan menggunakan biaya rata-rata (Average Cost Principle/ACP). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa penetapan pajak lingkungan merupakan pertemuan antara titik MAC dan MD. Nilai MAC dihasilkan dari outlet limbah cair yang dihasilkan dan besarnya biaya pengolahan limbah cair, semakin besar nilai outlet maka semakin besar pajak lingkungan yang ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan nilai MD dihasilkan dari pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan jarak temapt tinggal

Damayanti (2009), penelitian yang berjudul “Analisis Penentapan Nilai Pajak Lingkungan Industri Kertas (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini mengestimasi besarnya biaya tambahan yangdikeluarkan oleh perusahaan kertas untuk mengurangi kadar pencemaran padasetiap parameter pencemar dan merumuskan persamaan tambahan tersebut, mengestimasi besarnya tambahan kerusakan yang diterima oleh masyarakat akibatpencemaran air yang disebabkan oleh limbah cair industri kertas dan merumuskanfungsi dari tambahan kerusakan tersebut, mengestimasi besarnya pajaklingkungan yang dibebankan kepada industri kertas berdasarkan

polluter paysprinciple.

Djunaedi (2007), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas IPAL dalam mengolah limbah cair, hubungan kinerja pengelolaan limbah dengan kualitas limbah rumah sakit meramalkan parameter-parameter limbah yang harus dipantau dalam masa yang akan datang. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah efektivitas IPAL, Cost-Effectivness, dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian ini dilakukan di berbagai


(35)

rumah sakit kelas A, B,C dan D di Jakarta bervariasi dan secara umum tidak efektif dalam menurunkan parameter pencemar. Terdapat hubungan ratio antara kinerja rumah sakit dengan parameter limbah. Beberapa rumah sakit tidak efektif terhadap penurunan parameter BOD, COD, padatan tersuspensi, amonia dan fosfat.


(36)

(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Perkembangan sektor industri selain memeberikan dampak positif bagi perekonomian nasional juga membawa dampaknegatif terhadap kondisi lingkungan. Dampak positif perkembangan industri antara lain membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara, serta menyumbang terhadap pendapatan nasional. Perkembangan sektor industri juga memberikan dampak negatif yang tidak bisa dihindari yaitu menimbulkan pencemaran karena dalam setiap proses produksinya menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Perkembangan kondisi dan kualitas lingkungan di Indonesia yang semakin memperhatikan karena kerusakan lingkungan semakin parah diikuti dengan pembuangan limbah secara terus menerus maka akan menimbulkan pencemaran.

Penelitian ini bermula dari permasalahan yang sering terjadi dalam pengolahan limbah, yaitu permasalahan yang akan timbul apabila limbah tidak dikelola dengan baik dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah. Awal dari penelitian deskriptif ini adalah menganalisis efisiensi dari pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem pengolahan limbah. Efisiensi kinerja RTP secara keseluruhan dapat digambarkan dengan membandingkan kualitas limbah setelah dilakukan pengolahan (Outlet) dengan sebelum dilakukan pengolahan (Inlet). Selain itu, uji-t juga digunakan dalam membandingkan nilai inlet dan outlet serta pencapaian nilai outlet terhadap standar baku mutu pada masing-masing parameter.

Optimalisasi pengolahan limbah perlu memperhatikan keseluruhan biaya pengolahan yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan biaya lingkungan. Penelitian ini juga dibahas mengenai biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair tiap parameter dan volume limbah cair.

Secara umum, kualitas limbah dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek penting dalam kinerja pengolahan limbah, baik dari sisi performa SDM maupun kemampuan teknologi atau faktor lain yang mempenagruhi seperti faktor biaya. Hal tersebut akan dianalisis dengan melihat seberapa besar pengaruh aspek-aspek dalam kinerja terhadap kualitas limbah yang dihasilkan. Namun, karena hanya


(38)

faktor biaya yang dapat mengalami perubahan dan penelitian ini lebih menekankan sudut pandang ekonomi, maka analisis hanya mengamati pengaruh biaya terhadap kinerja RTP yang ditujukan dengan konsentrasi dan volume limbah yang dihasilkan.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi feedback

kepada perusahaan untuk pengelolaan lingkungan. Secara grafis, alur pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.


(39)

Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran Keterangan :

= Tidak termasuk aspek penelitian

Industri

Limbah Industri

Limbah Padat Limbah Cair

Sistem Pengolahan Limbah Cair

Kualitas Limbah Cair

Efisiensi pengolahan limbah cair

Average Cost dan Regresi Linear Sederhana Deskriptif Kuantitatif,

Uji Statistik (Uji-t)

Rekomendasi

Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal


(40)

(41)

IV. METODE PENELITIAN 4.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel Cilegon-Banten. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa perusahaan ini menghasilkan limbah cair. Selain itu, PT Krakatau Steel dalam upaya pengolahan limbah cairnya sudah dilengkapi dengan sarana IPAL. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga April 2015.

