Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel

Divisi HSE merupakan bagian dari Direktorat Produksi. Pembentukannya merupakan perwujudan dan komitmen pemimpin perusahaan yang tertuang dalam kebijakan Direksi PT. Krakatau Steel, tentang perlindungan Lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Komitemen ini juga tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama PKB yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan Serikat Karyawan Krakatau Steel SKKS. Tujuan divisi Health Safety and Enviroment HSE adalah: a. Memberikan pelayan yang baik kepada internal dan eksternal. b. Mengelola lingkungan dengan mematuhi ketentuan peraturan lingkungan sehingga meminimalkan pencemaran dan terciptanya lingkungan kerja yang lestari. c. Terwujudnya tempat kerja dan cara kerja yang aman dari kecelakaan kerja sehingga Injury Safety Rate ISR dan Injury Frequency Rate IFR dibawah “Control Line”. d. Penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja yang sesuain dengan ketentuan. Pemantauan dan pengendalian lingkungan untuk mengendalikan semua limbah yang dihasilkan di PT. Krakatau Steel dilakukan pemantauan dan pengendalian sesuai dengan jenis limbahnya. a. Limbah Cair 1. Pemantauan : a Dilakukan di titik pembuangan sebanyak 12 titik setiap dua kali seminggu. b Pemantauan akhir saluran penerimaan setiap hari kerja. c Pemantauan air buangan setiap sebulan sekali. 2. Pengendalian : a Setiap unit pabrik dilengkapi dengan Water Treatment Plant WTP. b Pemasangan perangkap disetiap ujung saluran pembuangan air. c Penyemprotan oil dispersant bila minyak masih terbawa oleh air. b. Emisi Udara 1. Pemantauan : a Pemantauan debu dan gas ambient setiap tiga bulan sekali. b Pemantauan debu dan gas emisi setiap enam bulan sekali. c Pemantauan debu jatuh di 41 titik pemukiman warga setiap satu bulan sekali. 2. Pengendalian : a Pemasangan perangkap debu Bag House Filter b Pemasangan cerobong asap. c. Limbah Padat 1. Pemantauan : a Pemantauan volume limbah b Analisis komposisi kimia dan uji Toxicity Characteristic Leaching Procedure TCLP. c Analisis air tanah disekitar lokasi penimbunan. 2. Pengendalian : a Melakukan daur ulang limbah padat. b Dijual c Dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir TPA

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan sistem pengolahan limbah cair bagi industri memang menjadi kewajiban untuk menurunkan tingkat pencemar limbah terhadap lingkungan. Sejauh mana pengawasan terhadap hasil olahan sistem pengolahan limbah, efisiensi dari pengolahan limbah, efektifitas pengolahan terhadap biaya pengolahan limbah belum banyak dipelajari dan diamati. Penilaian efisiensi pengolahan limbah cair perlu dilakukan sebagai media pengawasan dan pencegahan terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi akibat tingginya konsentrasi limbah yang dibuang. Penelitian mengenai pengolahan limbah cair dalam sudut pandang ekonomi perlu dilakukan, hal ini dapat membantu perusahaan dalam efisiensi biaya dan dapat menjadi pertimbangan untuk penghematan biaya dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menetapkan aturan-aturan dan menjadikan hal ini sebagai stimulus positif bagi perusahaan. Penelitian dibidang ekonomi dapat dimulai dengan mengidentifikasi keseluruahn biaya yang dibutuhkan dalam pengelolaan sistem pengolahan limbah cair. Hasil identifikasi keseluruhan biaya dapat digunakan untuk mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar limbah cair.

6.1 Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant RTP Cold

Rolling Mill CRM PT. Krakatau Steel. Berdasarkan pengolahan data dari uji laboraturium terhadap sampel hasil olahan Reject Treatment Plant RTP, nilai COD sebelum dan sesudah pengolahan mengalami penurunan. Sebelum dilakukan perhitungan efisiensi, setidaknya dapat diketahui bahwa RTP dapat menurunkan COD. Rata-rata inlet adalah 400 mgL dimana nilai tersebut berada diatas baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 300 mgL. Setelah mengalami pengolahan, rata-rata outletCODmenjadi 125,4 mgl dimana nilai tersebut berada dibawah baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan, dengan kata lain air limbah dapat dibuang tanpa membahayakan perairan. Secara grafis, perbandingan inlet, standar baku mutu dan outlet parameter COD dapat dilihat pada Gambar 6.1.