11 rakyat  bahkan  mampu  membuat  masyarakat  memenuhi  kebutuhan  untuk  bahan
bangunan dan mebel dan juga untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Sampai  saat  ini,  menurut  Darusman  dan  Hardjanto  2006,  hutan  rakyat
diusahakan oleh masyarakat pedesaan sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak  pada  perekonomian  desa.  Hutan  rakyat  berkontribusi  bagi  pendapatan
sampingan dan insidental petani karena pengusahaannya termasuk dalam jenis usaha sambilan. Selain memberikan kontribusi bagi pemilik lahan, pada subsistem produksi
dan  pengolahan  hutan  rakyat  mampu  memberikan  kontribusi  kepada  non-pemilik lahan  misalnya  buruh  atau  tenaga  kerja  lainnya.  Disamping  itu,  hutan  rakyat  juga
berperan dalam memberikan lapangan kerja bagi tenaga kerja produktif, menstimulir usaha  ekonomi  produktif  lainnya  sebagai  produksi  lanjutan  dari  pengusahaan  hutan
rakyat, bahkan meminimalisir dampak dari krisis ekonomi.
2.2 Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat PHBM dan Kaitannya dengan
Sustainable Forest Management SFM
Menurut  Hinrich et  al  2008,  PHBM  adalah  suatu  pendekatan  pengelolaan
hutan dimana kontrol dipegang oleh masyarakat setempat. Pengembangan PHBM di lahan-lahan  milik  swasta,  misalnya  di  Jawa  Tengah  dan  Sulawesi  Tenggara,
merupakan  contoh  yang  bagus dari PHBM. Para  petani, sebagai pembuat  keputusan puncak  memiliki  kontrol  sepenuhnya  atas  sumberdaya  hutan-hutan  yang  mereka
miliki  dengan  dibina  oleh  asosiasi-asosiasi  di  tingkat  dusun  atau  yang  lebih  tinggi. Pihak-pihak  lain  dilibatkan  sebagai  mitra  pendukung.  Pengertian  lain  mengenai
PHBM  adalah  sistem  pengelolaan  sumberdaya  hutan  dengan  kolaborasi  yang
12 bersinergi dalam upaya mencapai keberlanjutan dalam mencapai fungsi dan manfaat
sumberdaya hutan yang optimal CIFOR,
no date. Menurut Suharti
no date, konsep PHBM ini mengacu pada tiga prinsip yakni masyarakat lokal harus diikutsertakan dalam aktivitas pengelolaan hutan, masyarakat
lokal mempunyai hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam aktivitas pengelolaan hugan,  dan  tidak  ada  keharusan  untuk  secara  aktif  melibatkan  masyarakat  dalam
pemilihan  aktivitas  mana  yang  akan  dikembangkan.  Sejauh  ini  program  PHBM berhasil  membuat  perubahan  bahwa  masyarakat  lokal  juga  mempunyai  hak  untuk
terlibat dalam aktivitas pengelolaan hutan. Terlebih lagi partisipasi masyarakat secara aktif  dalam  pengelolaan  hutan  mempunyai  peranan  penting  dalam  menentukan
kesuksesan sustainable  forest  management  atau  pengelolaan  hutan  yang
berkelanjutan.  Pengetahuan  dan  kearifan  lokal  yang  dimiliki  oleh  masyarakat  yang awalnya  diabaikan  mulai  diperhatikan  karena  kearifan  lokal  yang  dimiliki  oleh
masyarakat sangat berharga dan berguna dalam pengelolaan hutan. Kegagalan  pengelolaan  hutan  berkelanjutan  dari  program-program  PHBM
yang  telah  dilaksanakan  terjadi  karena  tidak  tepatnya  metode  pendekatan  yang dilakukan. Metode yang lebih tepat untuk merangsang keterlibatan masyarakat lokal
dalam  program  PHBM  adalah  metode  PRA Participation  Rural  Appraisal  yang
menggabungkan  metode top-down  dan  bottom-up.  Penggunaan  metode  ini  akan
menstimulasi  keaktifan  masyarakat  dalam  pelaksanaan  PHBM  sehingga  masyarakat bisa  lebih  berperan  aktif  dalam  menggunakan  kearifan  lokal  yang  dimilikinya  saat
berpartisipasi  dalam  program  pengelolaan  hutan  yang  diimplementasikan  oleh pemerintah Suharti,
no date
13
2.3       Ekolabeling