4.2Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan berupa: data pengujian limbah cair tahun 2012-2014, data biaya pengolahan limbah cair, data baku mutu limbah cair, kondisi umum perusahaan. Data sekunder diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengambilan data sekunder di RTP CRM, sumber data lain diperoleh dari BLHD Cilegon, dinas perindustrian dan Badan Pusat Statistik.

4.3Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair RTP. Pokok utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengolahan limbah cair secara keseluruhan dan biaya pengolahan limbah. Mengenai RTP, data diambil dengan menggunakan datasekunder dari analisis laboratorium Health, Safety and EnvironmentPT. Krakatau Steel terhadap inlet dan outlet limbah cair, sedangkan data biaya pengolahan limbah cair diperoleh dari jumlah pemakaian bahan baku atau listrik dikalikan dengan harga. Teknik wawancara secara mendalam dengan RTP CRM dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.

4.4Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair. Pokok utama yang diteliti adalah pengolahan limbah cair dan abatement cost. Data hasil uji laboratorium limbah cair yang digunakan adalah inlet dan outlet. Data tersebut berupa data sekunder yang ada di perusahaan. Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pada tabel dibawah ini akan diuraikan matriks analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan penelitian.


(42)

Tabel 4.1 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data.

No. Tujuan Penelitian Alat analisis Jenis data Sumber 1. Menganalisis efisiensi

IPAL dalam mengolah limbah cair Reject Treatment Plant (RTP)

Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel

Deskriptif, standar efisiensi RTP

Sekunder,data

inlet dan

outlet limbah cair

RTP CRM PT. Krakatau Steel

2. Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost

Treatment Plant (RTP)

Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel Average Cost dan regresi linear sederhana Sekunder, Data biaya pengolahan limbah dan data pengujian limbah cair dan data volume limbah cair

RTP CRM PT. Krakatau Steel

4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel

Kemampuan fisik RTPakan dianalisis dalam mengolah limbah cair yang dihasilkan berdasarkan kualitas limbah cair. Hasil dalam tahap ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengolahan RTP di kemudian hari. Selain itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pembandingan terhadap keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk mengolah limbah cair.

Kemampuan RTP dievaluasi dengan membandingkan kualitas setiap parameter limbah sebelum (inlet) dan sesudah masuk IPAL (outlet) menggunakan uji-t pada taraf nyata lima persen. Beban IPAL dihitung berdasrkan tingkat efisiensi, beban pencemaran, dan pencapaian baku mutu limbah cair yang berpedoman pada metode yang dikemukakan oleh Soeparman dan Suparmin (2001).

Efisiensi = parameter ����� −parameter ������


(43)

Tingkat efisiensi pengolahan limbah cair dikelompokan sebagai berikut : - Sangat efisien : x >80 %

- Efisien : 60% < x≤80 % - Cukup efisien : 40% < x≤60 % - Kurang efisien : 20% < x≤ 40 % - Tidak efisien : x ≤20 %

Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri jumlah Beban Pencemar Aktual (BPA) tidak boleh melebihi jumlah Beban Pencemar Maksimum (BPM). Beban pencemar maksimum adalah beban pencemar tertinggi yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Beban pencemar aktual adalah beban pencemar yang dalam debit limbah cair yang dihasilkan.

Beban Pencemar Aktual (BPA) dapat dihitung dengan :

BPA = (������x DA) x F ... (2) Dimana :

BPA = Beban Pencemar Aktual (kg) DA = Debit air limbah (m³/hari)

F = Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000) Sedangkan untuk menghitung Beban Pencemar Maksimum yaitu :

BPA = (BM X DA) X F ... (3) Dimana :

BM = Baku Mutu (kg)

DA = Debit air limbah (m³/hari)

F = Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000)

Penggunaan uji-t pada penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan nilai rataan baku mutu limbah dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolahan (memakai nilai inlet) dan dengan pengolahan (memakai nilai outlet). Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya pengolahan nilai outlet akan berada dibawah nilai inlet. Uji-t dilakukan dengan menggunakan statistik t-paired pada

software Minitab 14.

Notasi yang digunakan artinya :


(44)

Penetuan �0 dan �1 untuk setiap parameter : H0 ∶ �1 = �2

H1 ∶ �1 >�2 jika �ℎ�� > � (Walpole, 1995) Dimana :

�1 : nilai rataan parameter tanpa perlakuan �2 : nilai rataan parameter dengan perlakuan.

Selain membandingkan nilai rataan baku mutu limbah pada inlet dan pada

outlet. Pada penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai tengah untuk mengetahui apakah hasil pengolahan limbah memenuhi standar baku mutu yang telah disyaratkan. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah sama dengan pengujian statustik sebelumnya. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai

outlet masing-masing parameter berada dibawah standar baku mutunya. Uji statistik yang digunakan adalah 1-sample t pada software Minitab 14.

