Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total
mendirikan suatu Instalasi Pengolahan air limbah yang biasa disebut dengan Reject Treatment Plant RTP. RTP terletak dibagian paling barat dari plant utama
yang menempati areal seluas 3750 m2. Air buangan yang berasal dari proses pickling, continuous tandem cold mill, annealing dan cleaning dialirikan melalui
pipa-pipa bawah tanah ke RTP untuk selanjutnya dilakukan proses pengolahan. Pengolahan di RTP CRM merupakan pengolahan primer dan sekunder tanpa
pengolahan lanjutan atau tersier. Fungsi utama dari RTP CRM ini yaitu menampung dan mengolah air limbah yang dihasilkan dari proses produksi di
pabrik CRM PT. Krakatau Steel. Tujuan utama dari pengolahan limbah yaitu: 1.
Menurunkan zat polutan sampai memenuhi syarat baku mutu limbah cair 2.
Menjernihkan air baku susupended solid terlarut dan dari warna asal. Agar limbah yang dibuang dapat memenuhi baku mutu limbah lingkungan sehingga
limbah yang dibuang tidak akan mencemari lingkungan dan mengganggu makhluk hidup sekitar.
Reject Treatment Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steelmemproses semua buangan limbah dari semua line, yang mana kandungan
limbah tersebut beresiko tinggi apabila limbah tersebut tidak diolah. Dalam proses pengolahan limbah dibedakan menjadi dua macam berdasarkan jenisnya, yaitu
limbah asam dan limbah basa. Limbah asam berasal dari buangan proses CPL Continous Picling Line dan ARP Acid Regenaration Plant. Limbah asam
tersebut terjadi bila proses di ARP tidak berjalan secara normal, maka limbah langsung dialirkan menuju Reject Treatment Plant, sedangkan limbah basa berasal
dari buangan oil, air, lumpur dan detergent dari semua line.
Proses Asam
Limbah buangan dari proses ARP maupun dari CPL ditampung di AE Storage Acid Effluence Storage kemudian dimasukan kedalam pH Adjusment
dengan penambahan CaOH ₂ agar menurunkan tingkat pH antara 6-9, kemudian
dilakukan proses oksidasi di Oxidation Pit yang berkapasitas 23 m³ dan dilakukan proses flokulasi dalam Flocculation Pit dengan kapasitas 6,3m³. Proses
selanjutnya adalah dilakukan kembali proses oksidasi dalam oxidation emergency yang lokasinya menggunakan sludge storage yang berkapasitas 500m³ atau
menggunakan settler. Apabila dalam proses tersebut banyak terbentuk FeOH ₃
dalam kolam oksidasi maka proses selanjutnya adalah oil crackingdan flocculation sebagai koagulan, lalu dimasukan kedalam flocculation tank dengan
menambahkan anionik. Proses flokulasi bertujuan untuk mengikat padatan-padatan suspensi
sehingga padatan tersebut lebih besar. Setelah dilakukan pengikatan padatan, dialirkan ke sedifolat tank yang bertujuan untuk menisahkan antara padatan-
padatan dengan sistem gravitasi. Jadi, terdapat dua macam hasil pengolahan dalam sedifolat yaitu kumpulan padatan-padatan suspensi jenis lumpur ringa dan
air. Padatan-padatan tersebut dimasukan kedalam dua sludges pit masing-masing berkapasitas 10m³, satu untuk kumpulan padatan yang ringan dan satunya untuk
kumpulan padatan yang besar. Air yang telah terpisah dari padatan dipompakan ke Clean water lalu dinetralkan dengan bantuan H
₂SO₄ agar berdasarkan petunjuk pH meter, pada akhirnya limbah cair dilewatkan dalam lamela settler dan dibuang
ke kanal.
Proses Basa
Proses basa berfungsi untuk memproses limbah dengan kandungan basa dan oli dari semua line. Kandungan basa adalah limbah hasil dari proses pencucian
strip contohnya limbah detergent ECL dan CAL, lumpur TCM dan roll coolant. Semua limbah tersebut ditampung dalam presettler tank yang
berkapasitas 1500 m³ yang berfungsi untuk mengendapkan dan pengapungan sementara. Dalam tangki tersbut limbah akan terpisah menjadi tiga bagian
berdasarkan berat jenisny, yaitu lumpur akan mengendap dibagian bawah, oli akan terapung dan air berada diantara oil dan lumpur.
Maka dalam proses basa akan terjadi tiga pengolahan jenis limbah yaitu proses oli, air dan lumpur.
1. Pengolahan limbah oli
Proses pengolahan limbah oli sangat sederhana, yaitu dengan mengambil oli yang mengapung di presettler tank dengan menggunakan scraper bridge yang
kemudian langsung dipompakan ke mobil tangki. 2.
Pengolahan limbah air Pada prinsipnya proses pengolahan limbah air basa sama seperti pada proses
asam. Air yang berada dalam presttler tank dipompakan dala oil cracking untuk
dilakukan penambahan CaOH ₂ lalu dilakukan pengadukan, selanjutnya
dimasukan ke flocculation tank yang bertujuan mengikat padatan-padatan tersuspensi. Setelah dilakukan flokulasi, perlu lagi diadakan pemisahan antara air
dan lumpurnya dengan proses sedifolat. Prinsip kerja sedifolat adalah dengan menggunakan tekanan angin dari bawah, sehingga air yang mengandung padatan
akan terpisah menjadi dua bagian, yaitu berat jenis yang besar akan mengendap di dasar sedangkan berat jenis yang kecil akan mengapung ke permukaan.
Padatan dengan berat jenis yang besar akan dimasukan ke sludge tankyang masing-masing berkapasitas 10m³, sedangkan padatan dengan berat jenis yang
kecil akan dimasukan ke oil pit. Semua padatan baik dari sludge tank maupun oil pit dipompakan ke bucket untuk dibuang. Hasil proses dari sedifolat selain lumpur
adalah air jernih. Air dipompakan ke clean water pit yang selanjutnya dilakukan netralisasi dengan menambahkan H
₂SO₄ agar air limbah sesuai dengan baku mutu lingkungan, apabila air limbah sudah sesuai dengan baku mutu lingkungan maka
air limbah tersebut dapat dibuang ke lingkungan. 3.
Pengolahan limbah lumpur Limbah lumpur yang mengendap pada dasar presettler diambil dengan
menggunakan scraper bridge yang selanjutnya dipompakan langsung ke sludge storage yang berkapasitas 500m³, proses terakhir yaitu memasukan lumpur dalam
bucket untuk dibuang.
Gambar 5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant RTP Cold Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steel
Sumber: data sekunder