�� : merupakan nilai outlet parameter n.

Penentuan H0 dan H1 untuk setiap parameter akan ditunjukan pada Tabel 4.2 dimana hipotesis setiap parameter disesuaikan dengan standar bakumutu masing-masing parameter.

Tabel 4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu Masing-masing Parameter.

Hipotesis COD Temperatur TDS TSS

H μ>300 μ>40 μ>4000 μ>400 H μ< 300 μ< 40 μ< 4000 μ< 400

4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement CostReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel

Tujuan dari analisis marginal abatement cost, average abatement cost dan total abatement cost adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair sebesar satu-satuan. Untuk mengestimasi nilai AAC yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan biaya rata-rata (average cost pricing). Perhitungan Average Abatement Cost dapat


(45)

dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menurunkan tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair:

AAC =

TC

E ... (4)

Dimana :

AAC = Average Abatement Cost (Rp) TC = Total cost (Rp)

E = Effluent (mg/l)

Secara umum besarnya marginal abatement cost merupakan turunan dari total abatement cost terhadap konsentrasi limbah cair, MAC dapat diketahui dengan menggunakan rumus :

���

=

���

�� ... (5)

Dimana :

MAC = Marginal Abatement Cost (Rp/mg/l) TC = Total Cost (Rp)

E = Besarnya Effluent (mg/l)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (� = penurunan konsentrasi parameter n dari limbah cair) terhadap variabel tak bebas (� = biaya penurunan per satuan parameter n). Suatu variabel yang bersifat tak bebas (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang bersifat bebas. Konsep regresi dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh varibel bebas terhadap variabel tak bebas. Alat analisis yang digunakan adalah oregresi linear sederhana. Persamaan regresinya adalah:

��= a + b�� ... (6) Keterangan :

Yn= biaya penurunan per satuan parameter n (Rp) Xn= nilai penurunan konsentrasi parameter n

a = intersep (bilangan konstanta) b = koefisien variabel x atau gradien

Data yang diambil dalam analisis ini adalah data series selama 36 bulan, yaitu biaya penurunan per satuan parameter limbah cair RTP � dan penurunan konsentrasi parameter limbah cair yang menunjukan kinerja RTP. Kedua data


(46)

tersebut diolah dengan menggunakan keseluruhan data biaya pengolahan RTP dan data uji laboraturium inlet dan outlet pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Parameter limbah yang diamati yaitu COD, temperatur, TDS dan TSS.


(47)

V.Gambaran Umum

5.1Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel

PT. Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan perseroan PT. Krakatau Steel. Pemabangunan industri baja ini dimulai dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat Baja, Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977.

Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi seperti Pabrik Besi Spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, pabrik Billet Baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, pabrik Batang Kawat dengan kapasitas 220.000 ton/tahun serta fasilitas infrastruktur berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 400 MW, pusat penjernih air, pelabuhan Cigading serta sistem telekomunikasi.

PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang ada di Indonesia, kapasitas produksi total pabrik ini sebesar 2.5 juta ton baja kasar (Crude Steel) per tahun. Dalam kegiatan proses produksi di PT. Krakatau Steel terdapat tiga tahapan, yaitu pengolahan biji besi (Iron Making), pengolahan baja (SteelMaking) dan pengerolan (Rolling Making).

5.1.1 Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel

PT. Krakatau Steel memiliki luas keseluruhan 350 ha. PT. Krakatau Steel terletak di kawasan industri Krakatau, tepatnya di jalan industri No. 05 PO BOX 14, Cilegon 42435. Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, Jl. Gatot Subroto kav. 54, Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik adalah:

a. Dekat dengan laut sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku dan produk dengan menggunakan kapal.

b. Dekat dengan daerah pemasaran.

c. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas. d. Sumber air cukup memadai untuk pabrik.


(48)

Berdasarkan arah mata angin, PT. Krakatau Steel dibatasi oleh : a. Arah utara berbatasan dengan kawasan industri Krakatau b. Arah selatan berbatasan dengan jalan raya Anyer.

c. Arah barat berbatasan dengan Selat Sunda.

d. Arah timur berbatasan dengan kawasan industri Krakatau. 5.1.2 Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel

PT Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang saling mendukung, yaitu:

a. Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant)

Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani suatu proses pengolahan biji besi/pellet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku mentah untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut diproses reduksi secara langsung (DirectReduction).

b. Pabrik Slab Baja ( Slab Steel Plant/SSP )

Pabrik slab baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi dimana pabrik slab baja ini terdiri dari dua buah pabrik, yaituSlab Steel Plant Imerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja batangan dan Slab Steel Plant IImerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja lembaran.

Besi spons diisikan di dalam dapur listrik dengan menggunakan continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi dengan scrap atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian bahan tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk batangan/lembaran-lembaran besi yang belum diolah dengan membutuhkan panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 1650°C. Sumber panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda listrik yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar 1.000.000 ton/tahun.

Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur listrik yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair dan 2 buah mesin kontiniu dengan masing-masing 1 jalur percetakan slab (mould).


(49)

a. Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant/BSP)

Billet Steel Plant (BSP) meerupakan pabrik yang menghasilkan lempengan baja dengan bahan baku utamnya yaitu scrap, besi spons, dan batu kapur. Semua bahan baku tersebut dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan dan kemudian dicetak menjadi lempengan baja. Dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun. Ukuran dari hasil billet baja tersebut yaitu: panjang: 6m, 10m, dan 12m. Dengan penampang : 100 x 100mm, 110 x 110mm, dan 120 x 120mm.

Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik

Slab Steel Plant perbedaanya hanya terletak pada bentuk cetakan. Hasil pabrik ini juga dapat digunakan oleh pabrik wire rod sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini yaitu: tersedia 4 buah dapur listrik dan 4 buah mesin tuang continue.

b. Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill/HSM )

Pabrik Hot Strip Mill (HSM) merupakan bagian pabrik untuk mengukur ketebalan dari lembaran-lembaran baja. Dengan menggunakan alat overhead crane, slab dibersihkan terlebih dahulu dengan rollertable dan siap untuk dimasukkan ke furnace dengan menggunakan slab pusher.

Di dalam furnace dipanaskan dengan temperatur mencapai sekitar 1300°C. Setelah itu slab tersebut dikirim ke roughing stand dirol untuk menipiskan ketebalan 200mm menjadi 20-40mm. Pada finishing stand dirol kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran yang direncanakan tergantung dari permintaan konsumen.

c. Pabrik Baja Dingin ( Cold Rolling Mill/CRM )

Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang mengolah lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik HSM ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada tandem Cold Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan sebelumnya. Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu ke dalam tangki yang berisi HCl. Kemudian dilanjutkan dengan proses pemanasan dengan sistem Batch Annealing Furnace (BAF) dan Contionous Annealing Line (CAL), hasil lembaran baja tersebut diratakan dengan temper mill sesuai dengan permintaan konsumen.


(50)

d. Pabrik Batang Kawat ( Wire Rod Mill/WRM )

Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang memproses batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan baku dari pabrik-pabrik seperti mur dan baut, kawat las, kawat paku, tali baja, dan lain sebagainya. Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan secara visual serta pengaturan posisi, billet siap dimasukkan ke dalam furnace

dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur 1200°C. Pengeluaran billet

didorong dengan alat yang disebut billet injector. Kemudian setelah billet

didinginkan dengan air, maka billet siap untuk digulung loop plyer.

5.1.3 Kepegawaian dan Jam Kerja

Tenaga kerja yang bekerja di PT. Krakatau Steel, berdasarkan statusnya digolongakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Tenaga Kerja Organik

Tenga kerja organik merupakan karyawan tetap yang diangkat karena telah memenuhi kriteria direksi, yang bertugas melaksanakan pekerjaan yang diberikan dalam jangka panjang dan berstatus karyawan BUMN, yang termasuk karyawan ini adalah tenaga staf dan kayawan biasa.

b. Tenaga Kerja Non-Organik

Tenaga kerja non-organik merupakan karyawan yang diangkat dalam waktu tertentu yang terdiri dari karyawan lepas dan karyawan honorer. Tenaga kerja non-organik yang ada saat ini disediakan oleh labour supply sesuai dengan jenis pekerjaan dan jangka waktu tertentu antara PT. Krakatau Steel dengan labour supply itu sendiri.

PT. Krakatau Steel bekerja secara kontiyu selama 24 jam sehari sehingga jadwal karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Karyawan Non-Shift

Waktu kerja per hari di PT KS adalah 8 jam atau 40 jam per minggunya, dengan waktu istirahat selama 60 menit.Waktu kerja karyawan non shift dari senin s/d jumat, masuk mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.30, dengan waktu istirahat pukul 12.00 s/d 13.00.kecuali pada hari Jumat karyawan masuk mulai pukul 09.30 s/d 17.00 dengan waktu istirahat pukul 11.30 s/d 13.00.


(51)

b. Karyawan Shift

Karyawan shift bekerja secara shift dan masing-masing shift bekerja selama 8 jam. Sistem kerja dilakukan dalam 4 grup shift, dengan ketentuan 3 hari 3 grup shift masuk dan 1 grup lain libur. Sistem pembagian shift adalah sebagai berikut :

a. Shift 1 bekerja pukul 06.00 s/d 14.00 WIB b. Shift 2 bekerja pukul 14.00 s/d 22.00 WIB c. Shift 3 bekerja pukul 22.00 s/d 06.00 WIB

5.1.4 Struktur Organisasi

PT. Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola oleh badan pengelola industri yang bernaung dibawah menteri BUMN. Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel direktur utama merupakan posisi tertinggi dan diangkat langsung oleh menteri perindustrian. Direktur utama membawahi kepala direktorat yaitu :

a. Direktorat Perencanan dan Teknologi

Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi usaha, pengolahan data, pengadaan sarana dan prasarana penunjang kawasan industri dan masalah konstruksi serta menangani masalah–masalah yang berkaitan dengan teknologi, baik bersifat jangka panjang, permasalahan sehari– hari dan yang tidak terselesaikan dan masalah–masalah lintas sektoral.

b. Direktorat Produksi

Bertugas merencanaan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi, metalurgi, dan koordinasi produksi.

c. Direktorat SDM

Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijaksanaan di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan kerja, serta merencanakan organisasi, hubungan masyarakat dan administrasi pengelolaan kawasan serta keselamatan kerja.

d. Direktorat Keuangan

Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan dibidang keuangan.


(52)

Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan dibidang pemasaran produk.

f. Direktorat logistik

Bertugas menangani masalah pembelian suku cadang, bahan baku dan bahan pembantu serta pergudangan.

5.2Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel

Pada tanggal 1 Oktober 1991, setelah diambil alih oleh PT. Krakatau Steel dan menjadi perusahaan milik negara, pabrik CRM secara resmi ditetapkan sebagai unit produksi PT. Krakatau Steel. Pabrik ini terletak di Kawasan Industri Krakatau dengan bangunan utama pabrik seluas 10 ha diatas tanah seluas 40 ha.

Pabrik CRM merupakan unit pabrik yang mengolah lembar baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya kemudian ditipiskan di unit CRM dengan ketebalan sampai 92% dari hasil ketebalan semula, mengasilan baja roll dengan ketebalan 0.2-2.2 mm. Bahan baku proses produksi baja lembar dingin adalah baja lembar panas dengan ketebalan 2-3 mm. Bahan baku ini dikirim dalam bentuk gulungan dengan berat rata-rata 23 ton dan diangkut dengan dengan alat transportasi khusus (bloster) yang berkapasitas 120 ton sekali angkut. Total jumlah produksi baja lembar dingin di pabrik CRM pada tahun 2012-2014 yaitu sebesar 1.869.421 ton.

Tabel 5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014

Tahun Jumlah Produksi (Ton)

2012 597.048

2013 668.919

2014 603.454

Total 1.869.421

Sumber: data sekunder

5.2.1 Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel

Pabrik CRM PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan produksi dengan


(53)

mendirikan suatu Instalasi Pengolahan air limbah yang biasa disebut dengan Reject Treatment Plant (RTP). RTP terletak dibagian paling barat dari plant utama yang menempati areal seluas 3750 m2. Air buangan yang berasal dari proses pickling, continuous tandem cold mill, annealing dan cleaning dialirikan melalui pipa-pipa bawah tanah ke RTP untuk selanjutnya dilakukan proses pengolahan.

Pengolahan di RTP CRM merupakan pengolahan primer dan sekunder tanpa pengolahan lanjutan atau tersier. Fungsi utama dari RTP CRM ini yaitu menampung dan mengolah air limbah yang dihasilkan dari proses produksi di pabrik CRM PT. Krakatau Steel. Tujuan utama dari pengolahan limbah yaitu: 1. Menurunkan zat polutan sampai memenuhi syarat baku mutu limbah cair 2. Menjernihkan air baku susupended solid terlarut dan dari warna asal. Agar

limbah yang dibuang dapat memenuhi baku mutu limbah lingkungan sehingga limbah yang dibuang tidak akan mencemari lingkungan dan mengganggu makhluk hidup sekitar.

Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steelmemproses semua buangan limbah dari semua line, yang mana kandungan limbah tersebut beresiko tinggi apabila limbah tersebut tidak diolah. Dalam proses pengolahan limbah dibedakan menjadi dua macam berdasarkan jenisnya, yaitu limbah asam dan limbah basa. Limbah asam berasal dari buangan proses CPL (Continous Picling Line) dan ARP (Acid Regenaration Plant). Limbah asam tersebut terjadi bila proses di ARP tidak berjalan secara normal, maka limbah langsung dialirkan menuju Reject Treatment Plant, sedangkan limbah basa berasal dari buangan oil, air, lumpur dan detergent dari semua line.

Proses Asam

Limbah buangan dari proses ARP maupun dari CPL ditampung di AE Storage (Acid Effluence Storage) kemudian dimasukan kedalam pH Adjusment dengan penambahan Ca(OH)₂ agar menurunkan tingkat pH antara 6-9, kemudian dilakukan proses oksidasi di Oxidation Pit yang berkapasitas 23 m³ dan dilakukan proses flokulasi dalam Flocculation Pit dengan kapasitas 6,3m³. Proses selanjutnya adalah dilakukan kembali proses oksidasi dalam oxidation emergency

yang lokasinya menggunakan sludge storage yang berkapasitas 500m³ atau menggunakan settler. Apabila dalam proses tersebut banyak terbentuk Fe(OH)₃


(54)

dalam kolam oksidasi maka proses selanjutnya adalah oil crackingdan

flocculation sebagai koagulan, lalu dimasukan kedalam flocculation tank dengan menambahkan anionik.

Proses flokulasi bertujuan untuk mengikat padatan-padatan suspensi sehingga padatan tersebut lebih besar. Setelah dilakukan pengikatan padatan, dialirkan ke sedifolat tank yang bertujuan untuk menisahkan antara padatan-padatan dengan sistem gravitasi. Jadi, terdapat dua macam hasil pengolahan dalam sedifolat yaitu kumpulan padatan-padatan suspensi (jenis lumpur ringa) dan air. Padatan-padatan tersebut dimasukan kedalam dua sludges pit masing-masing berkapasitas 10m³, satu untuk kumpulan padatan yang ringan dan satunya untuk kumpulan padatan yang besar. Air yang telah terpisah dari padatan dipompakan ke Clean water lalu dinetralkan dengan bantuan H₂SO₄ agar berdasarkan petunjuk pH meter, pada akhirnya limbah cair dilewatkan dalam lamela settler dan dibuang ke kanal.

Proses Basa

Proses basa berfungsi untuk memproses limbah dengan kandungan basa dan oli dari semua line. Kandungan basa adalah limbah hasil dari proses pencucian strip contohnya limbah detergent (ECL dan CAL), lumpur (TCM dan roll coolant). Semua limbah tersebut ditampung dalam presettler tank yang berkapasitas 1500 m³ yang berfungsi untuk mengendapkan dan pengapungan sementara. Dalam tangki tersbut limbah akan terpisah menjadi tiga bagian berdasarkan berat jenisny, yaitu lumpur akan mengendap dibagian bawah, oli akan terapung dan air berada diantara oil dan lumpur.

Maka dalam proses basa akan terjadi tiga pengolahan jenis limbah yaitu proses oli, air dan lumpur.

1. Pengolahan limbah oli

Proses pengolahan limbah oli sangat sederhana, yaitu dengan mengambil oli yang mengapung di presettler tank dengan menggunakan scraper bridge yang kemudian langsung dipompakan ke mobil tangki.

2. Pengolahan limbah air

Pada prinsipnya proses pengolahan limbah air basa sama seperti pada proses asam. Air yang berada dalam presttler tank dipompakan dala oil cracking untuk


(55)

dilakukan penambahan Ca(OH)₂ lalu dilakukan pengadukan, selanjutnya dimasukan ke flocculation tank yang bertujuan mengikat padatan-padatan tersuspensi. Setelah dilakukan flokulasi, perlu lagi diadakan pemisahan antara air dan lumpurnya dengan proses sedifolat. Prinsip kerja sedifolat adalah dengan menggunakan tekanan angin dari bawah, sehingga air yang mengandung padatan akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu berat jenis yang besar akan mengendap di dasar sedangkan berat jenis yang kecil akan mengapung ke permukaan.

Padatan dengan berat jenis yang besar akan dimasukan ke sludge tankyang masing-masing berkapasitas 10m³, sedangkan padatan dengan berat jenis yang kecil akan dimasukan ke oil pit. Semua padatan baik dari sludge tank maupun oil pit dipompakan ke bucket untuk dibuang. Hasil proses dari sedifolat selain lumpur adalah air jernih. Air dipompakan ke clean water pit yang selanjutnya dilakukan netralisasi dengan menambahkan H₂SO₄ agar air limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan, apabila air limbah sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan maka air limbah tersebut dapat dibuang ke lingkungan.

3. Pengolahan limbah lumpur

Limbah lumpur yang mengendap pada dasar presettler diambil dengan menggunakan scraper bridge yang selanjutnya dipompakan langsung ke sludge storage yang berkapasitas 500m³, proses terakhir yaitu memasukan lumpur dalam


(56)

Gambar 5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant

(RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel Sumber: data sekunder

5.3Divisi Health Safety and Enviroment (HSE)

PT. Krakatau Steel senantiasa menjaga komitmennya untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan terhadap kinerja lingkungan melalui penjabaran dan pelaksanaan Sistem Manajemen Lingkungan, ISO 14001. Pengelolaan lingkungan telah dilakukan secara konsisten melalui program-program perbaikan lingkungan. Hasil-hasil perbaikan tersebut dirinaju dan dievaluasi secara rutin, baik melalui audit internal oleh Komite Lingkungan Hidup danHealth Safety and Enviroment

(HSE) setiap 3 bulan sekali, maupun melalui audit eksternal setiap 6 bulan sekali. Limbah

asam

AE Storage

CA(OH) Oxidation pit

Oxidation emergency

Limbah basa

Koagulasi dan flokulasi

sedifolat Clean water

Netralitation

Lamella

Reject

Sludge storage

Filter press

Reject Bucket


(57)

Divisi HSE merupakan bagian dari Direktorat Produksi. Pembentukannya merupakan perwujudan dan komitmen pemimpin perusahaan yang tertuang dalam kebijakan Direksi PT. Krakatau Steel, tentang perlindungan Lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Komitemen ini juga tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Serikat Karyawan Krakatau Steel (SKKS).

Tujuan divisi Health Safety and Enviroment (HSE) adalah: a. Memberikan pelayan yang baik kepada internal dan eksternal.

b. Mengelola lingkungan dengan mematuhi ketentuan peraturan lingkungan sehingga meminimalkan pencemaran dan terciptanya lingkungan kerja yang lestari.

c. Terwujudnya tempat kerja dan cara kerja yang aman dari kecelakaan kerja sehingga Injury Safety Rate (ISR) dan Injury Frequency Rate (IFR) dibawah

“Control Line”.

d. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja yang sesuain dengan ketentuan.

Pemantauan dan pengendalian lingkungan untuk mengendalikan semua limbah yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel dilakukan pemantauan dan pengendalian sesuai dengan jenis limbahnya.

a. Limbah Cair 1.Pemantauan :

(a) Dilakukan di titik pembuangan sebanyak 12 titik setiap dua kali seminggu.

(b) Pemantauan akhir saluran penerimaan setiap hari kerja. (c) Pemantauan air buangan setiap sebulan sekali.

2.Pengendalian :

(a) Setiap unit pabrik dilengkapi dengan Water Treatment Plant (WTP). (b) Pemasangan perangkap disetiap ujung saluran pembuangan air. (c) Penyemprotan oil dispersant bila minyak masih terbawa oleh air. b. Emisi Udara

1. Pemantauan :


(1)

Lampiran 11

Total Abatement Cost

keseluruhan pengolahan limbah

Reject Treatment Plant

(RTP)

Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014

Bulan

TAC COD

(Rp)

TAC

Temperatur (Rp)

TAC TDS

(Rp)

TAC TSS (Rp)

TOTAL (Rp)

Jan-12

161.984.050

276.634.050

155.134.050

139.134.050

732.886.198

Feb-12

343.727.240

136.227.240

146.827.240

127.667.240

754.448.961

Mar-12

469.433.684

266.958.684

178.310.684

131.958.684

1.046.661.736

Apr-12

278.746.206

241.646.206

294.614.206

128.806.206

943.812.824

Mei-12

369.206.977

304.806.977

273.050.977

133.586.977

1.080.651.907

Jun-12

556.495.554

320.170.554

249.506.554

142.610.554

1.268.783.217

Jul-12

173.154.374

123.104.374

275.048.374

107.984.374

679.291.496

Agust-12

238.886.351

291.036.351

645.564.351

127.556.351

1.303.043.403

Sep-12

438.179.299

277.904.299

252.932.299

128.764.299

1.097.780.197

Okt-12

192.575.874

376.475.874

151.971.874

123.035.874

844.059.496

Nop-12

137.584.223

282.609.223

176.081.223

114.609.223

710.883.893

Des-12

331.691.930

236.091.930

201.319.930

115.871.930

884.975.722

Jan-13

153.611.491

268.261.491

147.193.491

131.201.491

700.267.964

Feb-13

334.302.708

278.802.708

171.762.708

124.122.708

908.990.831

Mar-13 1.266.669.851

353.559.851

144.591.851

141.879.851

1.906.701.402

Apr-13

476.883.107

246.543.107

367.943.107

128.783.107

1.220.152.427

Mei-13

480.457.233

254.182.233

151.090.233

127.642.233

1.013.371.930

Jun-13

403.556.502

121.531.502

594.579.502

115.611.502

1.235.279.006

Jul-13

287.271.602

203.906.602

380.706.602

125.666.602

997.551.408

Agust-13

286.978.722

322.628.722

215.140.722

124.068.722

948.816.888

Sep-13

288.892.740

275.387.740

396.095.740

117.727.740

1.078.103.959

Okt-13

179.617.740

292.767.740

309.535.740

119.407.740

901.328.959

Nop-13

267.435.279

302.385.279

145.225.279

130.785.279

845.831.114

Des-13

285.858.913

292.633.913

221.377.913

124.273.913

924.144.650

Jan-14

290.558.954

277.583.954

164.471.954

134.143.954

866.758.814

Feb-14

199.377.526

204.027.526

181.243.526

97.627.526

682.276.104

Mar-14

320.918.185

314.568.185

463.144.185

161.968.185

1.260.598.739

Apr-14

306.539.592

301.064.592

194.792.592

139.864.592

942.261.367

Mei-14

251.825.184

314.275.184

194.619.184

118.595.184

879.314.737

Jun-14

150.035.982

220.235.982

288.859.982

129.915.982

789.047.929

Jul-14

207.705.347

257.440.347

147.972.347

113.380.347

726.498.389

Agust-14

209.412.351

184.312.351

148.260.351

129.212.351

671.197.406

Sep-14

172.236.323

163.406.323

200.192.323

124.696.323

660.531.294

Okt-14

287.833.602

173.078.602

162.258.602

121.018.602

744.189.407

Nop-14

132.718.416

142.568.416

111.318.416

121.518.416

508.123.664

Des-14

173.936.395

142.781.395

249.059.395

121.411.395

687.188.580


(2)

Lampiran 12

Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana antara Penurunan Konsentrasi dengan

Biaya

Reject Treatment Plant

(RTP)

Cold Rolling Mill

(CRM) PT. Krakatau Steel

tahun 2012-2014

Regression Analysis: biaya COD versus penurunan COD

The regression equation is

biaya cod = 13203051 – 10632 penurunan Predictor Coef SE Coef T P Constant 13203051 4279198 3,09 0,004 penurunan -10632 15058 -0,71 0,485 S = 6609442 R-Sq = 1,4% R-Sq(adj) = 0,0% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 1 2,17762E+13 2,17762E+13 0,50 0,485 Residual Error 34 1,48528E+15 4,36847E+13

Total 35 1,50706E+15 Unusual Observations

biaya

Obs penurunan cod Fit SE Fit Residual St Resid 15 213 42222328 10938488 1440069 31283840 4,85R R denotes an observation with a large standardized residual

Regression Analysis: biaya T versus selisih T

The regression equation is

biaya T = 10028425 - 70443 selisih T Predictor Coef SE Coef T P Constant 10028425 2805404 3,57 0,001 selisih T -70443 118227 -0,60 0,555 S = 2246592 R-Sq = 1,0% R-Sq(adj) = 0,0% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 1 1,79178E+12 1,79178E+12 0,36 0,555 Residual Error 34 1,71604E+14 5,04718E+12


(3)

Unusual Observations

Obs selisih T biaya T Fit SE Fit Residual St Resid 7 20,5 4103479 8584353 517107 -4480874 -2,05R 36 32,0 4759380 7774264 1070572 -3014884 -1,53 X R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

Regression Analysis: biaya TDS versus selisis TDS

The regression equation is

biaya TDS = 9702791 - 288 selisis TDS Predictor Coef SE Coef T P Constant 9702791 3794828 2,56 0,015 selisis TDS -287,6 670,9 -0,43 0,671 S = 4191975 R-Sq = 0,5% R-Sq(adj) = 0,0% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 1 3,23054E+12 3,23054E+12 0,18 0,671 Residual Error 34 5,97470E+14 1,75727E+13

Total 35 6,00701E+14 Unusual Observations

selisis

Obs TDS biaya TDS Fit SE Fit Residual St Resid 8 5752 21518812 8048232 710461 13470580 3,26R 18 5047 19819317 8251024 778772 11568292 2,81R R denotes an observation with a large standardized residual.

Regression Analysis: biaya tssversus TSS

The regression equation is biaya tss = 4375169 - 2457 TSS

Predictor Coef SE Coef T P Constant 4375169 101391 43,15 0,000 TSS -2457 1222 -2,01 0,053 S = 364442 R-Sq = 11,2% R-Sq(adj) = 8,4% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 1 5,37050E+11 5,37050E+11 4,04 0,053 Residual Error 32 4,25018E+12 1,32818E+11

Total 33 4,78723E+12 Unusual Observations


(4)

Obs TSS biaya tss_1 Fit SE Fit Residual St Resid 25 143 3254251 4023863 113608 -769613 -2,22R 26 48 5398939 4257248 65997 1141691 3,19R R denotes an observation with a large standardized residual.


(5)

Lampiran 13

Dokumentasi Penelitian

Produk sebelum diolah

Produk setelah diolah


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Aida Fitriani lahir pada tanggal 2 April 1993 di

Serang, Banten. Penulis adalah putri kedua dari empat bersaudara pasangan Heru

Yuwono dan Nurlaila. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK

Islam Al-Azhar 10 Serang, SD Islam Al-Azhar 10 Serang, SMP Islam Al-Azhar

11 Serang dan SMAN 1 Kramatwatu.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2011 melalui

jalur SNMPTN Undangan. Penulis diterima sebagai mahasisiwi departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi

dan aktif dalam berbagai kepanitiaan yang ada di lingkup IPB.